~2~

8 1 0
                                    

Andre mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia masih merasakan ketegangan menjadi target incaran. Jadi ini yang selalu dirasakan prof. Yusuf, menjadi target yang harus berpindah tempat terus-menerus dan meninggalkan keluarga yang dicintainya.

Andre merasa kasihan kepada orang yang sedang duduk disampingnya itu. Ia ingin membantu prof. Yusuf yang sudah berjasa besar untuknya. Andre dirawat seperti anaknya sendiri dan dilatih menjadi seperti sekarang. Menjadi seorang ahli beladiri, ahli senjata bahkan teknologi adalah keinginannya sendiri. Ia ingin melindungi dan bermanfaat bagi prof. Yusuf.

"Andre, kau sudah membuat apa yang kuminta waktu itu?" Suara prof. Yusuf membuyarkan lamunannya.

"Ya sudah pak. Ini dia." Andre memberikan sebuah map kertas.
Prof. Yusuf membukanya. Ia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Map itu berisi sebuah identitas baru.

"Langsung antar aku ke bandara." Perintah prof. Yusuf setelah ia meletakkan map tadi ke koper kecil berisi berkas-berkasnya.

"Siap pak."

Mereka tak banyak bicara untuk waktu yang cukup lama. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Hingga mereka sampai di bandara.

"Andre, mungkin ini pertemuan terakhir kita." Ucap prof. Yusuf setelah mereka keluar dari mobil dan berjalan memasuki bandara. Andre hanya mengangguk.

"Tenang saja, aku kan bilang mungkin. Oh iya, ini nomor hp baruku dan alamatku saat di London. Tapi ini masih alamat sementara kemungkinan besar aku akan terus berpindah-pindah sampai ini semua berakhir." Lanjut prof. Yusuf sambil memberikan secarik kertas berisi nomor hp dan alamat sementaranya. Ia menyadari ada kegelisahan di wajah Andre, tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak saat ini.

"Apa bapak akan kembali ke Indonesia?"

"Aku tidak tahu."

Sebuah pengumuman keberangkatan pesawat terdengar melalui pengeras suara.

"Ah, aku hampir lupa hal penting." Prof. Yusuf memberikan dua buah kertas berisi biodata lengkap dengan gambar orang didalamnya.

"Apa ini?" Andre tampak kebingungan sambil memperhatikan orang di foto itu. Yang satu foto seorang laki-laki dan satu lagi foto seorang perempuan berhijab.

"Itu foto cucu laki-lakiku dan temannya. Kau pernah bertemu mereka saat mereka masih SD." Jelas prof. Yusuf. Andre mencoba mengingatnya. Seketika di kepalanya muncul dua orang anak kecil yang mengenakan seragam SD. Yang satu  laki-laki dan yang satu lagi gadis berambut pendek dengan seragam yang agak berantakan. Ia masih ingat ketika bocah yang laki-laki berlari ke arah prof. Yusuf dengan girangnya sambil meminta dua buah permen dan yang satunya diberikan ke bocah yang perempuan. Itu terjadi sekitar 7 tahun yang lalu. Saat kedua bocah itu berumur 10 tahun.

"Aku ingin kau menemui mereka dan membicarakan tentang masalah kita."

"Apa maksud bapak? Mereka kan masih anak-anak."

"Itu kan dulu. Sekarang mereka sudah besar, ya.. Sekitar kelas tiga SMA. Lagi pula proyek beserta kuncinya ada pada mereka."

"Hah, apa?!"

Pengumuman keberangkatan pesawat kembali terdengar dan memotong dialog mereka.

"Sudahlah Andre, cari dan temui mereka. Aku pergi dulu."

"Tunggu, tapi pak-"

"Tidak ada tapi-tapian Andre, ini pesanku sebelum aku pergi. Kumohon lakukanlah." Ucap prof. Yusuf dengan nada lembut namun tegas sembari memperlihatkan senyum perpisahan. Mendengar itu, seketika Andre mematung.

"Baiklah pak, akan saya lakukan." Andre langsung mengiyakan perintah tersebut. Prof. Yusuf tersenyum puas, senang mendengar kesanggupan Andre.

"Kalau begitu aku pergi dulu."

"Baik pak, hati-hati."

Andre masih menatap punggung prof. Yusuf yang semakin menjauh. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya. Dia kembali menatap kedua kertas yang dipegangnya dan membacanya dengan saksama.

"Harus mencari mereka berdua ya, hah.. Lelahnya." Gumam Andre. Ia merasa begitu lelah setelah apa yang terjadi. Tapi mau bagaimana lagi. Ia pun segera pergi, mengurus keperluannya untuk mencari dua orang kunci dari masalah mereka.

MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang