Satu

38 4 0
                                    

Kenapa hanya menunggu?
Bila kamu saja bisa berusaha.
-Adhista Lavana

"Abi!!!" Teriakan itu menggema, membuat semua yang ada di koridor lantai 1 SMA Cakrawala menutup telinga.

"Adhista!" Panggilan keras itu membuat langkah Adhista yang mengejar Abi terhenti, padahal sedikit lagi ia akan bisa menyamai langkah lebar Abi.

Dengan perlahan Adhista memutar tubuhnya. Jarak beberapa langkah darinya ia bisa melihat Bu Murti, guru bk yang terkenal sangat menakutkan bila marah itu tengah bekacak pinggang menatapnya.

"Eh Bu Murti," sambil tersenyum lebar Adhista menghampiri bu Murti.

"Ada apa bu?" Tanya Adhista

"Ada apa ada apa! Sudah berapa kali saya ingatkan jangan teriak teriak!" Jengkel Bu Murti.

"Ya maaf bu, jangan salahin saya aja bu. Abi juga tuh," jari Adhista menunjuk Abi yang hendak pergi dari sana. Langkah Abi terhenti karena merasa namanya dibawa.

Abi menaikan sebelah alisnya tanda bingung. Sama halnya dengan Abi, Bu Murti juga bingung. "Kenapa saya harus marahin Abi juga?" Tanya Bu Murti dengan dahi berkerut.

"Ya kan, kalo Abi nggk gaya budek saya nggk mungkin teriak bu." Jawab Adhista dengan senyum tanpa dosanya.

"Iya juga ya," kata Bu Murti.

"Nah, kan. Bener kan saya, berarti saya nggak salah dong bu. Hehehe." Ujar Adhista dengan tersenyum cerah.

"Iya kamu nggak salah," ujar Bu Murti sambil mengangguk anggukkan kepala.

"Ya udah kalau gitu Adhista pergi ke kelas dulu ya bu, dadaaa." Kata Adhista meraih tangan Bu Murti kemudian ngancir pergi, sebelum Bu Murti sadar bahwa sedang ia racuni pikirannya.

"Abi!" Panggil Bu Murti melihat figur Abi yang akan menaiki tangga.

Abi menghela napas sejenak kemudian berbalik menghampiri Bu Murti. "Ada apa Bu?" Tanya Abi.

"Kamu itu kalau dipanggil Adhista dengerin, jangan buat dia teriak teriak. Bikin saya kaget aja, kalau saya jantungan gimana." Ujar Bu Murti dengan wajah galaknya. Adhista yang mengintip itu tertawa cekikikan.

Abi menghela napas lelah. "Semua gara gara cewek gila itu. Hah!" Batin Abi.

"Kok jadi saya yang disalahin bu? Kalau Adhista nggak ganggu saya, saya nggak akan diem aja kalau dia panggil." Kata Abi dengan datar.

"Eh iya ya, Adhista kan rusuh sukaannya. Wah wah dia ngeracuni pikiran saya ini." Ujar bu Murti sambil mengangguk anggukan kepalanya. Semua yang melihat bu Murti tertawa kecil

"Ya sudah saya pergi dulu ya bu." Pamit Abi.

Adhista yang mengumpat merasakan tanda tanda bahaya segera berlari ke kelasnya.

-○●○-

XII IPA 3

Dengan napas terengah engah Adhista duduk dibangkunya. Tara, sahabatnya menatap Adhista dengan bingung.


"Habis ngapain lu? kek orang dikejar anjing aja," ujar Tara.

Adhista mengambil mineral yang ada di meja Tara dan meminumnya hingga tandas. "Ini lebih nyeremin dari Anjing." Kata Adhista.

"Apa emangnya, Bu Murti lagi?" Tanya Tara tepat sasaran.

"Heeh,"

"Kenapa lagi lo?"

"Biasa itu si Abi pura pura budek." Jengkel Adhista.

"Masih aja lo ngejar itu mahluk satu,"

"Ya gimana lagi, ni hati kagak mau pindah." Ujar Adhista dengan lesu, tak berapa lama ia kembali bersemangat. "Nggakpapa kok kalau Abi kayak gitu, inilah yang dinamakan perjuangan." Ujar Adhista membuat Tara menggelengkan kepala melihat temannya.

"Serah lu deh Dhis,"

"Hehehe"

Obrolan mereka terhenti ketika Bu Rina masuk ke kelas.

-○●○-

XII IPA 2

Abi tengah fokus mendengarkan penjelasan guru, di sebrang bangkunya Anya tengah menatapnya. Karena merasa risih Abi menoleh dan menegur Anya, sehingga Anya berhenti menatapnya.

Abi merasakan Hpnya bergetar, ia merogoh saku celananya. Ia membuka layar kunci benda pipih itu. Ada sebuah pesan dari Adhista.

Adhista Lavana : Semangat Belajarnya Abi! Demi masa depan kita berdua. Hehehe..

Abi mendengus membaca pesan itu, tanpa membalasnya. Ia kembali mematikan benda pipih itu dan menyimpan didalam sakunya lagi.

-○●○-

"Adhista tungguin!" Panggil Tara, sambil mengejar Adhista yang lari. Adhista sama sekali tidak menanggapi Tara, hal itu membuat Tara kesal.

"Adhista ngeselin deh, " gerutu Tara dengan cemberut, meski begitu ia tetap mengejar Lavana.

Tara berhenti disamping Adhista yang kini mematung. Dengan napas terengah engah Tara bertanya kepada Adhista.

"Dhis, kenapa?"

"Abi udah pulang dan gue telat kesininya,"

"WHATTT, CUMA GARA GARA TUH TAI LO LARI KEK TADI? OH MY GOD!" Teriak Tara.

"Apasih Tar, jangan teriak teriak deh," kesal Adhista

"Ya lo itu ngeselin banget tau, gue ngejar lo dan ternyata lo lari kek tadi cuma gara gara Abi?! Gue nggak habis pikir deh, lo makin lama makin sarap." Kesal Tara

"Udah deh Al, gue lagi badmood jangan bikin tambah badmood," ketus Adhista

"Dasar lu ya, ah bomat deh gue. Yuk pulang," ajak Tara

"Lu yang nyetir ya,"

"Iye gue tau kok, lagian gue juga belum mau mati,"

"Apaan sih," kesal Adhista

Mereka segera pergi ke mobil Adhista dan pulang.

Tbc..

DisappearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang