Laras Syana
Ya, itu aku. Yang panggilannya diambil dari nama belakangku. San. Tanpa menyertakan huruf Y dan A yang berada di ujung.
Laras Syana.
Seorang periang, seorang yang tampak ceria sebelum mengenal cinta.Aku pernah bodoh, mengira yang dulu menguasai hatiku adalah cinta. Seseorang yang dulu hadir adalah segalanya. Tampak sekali kesalahannya setelah aku mengenal sosok baru.
Begitu bodoh karena aku kira seberapa dalam dan besarnya rasa cintaku untuk orang itu.
Kini, seseorang yang dalam waktu cukup lama kukenal, terlihat biasa dan amat tak membuatku tertarik, sederhana dan jarang ingin kupandang. Ternyata membawaku pada ruang baru. Ruang yang ia perkenalkan seluruhnya untukku. Bahkan sepertinya kurang tepat kalau kusebut sebagai ruang. Ia memberi yang begitu luas. Tidak bertepi dan berujung. Aku tidak dapat berpijak atau bersentuhan. Tetapi, aku dapat merasakannya.
Aku dapat merasakan betapa luasnya cinta yang baru. Cinta yang lebih baik dari masa laluku. Dari sebelumnya.
Kadang, hati perlu mengenal lebih dulu, entah dalam waktu yang sesingkat mungkin atau selama apapun. Hati harus kenal, sekedar nama atau sosoknya, senyumnya, gerak-geriknya, dan yang lainnya mungkin.
Tapi bagaimana kalau yang berlanjut setelah lama mengenal itu justru sama-sama hati. Sebagian hati mengenal bagian hati yang lain. Harus bagaimana?
Mencegahnya?
Tidak bisa. Karena hingga detik ini. Aku sudah terlanjur menjatuhkan hatiku sedalam mungkin padanya. Pada dia yang menjadi pelengkap ceritaku, menyusun cerita bersama hingga akhirnya tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya.
Bukan mengakhiri perasaan yang sudah terlalu dalam. Tapi luka. Beberapa luka yang menjadi sebab cerita yang tak menentu. Pada akhirnya, aku sadar. Jatuh itu memang akan selalu sakit. Baik itu jatuh cinta sekalipun, tetap ada ujung menyakitkan yang akan menunggu.
Dulu ketika bersamanya, aku dibutakan oleh berbagai kebahagiaan, atas kehadirannya, intinya semua tentang dirinya, yang bisa kurasakan saat itu cuma rasa bahagia dan terus bahagia.
Sampai aku lupa pada resiko terbesar dalam mencintai, yaitu sakit hati.
Seperti kedatangannya yang tidak pernah bisa kuduga-duga sebelumnya, bagaimana perasaanku yang berkembang tanpa pernah aku kira sebelumnya, begitu juga dengan rasa sakit yang tiba-tiba datang setelah sekian lama merasakan bahagia ketika bersamanya.
Aku lupa, bahwa resiko seperti ini pasti akan menimpaku.
Tentang perpisahan, kehilangan, melepaskan, merelakan, hingga mengikhlaskan. Rasanya sampai sekarang aku masih belum bisa menerima kenyataan-kenyataan pahit yang bersembunyi di balik cerita kami.
Tentang banyak cinta yang pernah ia berikan, dan tentang segala kebahagiaan yang pernah aku dapatkan selama memilikinya. Semua itu masih kugenggam erat, kurengkuh seutuhnya dalam pelukan yang sudah lelah harus menerima segalanya.
Semua tidak akan pernah terlupa, terutama bagaimana cara hati yang dulunya mencintai begitu tulus ini dilukai sebegitu dalamnya.
Barang sekali aku berpikir, apa sesakit ini rasanya? Lalu harus bagaimana menghentikan rasa sakitnya?
Kali itu juga aku tahu jawabannya. Untuk perhentian setiap rasa sakit. Hanya ada dua pilihan. Tetap mencintai tanpa memerdulikan apapun resikonya.
Atau.. Berhenti mencintai.
Manusia kadang ingin saja memilih pilihan pertama, percaya bahwa semua akan baik-baik saja apabila diteruskan bahkan sesakit apapun rasanya dalam hubungan retak yang dipaksa menyatu.
Padahal, kemungkinan terbesarnya adalah perhentian rasa sakitnya tak hanya sampai di situ. Ada rute baru yang segera menyambut.
Kalau aku?
Ya, aku mencintainya. Sudah. Itu saja. Untuk berhenti atau meneruskan, semua diluar kendaliku. Aku tidak akan bisa menyetir kemana hati akan berlabuh. Tidak bisa.Oh, ya,
Dan, untukmu, yang seberapa istimewanya sosokmu dalam hidupku tidak bisa aku jelaskan,
Untukmu yang kupikir tidak akan punya waktu untuk membawa cerita ini,
Aku cuma bisa menyayangimu dan selalu menyayangimu.
Maaf, karena tidak ada hal lain yang bisa aku berikan, satu-satunya, ya cuma, aku menyayangimu.Bahkan lebih dari itu, aku sangat mencintaimu.
-Laras Syana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dii & San
Teen FictionKetika hati yang masih membekas lukanya, masih tersisa rasa perihnya, kemudian dijatuhkan lagi oleh Sang Pencipta untuk merasakan cinta. Hati yang sudah lama ia tutup dan berusaha ia rawat hingga sembuh, akhirnya disembuhkan oleh sosok baru yang had...