Aku tidak tau berapa lama aku memikirkan hal ini sampai-sampai aku tertidur karena kelelahan. Bibi karina membangunkan ku untuk makan dan mengatakan bahwa dalam 5 jam lagi kami akan sampai ke Los Angeles. Aku makan dalam diam, kepalaku sedikit sakit karna terlalu banyak pikiran. Setelah aku makan aku berkeliling kedalam pesawat untuk mengalihkan pikiranku sampai akhirnya aku menyerah karna merasa terganggu dengan tatapan penumpang yang terlihat ingin membunuhku itu.
Saat aku duduk aku melihat Bibi Karina sudah mengganti pakaiannya menjadi lebih formal, dia memberiku sebuah tas dan menyuruhku untuk mengganti pakaian yang berada didalam tas tersebut. Setelah di kamar kecil aku menatap kagum kearah bajunya terlihat bagus dan modis. Baju ini adalah baju setelan satu pasang yang berwarna tosca dan putih. Pada bagian bajunya terdapat aksen rumbai di kerah bajunya dan berlengan tulip, sedangkan bagian roknya bergambar bunga dengan dasar berwarna tosca dan lebih penting bahan baju ini terasa enak dan terasa pas dengan diriku. Aku rasa ini adalah sutra.
Saat kembali ke kursi penumpang Bibi Karina mengatakan bahwa baju ini sangat cocok dengan diriku, dan aku mengucapkan terima kasih. Bibi Karina membantuku menjalin rambutku yang berwarna hitam.
"Maafkan Bibi, tapi sampai di Los Angeles kita akan langsung ke sekolahnya. Jadi kau kemungkinan tidak akan sempat untuk istirahat karna kau pasti langsung disuruh untuk masuk kekelas. Pakaian yang kau pakai sekarang adalah seragam dari sekolahnya"
Aku menatap seragamnya takjub. "Seragam yang sangat bagus. Tapi Bi, kalau begitu dimana kita tinggal?"
"Sekolah itu memiliki asrama. Dah rambutmu sudah selesai"
"Terima kasih. Apa kita akan tinggal berdua?"
Bibi Karina menggeleng sampai tersenyum. "Tidak, asrama nya hanya diperuntukan untuk siswa. Tidak usah khawatirkan Bibi, Bibi bisa manjaga diri"
Aku mengangguk tanda mengerti, dan kondisi kembali menjadi hening. Setelah beberapa jam berlalu akhirnya kami sampai di Bandara Internasional Los Angeles. Bibi langsung menarik ku keluar tanpa bisa aku mengagumi aksitekturnya, aku melihat kebelakang dan para penumpang yang ada di pesawat mengikuti kami dibelakang.
Bibi membawaku jalan jauh sampai akhirnya kami berada ditempat yang sepi, Bibi melihat kesekeliling setelahnya dia mengambil sesuatu ditasnya. Dia mengeluarkan sebuah mobil mainan merah yang sama seperti kami pakai kemarin saat menuju ke Jakarta. Bibi meletak mobil itu ke tanah dan mundur beberapa langkah, Bibi mengucapkan beberapa kata yang tidak terdengar olehku setelah itu mobil itu membesar sebesar mobil yang kemarin aku tumpangi.
"Bagaimana bisa?" kataku terkejut. Bibi tersenyum "Inilah sihir, ayo kita tidak punya banyak waktu"
Bibi langsung naik kemobil, aku mengikuti dirinya. Setelah itu Bibi langsung mengemudi mobilnya dengan kecepatan yang fantastis juga, entah kenapa jalan yang kami lalui tidak macet sama sekali. Hanya kurang lebih 15 menit kemudian akhirnya Bibi berhenti disebuah gedung tua yang benar-benar sudah tua. Bibi turun dan akupun mengikutinya, kami masuk kedalam gedung menyedihkan itu dan melihat resepsionis yang sudah berumur. Aku melihat kesekeliling, interiornya terlihat sangat menyedihkan. Aku kembali memperhatikan resepsionis yang sedang menatap aku dengan intens.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Aku menatap kearah Bibi minta pertolongan. "Namanya adalah Lucy Agatha Delton, dia adalah Witch"
Nenek Resepsionis itu semakin menataku intens seolah-olah dari tatapannya dia bisa mencongkel mataku. Setelah beberapa detik mencengkam dia akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap kearah Bibi Karina. "Silakan masuk kalau begitu, selamat datang para keturunan penyihir"
"Terima kasih kalau begitu" kata Bibi senang dan pergi kearah pintu yang berada di samping nenek resepsionis itu. Aku mengekorinya dari belakang. "Ini telingaku yang salah atau memang itu nenek-nenek menggunakan bahasa Indonesia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucy And The Witch
FantasyAku tidak menyangka dengan kematian kedua orang tua ku malah membuatku masuk kedalam masalah yang pelik, aku tidak menyangka jika orang tua ku selama ini menutupi kebenaran tentang diri kami, aku tidak menyangka bahwa akulah yang disebut dalam sebua...