1

5.3K 205 12
                                    

Inggris, tahun 1600

Bradford estate

"Ayah, sudah kukatakan beberapa kali agar Ayah jangan memaksakan diri! Ayah tak boleh terlalu lelah!"ujar seorang gadis berusia 17 tahun dengan rambut coklat ikalnya merebut kertas dari tangan sang ayah.

Pria yang sedang duduk menekuni kertas pun mendongak dan menarik napas. Ia bersandar melihat putri semata wayangnya menatap dirinya dengan kesal. "Elizabeth, kau tahu Ayah memiliki banyak kesibukan. Ayah harus meneliti laporan ini..."

"Ya aku tahu. Tapi seharusnya Ayah istirahat saat ini. Ayah masih bisa bekerja besok...."perkataan Elizabeth terhenti saat ayahnya batuk. Ia segera menepuk punggung ayahnya hingga batuknya membaik dan mengambilkan segelas air. "Minumlah. Aku sudah katakan bukan?! Ayah jangan terlalu memaksakan diri."

Lord Raphael Bradford meminum cairan dalam gelas. Menarik napas lalu berdiri. "Kau terlalu mencemaskan aku, Elizabeth."

"Ayah...."

"Sudahlah. Ayahmu ini kuat seperti kuda. Sekarang, katakan padaku, ada hal apakah kau menemuiku?"

Elizabeth tersenyum. "Kudengar anak Penelope sudah melahirkan. Bagaimana jika aku memberinya sebuah hadiah? Penelope sudah lama bekerja dengan kita bukan?!"

Lord Bradford menatap putrinya dengan bangga dan sayang. Ia tersenyum seraya berkata, "Kau tahu kau tak perlu meminta ijin untuk hal seperti itu. Ayah sudah memberimu tugas untuk mengurus rumah kita sejak ibu pergi."

Elizabeth tersenyum. "Baiklah, Ayah. Aku akan segera mengurusnya. Dan sekarang kumohon Ayah untuk segera rehat!"

"Ya, anakku."

Elizabeth keluar dari ruang kerja ayahnya. Setelah anaknya keluar, Raphael kembali menarik napas dan duduk. Ia merasa bersyukur memiliki putri yang cantik dan perhatian seperti Elizabeth. Sejak kepergian istrinya, Elizabethlah yang mengurus dirinya serta rumah ini.

Mendadak Raphael merasa dadanya sesak kembali dan ia mengalami batuk hebat. Raphael meraih sapu tangan di atas meja dengan tangan bergetar. Menutup mulutnya agar tidak terdengar hingga keluar ruangan. Tak ingin siapapun mendengar dan menyampaikan pada Elizabeth. Selang beberapa menit batuknya mereda. Raphael kembali bersandar sambil mendesah. Napasnya sesak. Ia menurunkan sapu tangan dan terperangah. Di atas kain putih itu terdapat cairan merah darah segar. Ia menatapnya dengan kalut serta shock.

"Aku tak punya cukup waktu lagi...."gumamnya dengan suara parau.

———

Southwick estate

"My lord, selamat datang di rumahku. Maaf aku pasti sudah membuatmu lama menunggu."ujar seorang wanita anggun masuk menyambut kedatangan tamunya.

"My lady, kau tidak membuatku menunggu lama."sahut Raphael berdiri dan mengecup punggung tangan sang lady.

"Duduklah."

"Terima kasih, my lady."

Wanita itu mengamati Raphael yang terlihat lelah. "Sudah lama kita tak bertemu..."

"Ya, my lady, bagaimana kabarmu?"

"Baik. Dan bagaimana denganmu? Kau tampak lelah."ujar Diana menatap sahabat suaminya dengan cemas.

"Aku semakin tua..."sahut Raphael tersenyum miris

" Well kita semua akan menjadi tua bukan?! Aku pun demikian."ucap Diana tersenyum kecil.

Lord Bradford tersenyum namun ia kembali memasang muka sedih. "Tidak hanya usiaku yang menua. Aku pun sedang sakit...kurasa waktuku tak akan lama lagi di dunia ini."

"Oh my lord..apa yang terjadi padamu? Apa kau sudah berobat?"

"Aku sakit, my lady. Dan tak ada obat yang bisa membantu menyembuhkan tubuh ringkihku ini."

Diana tampak shock. Memahami Kenapa Raphael terlihat pucat. "My lord....lalu bagaimana dengan keinginan suamiku..."

"Aku datang kemari untuk membicarakan hal itu. Aku tak ingin meninggalkan Elizabeth sendirian. Ia putri yang cantik dan baik. Harus ada yang menjaganya jika aku...."

Diana mengangguk mengerti. Ia masih ingat gadis kecil manis yang ditemuinya dulu saat Ibu Elizabeth meninggal. Kini pasti Elizabeth tumbuh menjadi gadis yang cantik dan dewasa.

"Berapa usia Elizabeth kini?"

"Tujuh belas tahun..."

Diana mengangguk. "Usia yang cukup. Apa anda tak keberatan jika kita mewujudkan perjanjian kita dahulu?"

"Itu memang sudah menjadi keinginan aku dan suamimu. Aku tak keberatan. Aku yakin Elizabeth akan hidup bahagai bersama keluargamu. Aku yakin kau akan menyayanginya seperti aku menyayangi Elizabeth..."ujar Raphael dengan nada parau dan sedih.

"My lord, aku sudah menganggapnya seperti putriku sendiri. Sudah lama aku menantikan saat ini. Kukira kau tak setuju anak kita bersatu."

"Tidak, my lady. Aku sungguh merasa tak enak karena baru menemuimu sekarang. Di saat keadaanku....."ucapan Raphael terhenti karena batuk kembali menyerang

"Oh my lord...anda baik saja?!"tanya Diana panik berdiri dan mendekat seraya menepuk punggung Raphael yang gemetar. "Wajah anda pucat...."

Raphael menutup mulut dan masih batuk beberapa detik. Ketika batuk itu reda ia menarik napas. Dadanya terasa sesak dan ia merasa lemas.

"Oh...."ujar Diana dengan nada shock dan panik. "My lord....anda...."

Raphael melihat ke arah tangannya yang berdarah. Sekali lagi ia batuk hingga mengeluarkan darah. Ia tersenyum miris. "Seperti inilah keadaanku, my lady. Aku sedang sekarat...."

Diana mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Lalu ia duduk di samping Raphael. Mengambil sapu tangan putih dan meraih tangan Raphael.

"Jangan, my lady, aku tak mau mengotori sapu tangan anda!"

Diana tetap memegang tangan Raphael. "Ini hanya sapu tangan. Aku tak mungkin hanya berdiam diri melihat sahabat suamiku yang butuh bantuanku bukan?!"ujarnya seraya membersihkan darah dari tangan Raphael tanpa rasa jijik.

Raphael hanya diam memperhatikan Diana. Tersentuh akan kebaikan wanita itu. "Terima kasih. Andai saja Roland masih hidup...."

"Minumlah..."

Raphael meneguk cairan hangat itu dan merasa lebih baik. "Terima kasih sekali lagi."

"Jangan begitu. Kita akan menjadi keluarga bukan, tak perlu seformal itu."ujar Diana tersenyum. "Aku akan membicarakan rencana ini dengan putraku. Apa kau tak keberatan jika aku menghubungimu lagi nanti?"

"Sama sekali tidak."sahut Raphael tersenyum


Tbc.....
Bagaimana pendapat kalian mengenai part 1 ini?
Belum keliatan serunya kali ya hehehe

Jangan lupa voment nya ya
Thx u

The Bride Price (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang