Ethan PoV
*flashback*
Aku tau ini adalah sebuah kesalahan besar, saat aku mencoba menjambret tas gadis ini untuk yang kedua kali. Aku berlari dengan nafas yang terengah- engah.
"Gadis ini, apa dia mantan atlit lari?" gumamku dalam hati. Sampai aku tiba di sebuah jalan buntu.
"Ah, sial!!" umpatku sambil menggoyangkan pagar besi tinggi. Suara rantai beradu dengan besi menggema di sepanjang jalan sepi tersebut. Tidak lama seorang gadis datang, umurnya mungkin tidak lebih dari 16 tahun pikirku. Gadis itu membungkuk sambil memegang lututnya, berusaha untuk menarik nafasnya kembali. Perlahan ia menegakan badannya, kami pun berhadapan langsung. Sesaat pandangan kami saling beradu. Aku bisa melihat raut wajah terkejutnya saat melihat langsung ke arahku. Jujur, ia terlihat cantik. Beberapa helai rambut menutupi wajahnya yang berkeringat. Dan bahkan saat berkeringat seperti itu, dia tetap terlihat memukau.
"Jelaskan, kenapa kamu harus mengambil dompet DAN juga tasku?! Apa tidak ada mangsa lain yang bisa kamu dapatkan?" tanya gadis itu. Saat aku melihat langsung ke arah matanya, matanya yang berwarna hazelnut. Aku tau, saat itu aku benar-benar membuat sebuah kesalahan besar.Aku menyodorkan tasnya sambil membisu. Dia langsung mengambil tas itu dengan kasar dari tanganku dan memeriksa bagian dalamnya. "Aku belum mengambil apapun" ucapku dengan nada datar. Dia memberiku pandangan heran sambil berkata "Kenapa kamu melakukan semua ini? Kenapa mesti aku lagi?". Aku mengangkat bahuku sebagai tanda bahwa aku tidak tahu.
Tiba-tiba perutku mengeluarkan bunyi yang cukup kencang. Aku baru ingat bahwa aku belum memakan apapun dari pagi kecuali sebatang rokok yang aku hisap sebelumnya. Aku tertunduk malu, setelah beberapa saat aku melihat sesuatu disodorkan ke arahku. Sambil mendongakan kepala, aku lihat dia sudah beberapa langkah lebih dekat kearahku.
"Ini untukmu. Isinya mungkin tidak sesuai dengan porsi makan laki-laki besar sepertimu, tapi lumayan untuk mengganjal perut."Aku mengambil kotak makan siang berwarna merah itu, sambil terus terdiam dan tidak berkata apa-apa. "Cukup pastikan kalau kamu mengembalikan kotaknya dalam keadaan bersih besok, okay?" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, iapun lekas pergi sambil menyelempangkan tasnya. Meninggalkan ku sendirian di ujung jalan sempit dengan raut muka keheranan.
Sepanjang hidupku, orang-orang terus memperlakukanku seperti sampah, tidak pernah dihargai, dan selalu dipandang sebelah mata. Sejujurnya, ini pertama kali ada seseorang, terutama perempuan yang memperlakukan ku dengan baik. Akupun segera memakan makanan yang ada diberinya dengan lahap.
-
Keesokan harinya, aku menunggu dia di jalan yang sama tempatnya menunggu bus. 10 menit, 20 menit, 30 menitpun berlalu. Aku melihat sosok perempuan itu dari ujung jalan, ia melambaikan tangan kepada dua orang temannya lalu berjalan menuju ke arahku. Seketika aku merasa gugup, seolah-olah ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutku. Namun ketika aku hendak berbalik badan dan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba dia menyapaku dan berkata "Hi Strangers! Sudah kamu bersihkan tempat makanku? Kamu tau aku membutuhkan itu kembali kan?" ucap gadis itu sambil melihat kearahku dengan ekspresi wajahnya yang setengah kesal.
"Oh.. okay...ini. Aku sudah mencucinya, tapi maaf kalau ini kurang bersih atau masih terlihat berminyak." aku membuka tas converse hitamku dan mengeluarkan kotak bekal berwarna merah itu, kemudian menyodorkan ke arah dia. Gadis itu pun mengambilnya dan tidak sengaja, tangannya yang lembut menyentuh tangan kasarku.
"Makasih ya...hmm...bu-buat m-makanannya" ucapku sambil terbata-bata. DAN aku belum pernah berbicara terbata-bata selama ini. Tidak saat aku berbicara dengan siapapun, baik itu polisi, ataupun preman dan copet yang lain. Tapi gadis ini, membuatku jadi salah tingkah. Sial! Kendalikan dirimu Ethan, atau kamu akan mempermalukan dirimu sendiri di depan gadis ini.
"Sama-sama, ini ngga seberapa kok. Cuma satu" gadis itu berkata dengan nada serius. "Pastiin kamu atau teman-teman kamu ngga akan mencoba nyopet aku lagi? Okay?" dan seketika raut wajahnya berubah, dan diapun memberiku senyuman lebar.
"Yeah, a-aku akan mem-bereskan hal itu" sambil menundukan pandanganku dari matanya. Apa ini yang dibilang orang orang dengan salah tingkah?
Lalu gadis itupun melambaikan tangan dan berkata bahwa busnya sudah datang sambil bersiap untuk naik. Aku, tanpa pikir panjang segera berkata "Namaku Ethan. Boleh aku tau namamu?"
Di ambang pintu bis itu, dia menoleh kearahku dan berkata "Namaku Lily. Dan kayaknya kita akan sering bertemu" dan dengan itu diapun masuk kedalam bis dan duduk.Aku terdiam sambil terus memandangi bus itu pergi. Setelahnya, aku tidak bisa menyembunyikan senyuman lebar yang terpasang di wajahku.
YOU ARE READING
The Lone Fighter
Romance"Aku melihatnya, berdiri dengan tegak di atas arena sambil memegang sebuah sabuk berwarna emas. Lebam di mata kiri dan sekujur badannya tidak mampu menutupi rasa bangga yang terpancar dari dirinya." __________________________________________________...