2. A Couple

43 2 0
                                    

A R D H A N  P O V

Memulai karier ku disini hari ini juga membuat ku sangat bersesamngat. Setelah aku tadi berjalan di samping dr. Anna dengan sangat garing, sampai saat ini aku masih tidak dapat menghilangkan senyumku sepenuhnya. Dengan wajah lembutnya dan suara indahnya mengantarku ke depan ruanganku membuatku sampai saat ini tidak dapat menyembunyikan senyuman bahagia ku. 

Ah. Kenapa aku jadi bahagia tak karuan begini sih? Slow Dhan slow. 'Kalau jodoh takkan kemana.' perkataan Ummi menyadarkanku bahwasannya diusiaku saat ini aku belum mempunyai calon pendamping. Untung saja Ummi dan Abi tidak selalu mempertanyakan tentang jodoh. 

Tok... Tok... Tok... suara pintu diketuk menyadarkanku dari lamunanku. Aku segera membuka pintu dan melihat siapa yang mengetuk.

"Assalamu'alaikum Kak." Sapa Amran. 

"Waalaikumsalam Ran. Masuk." Jawabku dan mempersilahkannya masuk. Kami menghabiskan waktu beberapa saat untuk mengobrol. Amran merupakan sepupuku yang merupakan dokter juga. Ia spesialis anak.

----

A N N A P O V.

Akhirnya pekerjaan ku selesai. Aku bergegas untuk pulang ke rumah. Tadi Umma mengatakan bahwa aku harus cepat kembali setelah pekerjaanku selesai.

Flashback-

Handephoneku berdering menandakan panggilan masuk. Dan itu dari Umma.

"Assalamu'alaikum Umma, Ada apa?"

"Waalaikumsalam Nna. Umma cuman minta nanti pulang kerja langsung pulang ya?" 

"Memangnya ada apa Umma?" Tanyaku.

"Umma sama Abi mau bicara sesuatu. Jadi Anna cepat pulang ya!" 

"Siap Umma kalau begitu."

"Ya sudah. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Flashshback off-

Dan saat ini aku tengah menunggu taksi. Sekarang sudah pukul 15.30 dan belum ada taksi yang lewat. Hanya mobil berlalu lalang saja di depan Rumah Sakit. Sampai pada saat sebuah mobil yang mundur mendekati tempatku berdiri. Dan saat kaca mobil terbuka, mataku rasanya kaku dan tak bisa ku alihkan, dr. Ardhan tersenyum ramah padaku. 'Astaghfirullah, sabar ini cobaan' batinku.

"dr. Anna mau pulang?" Tanyanya. 

"Iya nih dok. Dokter sendiri mau pulang?" Tanyaku berbasa basi.

"Iya, saya antar saja dok." Tawarnya. 'Duh ini orang kenapa sih?' Aku menjadi kikuk mendengarnya.

"Em,, gak usah dok. Saya juga lagi nunggu taksi kok dok." Tolaku halus.

"Jam segini biasanya taksi jarang loh dok." Jawabnya. Kenapa dia bisa tahu disini jarang taksi?

"Iya juga sih dok.." 

"Ya udah saya anter aja. Gak ngerepotin kok." Sambarnya langsung sebelum aku menolak lebih jauh lagi. 

"Baiklah, makasih." Dengan berdebar aku masuk ke mobilnya tepat di sampingnya.

Selama perjalanan tak ada percakapan antara kami. Ia sibuk dengan jalanan dan aku sibuk dengan jantungku.

"Rumahnya daerah mana?" Tanyanya.

"Komplek anggrek nomor 15 dok." Jawabku kikuk.

"Jangan panggil saya dok kalau tidak di Rumah Sakit dr. Anna." 

"Baiklah, anda juga janggan panggil saya dokter berarti." Jawabku.

"Ok. Panggil aku Ardhan." Ucapnya sambil tersenyum padaku.

SERENDIPITYWhere stories live. Discover now