BAB 2. Babu Sekolah

6.4K 947 27
                                    

Sudah satu minggu berlalu sejak Aleeya sama Kenio ngobrol di kantin. Sejak saat itu, Kenio nggak pernah lihat Aleeya di kantin lagi. Sampai-sampai mata Kenio hampir juling karena nyari Aleeya. Tiap kali ada gerombolan cewek masuk kantin, Kenio pasti langsung memanjangkan lehernya kayak jerapah.

"Kalau kangen, samperin aja ke kelasnya." Andra yang sejak tadi comot baksonya Kenio, akhirnya bersuara. "Daripada leher lo jadi putih semua gara-gara kebayakan pakai koyo."

Kenio langsung cemberut. Dia mengusap belakang lehernya yang ditempeli koyo. Kalau enggak salah ingat, ada tiga buah termasuk di punggung. Pantes aja Kenio sering dikatain remaja jompo. Lah dia pegel dikit langsung bau koyo sih.

"Siapa juga yang mau liat Aleeya." Kenio mengelak. "Gue cuma mau liat manusia lewat. Gue kan ekstrovert parah. Jadi energi gue langsung kekumpul kalau lihat banyak orang."

"Gue nggak nyebut nama Aleeya padahal." Andra menatap Kenio dengan sebelah alis menukik, "Sekarang gue tahu kalau lo beneran masih bucin."

Kenio langsung tersedak. Dia buru-buru menghabiskan es jeruknya yang tinggal sisa setengah. Saat melihat hanya tinggal sebutir bakso di mangkuknya, Kenio baru sadar sama kelakuan Andra.

"Buset gue baru makan sebiji." Kenio berusaha merebut mangkuk Andra, tapi, cowok itu lebih sigap menyelamatkan mangkuk baksonya. Kenio menggeram. "Awas lo ya, nggak bakal gue izinin main ke rumah gu—"

Andra memotong kalimat Kenio dengan meletakkan sebiji bakso ke mangkuk Kenio.

"Lagi." Kenio melipat tangan. Tatapan matanya begitu tajam, "Sampai bakso di mangkok lo habis."

Satu-satunya hal yang bisa bikin Andra nurut itu cuma satu. Larangan main ke rumah. Apalagi, minggu depan Flora udah balik ke Jakarta, setelah sebelumnya sekolah di Bali selama satu tahun. Flora obses banget sama tari pendet, dan kemarin mutusin belajar di Bali setahun penuh.

For your information, Flora itu kembaran Kenio. Kalau ada yang tanya kenapa namanya bukan Arsenia, tanya aja sama Bunda. Bunda emang agak random soalnya. Dan sifatnya nurun ke Kenio.

"Flora beneran pulang minggu ini, kan?" tanya Andra, memastikan. "Tepatnya hari apa dan jam berapa?"

Kenio menyeringai. "Traktir siomay dulu deh, baru gue spill."

"Oke!"

Kenio kaget banget waktu Andra tiba-tiba berdiri dan setengah lari buat pesan siomay. Buset deh, baru kali ini Kenio lihat Andra mau disuruh-suruh. Biasanya ngomel-ngomel dulu. Atau nyari alasan seribu candi.

Kenio jadi curiga. Jangan-jangan anak itu naksir lagi sama Flora? Wah, nggak bisa dibiarin.

Mana mungkin Kenio biarin adik kesayangannya ditaksir sama cowok melarat kayak Andra?

***

Setiap dua minggu sekali, anak OSIS punya kegiatan jum'at berkah. Agendanya narikin sumbangan seikhlasnya ke kelas-kelas sambil bawa kotak amal. Biasanya sih, yang keliling itu pengurus OSIS. Ketua mah, tinggal leha-leha di ruang OSIS sambil nerima setoran yang datang. Tapi khusus hari ini, Kenio mau keluar kandang.

Emang apa lagi alasannya kalau bukan lihat Aleeya?

Kenio penasaran banget sama penampilan Aleeya kalau lagi di kelas. Apa dia sama nyebelinnya kayak waktu lagi ngobrol berdua?

Jadi, saat akhirnya Kenio tiba di kelas Aleeya, Kenio nggak bisa menahan debaran jantungnya. Dia pura-pura kalem dan cool, padahal hatinya jungkir balik salto sampai kayang. Kenio langsung mengenali Aleeya yang duduk paling depan.

Ugh, rajin banget emang mantan Kenio satu ini.

"Assalamu'alaikum Wr.Wb." Kenio mengucapkan salam dengan nada ramah, yang dijawab dengan antusias. "Seperti biasanya. Hari ini ada jum'at berkah. Semua uang yang terkumpul akan disumbangkan untuk kaum duafa dan orang-orang yang membutuhkan di sekitar sekolah. Enggak ada minimal. Seikhlasnya aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSENIO : Our Beloved MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang