Satu minggu sudah Annalisa bekerja di salah satu Rumah Sakit milik keluarga terpandang di Indonesia. Kini ia disibukan dengan mengurusi banyak pasien yang menderita penyakit yang ia tangani. Anna sudah memiliki banyak rekan yang tentunya berbaik hati menjadi teman Anna di Rumah Sakit.
A N N A P . O . V .
-----
Menjadi seorang dokter itu bahagia-bahagia sedih. Bahagia karena kita bisa menolong banyak orang. Sedih saat rasa lelah itu tak dapat cepat menghilang hanya dengan istirahat 1 jam. Tetapi, ikhlas saja. aku menjadi dokter juga karena ingin membantu banyak orang yang membutuhkan bantuan medis. Seperti hari ini, aku menjalani pekerjaanku dengan ikhlas dan senyuman. Hal ini membuatku melupakan kepenatan yang aku rasakan. Tok... tok... tok... suara pintu ruanganku diketuk pelan membuatku menoleh kearahnya dan berjalan membuka pintu. Alangkah terkejutnya aku, melihat sosok Maya berdiri dengan senyuman lebarnya.
"Eh, May. Masuk sini!" ajakku padanya.
"Hehe.. Okeh bu dokter." Ucapnya sambil melangkah masuk.
"Tumbenan ke ruanganku?" Tanyaku pada Maya saat ia telah duduk di kursi dihadapanku.
"Aku mau bilangin berita dari teman-temanku sesama suster nih..." Ucapnya gantung.
"Ngomong itu lanjutin May." Kataku.
"Iya.. Hari ini katanya mau ada Dokter baru Nna. Dan dia itu katanya lulusan terbaik di universitasnya." Katanya dengan mata berbinar.
"Lebih muda dong dari kita?" Tanyaku mulai terpancing penasaran.
"Enggak juga Nna. Katanya sih dia 26 tahun."
"Tahu banget sih May? Kepo-kepoin ya?" Todongku padanya.
"Katanya Nna.. Ya udah aku balik tugas dulu ya?" Maya langsung berlalu begitu saja.
"Assalamu'alaikum." Ucapku dan Maya mundur kembali.
"Waalaikumsalam." Jawabnya.
----
Author P.O.V.
Seorang pria bertubuh tegap, berwajah tampan tampak tengah memepersiapkan dirinya untuk menuju suatu tempat. Rasanya ia tak sabar untuk menuju tempat tersebut.
"Dhan, buruan berangkat. Nanti telat loh!" Ucap seorang wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu kamar putranya.
"Siap Ummi. Ini baru selesai. Aku berangkat ya Mi. Do'akan semua lancar." Ucap sang putra. Wanita tersebut menganggukan kepala dan tersenyum lembut.
---
A R D H A N P . O . V .
----
Hari ini pertama aku bekerja di Rumah Sakit pamanku di Ibu Kota. Paman menjadwalkan aku untuk hadir di ruang rapat pukul 11.oo dan sekarang pukul 10.00. Aku melajukan mobilku menuju RS pamanku. Tak butuh waktu lama, aku tiba di sana. Semua mata tertuju padaku, entah ada apa dengan diriku. Di ujung sebuah lorong, terlihat seorang pria hampir seumuran dengan Abi-ku tengah berdiri dan tersenyum padaku. Itu pasti Paman batinku.
"Assalamu'alaikum Om." Sapaku padanya.
"Waalaikumsalam. Ini dia yang Om tunggu dari tadi." Katanya sambil merangkulku.
"Om apa kabar?"
"Alhamdulillah Om sehat bugar seperti yang kamu lihat. Sekarang ikut Om ke Ruang Rapat, dan siapkan diri untuk perkenalan kamu kepada para Dokter." Jawabnya. Aku hanya menganggukan kepalaku.
Setiba di ruangan, aku langsung duduk di samping Paman. Paman menyuruhku untuk menunggu sebentar. Dan tak seberapa lama, aku mulai melihat beberapa dokter mulai memasuki ruangan satu persatu. Kursi ruang rapat hampir terisi penuh, namun kursi di sebelahku masih kosong. Entah siapa yang akan menempatinya.
"Di mana seorang lagi?" Tanya Pamar.
"Sepertinya masih mengurusi pasien Prof." Jawab seorang dokter pria di sebrangku.
5 menit kemudian...
"Permisi, maaf saya terlambat." Ucapnya membuat kami semua menoleh ke pintu ruangan.
"Masuk saja dok. Belum dimulai." Ucap Paman. Ia pun tersenyum ramah. Ah, kenapa aku jadi berdebar seperti ini ya? Entahlah. Astaghfirullah..
Ketika jantungku masih berdebar ia duduk di sampingku. Aku sempat menahan nafas saat indra penciumanku mencium wangi darinya. Astaghfirullah... Hanya Istighfar yang aku selalu ucapkan saat ini.
"Baik, karena semua dokter sudah berkumpul, saya akan langsung saja pada inti. Saya ingin memperkenalkan anggota baru di Rumah Sakit ini. Silahkan Nak Ardhan." ucap Paman.
"Selamat siang, perkenalkan saya Ardhan Salman Mohammad. Saya di sini akan bekerja dibagian bedah ortopedi. Saya harap saya dapat bekerja sama dengan kalian semua." Ucapku.
A N N A P . O . V .
Aku telat 3 menit. Aku langsung berlari ke ruang rapat. Ketika aku masuk, mereka semua telah berkumpul di ruangan.
"Permisi, maaf saya terlambat." Ucapku. Mereka menolehkan pandangan mereka padaku.
"Masuk saja dok. Belum dimulai." Ucap Prof. Hilman. Aku menuju satu-satunya kursi yang tersedia. Duduk di samping pria yang aku kira adalah dokter baru yang dikatakan Maya -suster sekaligus temanku-. Ia Tersenyum kecil, sangat kecil. Aku jadi deg degan melihatnya. 'Astaghfirullah Nna. Jaga mata Nna jaga!' batinku.
Prof. Hilman menerangkan alasan dikumpulkannya kami. Yang aku tahu, namanya Ardhan dia Dokter Bedah Ortopedi. Suaranya tegas tapi lembut, wajahnya yang tampan, dan tubuhnya yang sangat cocok menjadi seorang dokter. Mungkin ia cocok disebut 'Dokter tampan'. Astaghfirullah, lagi-lagi aku ini kenapa sih? Kenapa juga jantungku berdebar seperti ini?
"Baiklah saya akhiri pertemuan kali ini. Selamat bekerja untuk dr. Ardhan dan selamat bekerja untuk semuanya." Perkataan Prof. Hilman menyadarkanku dari lamunan.
"Terima kasih Prof." ucap semua bersamaan.
"dr. Anna, tolong antarkan dr. Ardhan keruangannya." Ucap Prof. Hilman.
"Baik Prof. Mari dr. Ardhan." Ucapku dan berjalan mendahului dr. Ardhan.
Kami berjalan beriringan, tak ada percakapan apapun. Merasa sangat garing, aku mencoba berbicara.
"Sebelumnya.."
"Nama anda.."
Ucap kami bersamaan membuat kami saling tatap. Astaghfirullah.. Malu sekali aku. Entah pipiku sudah seperti apa.
"Ini ruangan anda dr. Ardhan. Selamat bekerja." Ucapku tersenyum mencoba ramah.
"Terima Kasih dr..."
"Anna."
"Oh oke, Terima Kasih dr. Anna." Ucapnya tersenyum lebar.
"Sama-sama, permisi." Ucapku segera berbalik.
Huuufftt.. Entah mengapa terbebas dari tatapannya barusan merupakan suatu kelegaan pada diriku. Sepertinya aku harus lebih banyak beristighfar mulai saat ini.
---
TBC
----------------------------------------------------------------------------------
Holla, aku balik lagi. Hehe.. maapin ya. Mungkin gaje? Komen aja. Jangan lupa Voteeee
Love
Annfad
YOU ARE READING
SERENDIPITY
SpiritualAnnalis, seorang dokter spesialis penyakit dalam bertemu dengan Ardhan seorang dokter spesialis bedah ortopedi. Jatuh cinta pandangan pertama membuat Ardhan dan Annnalis malu-malu tatkala bertemu. Hingga pada suatu saat Ardhan memberanikan diri meny...