Ketiga tamu Abi terpaku menatap seorang wanita yang baru saja turun dengan anggun dari lantai atas. Wanita itu pun demikian, ia terpaku pada seseorang yang pernah ia temui sebelum ini. dr. Ardhan batinnya.
"Waalaikumussalam, ini toh anakmu?" Tanya pria paruh baya yang duduk didekat Abi.
"Iya. Dia puteriku. Sini nak."
Dengan dituntun sang Umma, Anna berjalan duduk di dekat Abinya. Ketika ia berjalan, tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan pandangan pria itu. Jantungnya berpacu dengan cepat. Membuatnya tanpa sadar menahan napas sebentar.
"Namanya Annalisa Edelwis Azkya. Ia puteri bungsuku. Kakaknya saat ini ada di Singapore."
"Namanya indah seperti orangnya." Puji Ummi Ardhan. Membuat Anna semakin menundukan wajahnya. Huuh.. sudah entah seperti apa warna wajahnya saat ini.
A N N A . P . O . V.
Saat aku turun menuju ruang tamu bersama Umma, aku melihat pria itu dengan jantungku yang berdetak semakin cepat. Tatkala ia menolehkan wajahnya kearahku dan Umma, betapa kagetnya aku. Ia adalah pria yang tiba-tiba mengisi sebagian bayanganku tentang jodoh. Siapa lagi kalau bukan pria yang baru saja beberapa minggu aku kenal. Ardhan.
A R D H A N . P . O . V .
Suara salam itu terdengar begitu halus, entah mengapa dadaku berdesir begitu kencang hingga aku tiba-tiba menahan napas sejenak. Dan saat ku alihkan pandanganku pada sosok di belakangku, betapa terkejutnya aku. Dia. Wanita itu, wanita yang aku harapkan sejak beberapa minggu ini. Subhanallah. Dengan balutan gamisnya begitu menyejukan mata, sepertinya aku betah berlama-lama menatapnya jika seperti ini selalu. Astaghfirullah, balik ke dunia nyata Dhan! Dan aku sepertinya harus menarik kata-kataku pada Ummi tempo hari. 'sepertinya perjodohan ini akan batal'
Jujur saja, saat ini aku bahkan tak ingin membatalkannya sama sekali.
"Ehm,, Abi boleh Ardhan menyampaikan sesuatu?" Tanyaku.
"Silahkan nak." Jawab Abi.
"Em,, Jadi begini. Tempo hari, Ardhan pernah mengatakan pada Ummi bahwa Ardhan memiliki seseorang yang special di hati Ardhan.." Ummi mengangguk paham. Dan kulihat Anna tampak menegang.
"Dan hari ini Ardhan ingin mengakui suatu hal. Bahwasannya, orang yang special di hati Ardhan adalah wanita yang akan Abi dan Ummi jodohkan dengan Ardhan hari ini."
A N N A . P . O . V .
Aku terkejut sekali mendengar penuturan dari Ardhan, ia memiliki seorang yang special di hatinya. Entah mengapa aku merasa lemas mendengarnya.
"Dan hari ini Ardhan ingin mengakui suatu hal. Bahwasannya, orang yang special di hati Ardhan adalah wanita yang akan Abi dan Ummi jodohkan dengan Ardhan hari ini." Deg. 'Yang akan dijodohkan dengannya?' 'Itukan aku?'
Aku langsung mengangkat kepalaku menatap tak percaya dengan perkataannya. Sepertinya keluarganya dan keluargaku sempat menegang sebelumnya sama sepertiku.
"Maka dari itu, izinkan saya menta'aruf puteri Bapak. Saya ingin mengenalnya sebentar sebelum saya memutuskan untuk benar-benar melabuhkan hati saya pada puteri Bapak." Ardhan melanjutkan kata-katanya dengan lancar.
"Saya tergantung Anna. Jika ia bersedia maka kami akan mendukungnya." Jawab Abi.
"Jadi bagaimana Anna?" tanya Abi Ardhan.
Aku membisikan jawaban pada Umma 'Bismillah, Insyaallah Iya Umma.' dan Umma melanjutkan bisikanku pada Abi.
"Puteri saya menjawab Iya."
Alhamdulillah.. semua mengucap syukur dengan jawaban dariku. Bismillah aku harus mengenalnya.
A U T H O R . P . O . V .
Semua berjalan lancar dan kini kedua keluarga telah kembali ke kediaman masing-masing. Anna tak dapat menghentikan senyumnya yang tetap terbit semenjak ia menjawab maksud dari kedatangan Ardhan beserta keluarganya.
Ting..
Benda pipih di nakas kamar Anna berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. 'Assalamu'alaikum. Izinkan aku mengenalmu lebih dalam Khumairah.' Pesan tersebut membuat pipi Anna merona layaknya kepiting rebus.
"Ish.. Kenapa dia harus panggil aku gitu sih?" Anna menggerutu sendiri.
Kring.. kring..
Nama Ardhan terpampang dilayar membuat Anna ragu mengangkatnya. Ia menarik napas sejenak sebelum mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum." Sapa seseorang disebrang sana.
"Waalaikumussalam. dr. Ardhan."
"Ardhan saja jangan pake dokter. Kita lagi free bukan waktu kerja Anna."
"Berarti kalau sedang kerja kita panggilnya pake embel dokter ya?" Tanya Anna.
"Terserah sih. Mau panggil pake dokter atau enggak juga." Jawab Ardhan.
Percakapan mereka terus bergulir hingga tak terasa waktu malam itu telah menunjukan pukul 11 malam. Akhirnya mereka mengakhiri percakapan mereka.
Keduanya akhirnya terlelap dengan senyum yang terus terkembang.
----------------------------------------------------
TBC
Maafkan bila gaje luwar biasah. Maaf juga baru Up lagi setelah sekian lama entah kenapa dan kemana hehe..
*Maaf pendek juga
Insyaallah aku bakal Up segera setelah ini ya.
Because masih new di watty ini. Aku mohon saran dan juga kritikannya ya.
Please Vote and Comment.
Love
Annfad_

YOU ARE READING
SERENDIPITY
SpiritualAnnalis, seorang dokter spesialis penyakit dalam bertemu dengan Ardhan seorang dokter spesialis bedah ortopedi. Jatuh cinta pandangan pertama membuat Ardhan dan Annnalis malu-malu tatkala bertemu. Hingga pada suatu saat Ardhan memberanikan diri meny...