seveñ

3.8K 545 62
                                    

Yoongi menatap sebal pada pagar sebuah rumah yang sekarang ada di hadapannya. Mendumal sebal kenapa kakak 'tercinta'nya itu harus melakukan hal semacam ini kepadanya, memaksanya mengantar makanan untuk Taehyung. Padahal Yoongi pun kalo disuruh menghabiskan makanan itu masih sanggup. Tak perlu susah payah memberi ke tetangganya.

'Yoongi, kita harus memuliakan tetangga. Kalau saat masak dan bau harum masakan itu tercium sampai rumah mereka, maka kita harus membagi makanan itu'

Astaga, Yoongi rasanya ingin mendaftarkan kakaknya ke acara da'i di sebuah stasiun televisi.

Drtt..
Jin piggyhyung is calling..

"Apa?"

"Galak banget. Suruh Taehyung ke rumah, lampu kamar belakang mati"

"Urusannya sama dia apa? Tinggal ganti lah"

"Ku tanya, apa kau bisa mengganti lampu?"

"Tentu saja tidak"

"Makanya anak nakal. Minta bantuan padanya."

"Tap- Halo? JIN HYUNG!"

Yoongi mendongak saat mendengar suara jendela terbuka dari rumahnya. Jin memberinya ciuman jarak jauh untuknya. Yoongi hampir saja akan mengambil batu kerikil dekat kakinya lalu melempar tepat ke arah jidat kakaknya itu.

Yoongi juga jadi kesal pada dirinya sendiri. Sebagai laki-laki harusnya ia bisa memasang lampu tanpa harus meminta bantuan pada orang lain. Mau minta bantuan ke siapa lagi kalau begini. Keluarganya kan termasuk keluarga apatis.

Dengan tendangan super kencang Yoongi membuka pagar rumah Taehyung. Hampir saja wajahnya tertabrak pagar itu akibat pantulan dari tembok pembatas rumah mereka. Yoongi menghela nafas, apa nasib kualatnya sudah mulai?

Mencoba ikhlas, Yoongi dengan berat hati melangkah semakin dekat ke pintu rumah itu. Sepertinya hela nafas akan jadi hobi Yoongi sekarang.

Ketukan pertama masih belum dibuka. Yoongi masih setia mengetuk.

"Taehyung~ main yuk"

Tidak ada jawaban. Yoongi mengerutkan keningnya "kemana sih dia?"

Lelah tangan Yoongi mengetuk pintu besar itu. Ia gunakan saja kakinya untuk menendang-nendang pintu rumah itu.

"Woi! ada tamu bukannya dibukain pintu kek!"

"Mau ganti rugi lecet pintu rumahku?"

"WAAAAAA!" Yoongi berteriak kaget karena tiba-tiba saja suara bariton Taehyung terdengar dari belakang tubuhnya. Dengan kekesalan yang membuncah ia pun memutuskan untuk berbalik dan berhadapan langsung dengan Taehyung yang membawa beberapa kantong belanja dan juga- keringat.

Oh, ini penyebab Taehyung tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Kenapa? Menerima tawaran berpacaran denganku?"

Taehyung sedikit mendorong badan Yoongi yang menghalangi jalan masuk ke pintu rumahnya begitu saja.

"Jangan mendorongku!" ucap Yoongi kesal. Tubuhnya hampir saja berjumpa lantai karna senggolan Taehyung, "Bicaramu itu lho ngawur. Datang ke rumahku sekarang"

"Ke rumahmu? Kangen hm?" Mata Taehyung menelisik Yoongi dari atas sampai bawah, namun tatapannya berhenti di tangan Yoongi.

"Najis!" Yoongi segera saja menyelonong masuk ke dalam rumah Taehyung. Lalu meletakkan piring berisi makanan itu di meja.

"Sarapan untukku? Makasih ya Yoon"

Yoongi menaikan alisnya sebelah, menatap Taehyung yang sedang mengelap keringatnya menggunakan handuk, "Buat?"

Memindah handuk itu ke leher Yoongi, menariknya hingga jidat Yoongi berada di depan bibirnya.

Satu ciuman terpatri indah disana.

"Udah repot nganterin kesini" ucap Taehyung sambil mengembalikan handuk itu ke lehernya lagi.

Yoongi terdiam. Kepalanya terdongak menatap Taehyung. Banyak sekali sumpah serapah yang ingin ia keluarkan dari mulut kecilnya itu.

Ia benci mengakui hal ini, namun cara Taehyung menciumnya berhasil membuat jantungnya berdetak sangat kuat.

"Yoon?"

Matanya berkedip, "Y-ya?"

"Mau makan bareng?"

Yoongi menggeleng pelan, sedikit ragu. Bibir bawahnya digigit, kakinya dengan pelan melangkah menjauhi Taehyung tanpa pamit.

Bodoh bodoh bodoh, batin Yoongi.





















;

Taehyung menyusun barang-barang belanjaannya di kulkas. Niatnya setelah menata dirinya langsung menuju rumah Yoongi. Ia tak biasa sarapan nasi, mungkin akan ia hangatkan untuk makan siang nanti.

"Dia bilang suka padaku waktu itu. Tapi sampai sekarang masih belum menerima ajakan berkencanku. Malah menghindariku pula, dasar bocah aneh"

Ia tersenyum masam mengingat Yoongi yang menjauhinya sejak itu. Jujur, dirinya rindu Yoongi yang selalu merepotkannya. Karena itulah ia seperti terbiasa ada Yoongi di sampingnya.

Selesai menata, Taehyung menutup makanan yang dibawakan Yoongi tadi dan melangkahkan kakinya keluar rumah menuju rumah Yoongi. Jika Yoongi tidak bisa memasang lampu, mungkin bisa ia ajarkan caranya pada Yoongi. Meski hal ini sepele namun akan tetap susah jika tak bisa melakukannya sendirian.

Pintu rumah itu ia ketuk dengan pelan menunggu sang penghuni membukakan pintu untuknya. Dia berdiri tenang sembari memperhatikan halaman rumah milik Yoongi. Tidak terlalu buruk, mungkin karena Jin sudah pulang. Rumah Yoongi berisi bunga dan banyak pohon membuatnya terlihat asri. Dulu Taehyung sempat kepikiran untuk mendekor halamannya seperti ini juga, namun belum terwujud sampai sekarang. Rumput jepang yang tumbuh di halaman saja Taehyung sudah bersyukur.

"Ngapain kesini? Mau ngejek? Kalo iya, pulang aja sana. Gak butuh tamu macam korang"

Taehyung berbalik menemukan Yoongi bersidekap di samping pintu. Mungkin karena ia terlalu serius memandangi halaman rumah Yoongi ia jadi tidak sadar Yoongi disana.

"Dimana kamarmu? Atau gudang?" Taehyung bersikap tidak peduli dan masuk begitu saja ke dalam rumah Yoongi meninggalkan sosok Yoongi yang sedang menggerutu sebal di depan pintu. Sikap Taehyung berubah-ubah membuat Yoongi jengkel sendiri.

"Kamu benar-benar tidak bisa memasang lampu atau hanya modus supaya aku ke rumahmu?" ucap Taehyung. Ia bermaksud memancing reaksi dari Yoongi, kira-kira anak itu akan bersikap seperti apa.

"Gak usah. Aku bisa nyuruh orang lain buat ganti lampunya. Pulang sana, aku gak butuh bantuanmu."

Taehyung merasa Yoongi menarik bagian pinggang t-shirt nya dan membawanya keluar dari rumah ini, namun ia tak akan menurut begitu saja. Sudah dua minggu ia tidak melihat batang hidung anak ini dan sekarang ada kesempatan. Tidak mungkin ia menelantarkannya begitu saja.

"Udahlah. Sekarang antar aku ke kamar yang lampunya harus ku ganti" Taehyung melepas tangan Yoongi yang masih belum mau melepaskan jaketnya, tetap kukuh ingin menariknya keluar.

"Aku benci padamu!" Yoongi menendang tulang keringnya kencang tanpa alasan. Sekarang apalagi yang anak itu inginkan.

Taehyung menatap Yoongi yang menatapnya galak, "Apa? Setelah menendangku apalagi yang kau inginkan? Mau membunuhku hidup-hidup juga? Iya?!" Taehyung berkata dengan suara sengitnya menatap Yoongi jengkel. Yoongi sendiri menatap Taehyung tak percaya, mulutnya setengah terbuka lalu berdecih.

'dia sedang pms atau bagaimana sih?! Sensian banget sekarang'

"pulang sana!" sengit Yoongi. Taehyung bisa merasakan anak itu sedang marah beserta antek-anteknya. Terasa dari tarikan dibajunya yang membuatnya hampir terseret. Tapi Taehyung sebagai top sejati tidak mau kalah dari Yoongi dan keadaan pun berbalik sekarang. Giliran Taehyung yang menarik tangan kiri milik Yoongi dan menarik menuju ruang tamu.


Mereka butuh bicara sekarang, berdua dan serius. Supaya Yoongi berhenti bersikap seperti ini dan menjauhinya.

la incertitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang