Aku memandang kesal kearah Helen yang menampilkan cengir tidak berdosanya, baru seminggu dia disini dan dia sudah berbuat masalah. Bagaimana bisa dia menyeludupkan bubuk super gatal kedalam sekolah dan dengan beraninya melempar bubuk itu pas didepan wajah bibi Karina saat pelajaran Corporis.
Beruntungnya bubuk itu tidak masuk kedalam mata bibi, karna jika masuk itu bisa berakibat fatal buat matanya. Tapi walaupun tidak masuk kedalam matanya, wajah bibi kena bubuk itu menjadi gatal-gatal. Dan dokter mengatakan efeknya akan hilang selama 3 hari.
Sekarang kami berada diruang rekreasi asrama octobris, Vreo dan Violent berdiri disebelahku. Aku menyilangkan tangan didada. "Sebenarnya apa yang kau inginkan Helen? Apa kau itu anak-anak?"
Cengiran tak bersalah Helen hilang berganti dengan dengusan sombongnya. "Sekolah ini membosankan, kalian begitu taat dengan peraturan. Sekali-kali jailkan nggak masalah"
"Tapi bukan seperti ini caranya!". Kataku kesal, aku menepuk-nepuk dada ku karna aku harus menahan amarahku. "Bagaimana jika bubuk itu mengenai mata bibiku? Bagaimana jika bibiku buta?"
"Ya maaf, aku kan nggak tau kalau itu bibi mu. Kalau tau kan aku melakukannya ke guru lain"
"Tidak boleh!" teriakku serentak dengan Vreo dan Violent. Saking kuatnya teriakan kami bahkan siswa-siswa yang sedang bersantai memandangi kami penuh tanda tanya.
"Kau.tidak.boleh.menjahilin.siapapun.disini!" kata Vreo penuh dengan penekanan.
Helen mendesah, dia mengangkat tangannya tanya menyerah. "Baiklah-baiklah, hamba mohon ampun atas kelakuan hamba. Jadi bagaimana? Hamba diampunin?"
Violent berkacak pinggang. "Ingat Helen, semua kelakuan konyol mu itu akan berdampak dengan kami bertiga. Jadi aku mohon dengan lubuk hatiku yang paling dalam untuk menghentikan pikiran-pikiran gila mu. Jika kau berjanji, kami akan memaafkan mu"
"Oke, Fine! Aku nggak akan melakukan hal gila lagi"
Aku mendesah lega. "Itu lebih baik. Omong-omong dimana Elizabeth? Kok aku nggak lihat dari tadi?"
"Palingan dia sedang melakukan tugasnya". Setelahnya Helen pergi menuju kamarnya meninggalkan kami bertiga yang kebingungan dengan perkataannya.
Kami bertiga akhirnya memutuskan untuk berdiskusi di kamar aku dan Violent. Aku mempersilakan Violent dan Vreo berjalan didepan dan aku berjalan paling belakang. Aku menatap bagian belakang Vreo yang sayangnya terlihat cukup menarik untuk di pandang.
Vreo adalah lelaki paling misterius yang pernah aku temui. Dia begitu diam dan dingin, seolah-olah dia begitu sulit untuk berekspresi. Dan dia begitu nurut kepada Violent, apapun yang dikatakan dan yang disuruh oleh Violent pasti akan dikerjakannya langsung. Tapi entah kenapa aku merasa dia adalah orang yang sangat baik, dia pernah menanyai keadaanku walaupun dengan ekspresi dinginnya.
"Sekarang aku mengerti kenapa kau sangat membenci Helen, Lucy" kata Violent setelah kami sampai di kamar. Aku hanya mengendikan bahu dan duduk di kasur, pernyataan Violent tidak perlu dijawab secara lisan.
Vreo duduk dimeja belajar Violent, dia menghadap ke kami berdua. "Tapi aku tadi tidak sengaja melihat ketakutan dalam dirinya"
Aku mengangkat alisku bingung. "Seorang Helen ketakutan? Itu tidak mungkin"
"Aku tidak berbohong"
Violent melipat kakinya diatas kasur. "Lucy, kalau boleh aku mengatakan suatu rahasia. Sebenarnya Vreo bisa membaca emosi seseorang"
"Maksudnya seperti dia bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh seseorang?"
Violent dan vreo mengangguk secara bersamaan, sedangkan aku mencoba mencari kebohongan diantara mereka berdua. Tapi setelah beberapa detik menatap mereka aku mengetahui kalau mereka tidak berbohong, aku memandang Vreo tajam. "Kalau gitu buktikan, apa yang aku rasakan sekarang Vreo?"
![](https://img.wattpad.com/cover/164222418-288-k264193.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucy And The Witch
FantasyAku tidak menyangka dengan kematian kedua orang tua ku malah membuatku masuk kedalam masalah yang pelik, aku tidak menyangka jika orang tua ku selama ini menutupi kebenaran tentang diri kami, aku tidak menyangka bahwa akulah yang disebut dalam sebua...