...

28 6 3
                                    


Lima tahun kemudian...

Seorang anak kecil berambut hitam ikal berlari keluar dari sebuah toko bunga. Kaki-kaki mungilnya begitu lincah menuruni empat anak tangga, tangan kirinya menggenggam erat setangkai bunga mawar putih cantik. Wajah bulatnya bersemu merah dengan senyum ceria terkembang apik di wajahnya. Mata hijaunya begitu berbinar. Membuat orang yang melihatnya akan langsung terpesona dengan keindahannya.

Hari ini, adalah hari yang selalu dia nanti. Karena ayahnya pasti akan selalu libur, dan menemaninya seharian bermain setelah mereka pergi mengunjungi suatu tempat terlebih dahulu.

Anak itu begitu senang sampai dia lupa jika ayahnya masih berada di dalam toko bunga langganan mereka. Tapi dia tidak takut. Karena dia yakin ayahnya selalu bisa menemukan dirinya. Kakinya masih melangkah dengan ringan, alunan nada nyanyian khas anak-anak terdengar dia gumamkan terus. Sebentar lagi. Tinggal beberapa langkah lagi dia akan sampai di tempat itu, namun tiba-tiba tubuhnya terhunyung kebelakang dan jatuh dengan kerasnya. Bunga mawar putih yang di pegangnya terhempas, terinjak oleh kaki seseorang di depannya. Matanya mulai memanas. Bunganya hancur.
Bunga yang seharusnya ia jaga baik-baik, kini kotor dan rusak.
Bunga yang seharusnya ia berikan padanya, terjatuh dan hancur.

''Oh. Maapkan aku. Apa kau terluka??"

"Bu-bungaku..."

"RAPASHA!!!"

.
.
.

Namaku Orion Mu Flaga. Seorang pria bodoh yang tidak bisa mempertahankan apa yang di inginkan.

"Aku pikir kau tidak akan datang."

Sebuah pertanyaan langsung menyapaku saat aku baru saja masuk ke dalam ruangan yang penuh bunga ini. Tanggal ini tanggal spesial, dimana di setiap tanggal ini aku akan membeli sebuah buket bunga yang begitu istimewa dan cantik. Tapi bagiku ini adalah tanggal dimana aku bertekad untuk menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab.

"Tuan muda ini begitu sulit dibangunkan. Sungguh manja sekali."

Aku berpura-pura mengeluh pada wanita tua yang bertanya padaku tadi. Mrs. Avilda seorang florist  sekaligus pemilik toko bunga ini.

"Ahahahahahaaa~ benarkah, tuan muda ? Kau nakal kalau begitu." ucap Mrs.Avilda menggoda.

"Aku tidak nakal." seruan cempreng terdengar lucu dari balik kakiku. Seorang anak kecil yang memang sedari tadi malu-malu bersembunyi dibelakangku, melangkah kesal menuju Mrs. Avilda yang tengah berdiri di balik meja kounternya.

"Ohohohoo~ benarkah~~"

"Anda memang jahat Mrs. Avilda."

Aku hanya mendengus pelan melihat pertengkaran lucu mereka.

"Ini. Hadiah untukmu. Jangan merajuk lagi~"

Mrs. Avilda memberikan setangkai bunga mawar putih yang indah pada tuan mudaku, yang ia terima dengan senang hati.

"Thankyou, Mrs. Avilda." teriaknya penuh semangat.

Aku tersenyum dan mengacak surai legamnya gemas. Dia benar-benar mirip dengan seseorang yang dulu ku kenal. Ya, dia yang dulu pernah membuatku melakukan hal yang sama pada bocah ini.

"Hei. Berhenti melamun. Dan ambil buket bungamu." seruan Mrs. Avilda membuatku tersentak, dan segera menghampirinya.

"Ahh... Maaf."

"Kali ini tulip kuning kah?"

Aku mengambil buket bunga tulip kuningku. Begitu indah dan cantik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

September (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang