"Tolonglah, Anna. Aku hanya ingin melihatnya, I promised to you, this is the last time," kataku.
"Baiklah." Anna mendorong kursi roda Carol untuk melihatku.
"Carol." Sayangnya, Carol tidak mau menatapku.
"Kau-- jahat-- aku tidak-- mau... melihatmu-- lagi!" ucapan Carol sangat menusuk hatiku.
"Bukan aku, Carol. Kau tahu? Sesungguhnya aku mau disampingmu terus menerus, tapi--"
"Ke--napa?"
"Mamaku tidak menyetujuinya, sayang."
"Kau--jahat, Zayn."
"No, I'm not. Aku sudah berusaha mati-matian agar kita bisa berdua, Carol. Aku sudah berusaha."
"Cukup, Zayn. Waktumu sudah habis," kata Anna. Aku melihat Carol menangis. Akupun tak kuasa menahan tubuhku sendiri dan aku jatuh berlutut.
Aku tak tahu mengapa semua ini bisa terjadi, aku tak tahu mengapa mamaku sejahat ini. Yang aku tahu hanyalah, aku tidak bisa jauh dari Carol.
Ya, benar. Cinta tak harus memiliki, walaupun aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bersama-sama dengan Carol, nyatanya? Tidak bisa. Semua ini tidak bisa seperti itu.
Aku hanya berharap, Carol mendapatkan lelaki lain yang orang tuanya dapat menerimanya apa adanya.
Aku selalu mencintaimu, Carol. Selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are Words?
Cerita Pendek© 2014 by Shania Angelista. Ketika pacarmu sakit dan dihari pernikahan kalian dia masih belum sadar. Short Story #20 August 9, 2014