Malam ini listrik padam lagi. Mungkin komplek Taehyung masih kena giliran. Diluar juga langit terlihat gelap dari biasanya. Angin berhembus masuk ke kamar Taehyung melalui jendela, membuat ia tak perlu repot menyalakan kipas angin portable-nya. Matanya terpaku pada kamar tetangganya. Tepat di depan balkon kamarnya.
Kamar itu gelap. Seakan tak ada niatan untuk menyalakan sebuah lilin disana. Diliatnya juga ruangan yang terlihat dari ventilasi rumah, gelap gulita. Pasti memang tak ada lilin disana- atau satu buah lampu emergency, pikirnya.
Taehyung kembali dengan tabletnya, membuka situs-situs yang terkait dengan pekerjaannya. Sedikit bosan karena yang ia tatap dari tadi hanya layar tabletnya.
"Ck, tidak tidak tidak."
Taehyung menekan tombol power, mengunci layar lalu meletakkan tablet itu di atas kasur. Kepalanya disandarkan ke kepala ranjang, memeluk guling. Pikirannya entah melayang kemana.
"Perasaanku sedikit gundah. Ada apa ini?"
Taehyung mencoba memejamkan matanya namun matanya itu sedikit berulah. Tak ingin dipejam, malah terus menatap kamar Yoongi.
"Oke, mari turuti perintah tuan hati."
Taehyung turun dari ranjangnya, menggunakan sandal rumahnya lalu berjalan ke pintu depan. Sedikit merinding ketika sampai di halaman rumah Yoongi. Sungguh, demi apapun rumah ini sudah seperti rumah angker biasanya. Gelap. Tak ada cahaya sama sekali. Untung saja hp Taehyung nyangkut disaku celana trainingnya. Menyalakan flashlight, Taehyung mendorong pelan pintu depan rumah Yoongi.
"Eh? Anak ini. Bahaya sekali kalau tak dikunci pintunya."
Taehyung masuk ke dalam, tak ada apapun. Sepi sekali, batinnya. Pantas saja Yoongi lebih memilih lari ke rumahnya semalam. Taehyung pun bisa-bisa memilih tinggal dengan teman terdekatnya daripada di rumah sebesar ini namun sendirian.
Tak berkaca kau Kim Taehyung? Dirimu juga sendirian di rumah besar itu.
Kaki Taehyung pelan menaiki tangga. Intuisinya berkata bahwa datangi kamar Yoongi. Taehyung menuruti kata hati kali ini. Kakinya terus melangkah sampai di depan kamar bertuliskan 'Go away, you asshole.' Sedikit berdecak kagum bagaimana bisa Seokjin membiarkan adiknya seperti tak ber-attitude ini.
Pintu diketuk pelan, "Yoongi?" Ucapnya. Masih tak ada jawaban.
Diketuk kedua kalinya, "Yoon?" Masih sama, tak ada jawaban.
Pintu dibuka. Gelap kembali terlihat di depan mata.
"Yoongi?"
Taehyung mengarahkan cahaya ke setiap sudut kamar Yoongi. Sempat terkejut karena menemukan boneka kumamon sebesar beruang berada disana.
Grrk
Grrk
Kepala ditolehkan menuju lemari. Kunci yang menempel di pintu lemari itu bergoyang. Taehyung masih positive thingking. Mungkin angin, batinnya.
Bunyi kembali di dengar. Kali ini ditambah deru nafas seseorang. Taehyung makin merinding, bulu dilehernya serasa ditiup. Tangannya menyapu permukaan belakang lehernya, kakinya melangkah menuju lemari. Tangannya bersiap membuka pintu itu.
Krieet
"Yoongi!?"
Hp Taehyung terjatuh. Cahaya lampu mengarah ke langit-langit kamar Yoongi, membuat kamar itu sedikit bercahaya seluruhnya. Tangannya tergerak mengangkat badan mungil yang bertekuk lutut membentuk huruf c di dalam sana.
Yoongi masih diam. Taehyung makin kalut dibuatnya. Sedikit merasa konyol karena mencoba denyut nadi di tangan Yoongi yang masih berdetak. Taehyung meraih dagu itu, dibawanya tatapan Yoongi kearah matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
la incertitude
General FictionTentang Yoongi yang memendam perasaannya, berharap sosok itu merasakan apa yang dirasakan dirinya.