DUA

8 4 2
                                    

Devano Alanta,atau yang kerap disebut dengan Vano itu. Seperti hari sebelum - sebelum nya ia selalu datang terlambat,dan seperti biasanya kini ia berdiri lurus menatap tiang bendera sambil mengangkat tangan kanannya hormat pada bendera.

Hal itu sudah menjadi makanannya sehari- hari,menurutnya ini lebih baik, ketimbang harus masuk kelas dan mendengar omelan para guru sehingga membuat kedua kupingnya panas. Lagian kali ini ia betah berlama- lama disana,gimana nggk betah kali ini ia ditemani oleh bidadari cantik yang sepertinya tengah mendapat hukuman sama sepertinya.

Kini ia lebih terfokus pada cewek disebelahnya ,ia menatapnya mulai dari atas sampai kebawah."Boleh juga" batin vano,sepertinya cewek itu risih ditatap olehnya,hingga akhirnya cewek itu menoleh" Gue tau gue cantik,tapi bisa nggk ,nggk usah segitunya kalo ngeliat."cewek itu kembali menatap lurus kedepan.

"Serah gue dong,gue yang punya mata,ngapain lo yang sewot."

"Emang yah ,mata lo minta gue colok." kata cewek itu.

Vanno semakin menantang."Yakin berani..."Vanno tersenyum devil, cewek itu terdiam sejenak,ia menatap vanno,vanno tau tapi ia pura pura tidak tau padahal dalam hati seneng.

Cewek itu pun akhirnya membuka mulut."berani,ngapain gue takut sama cowok banci kayak lo." kini cewek itu membalikkan tubuhnya dan menghadap vano, vanno hanya diam menebak gerak gerik selanjutnya yang akan dilakukan cewek itu. Kini cewek itu mendekat dan semakin mendekat kepadanya.

Cewek itu mengangkat kedua tangannya, kini vanno dapat menebak apa yang  akan dilakukan oleh cewek itu, vanno pun dengan sigap memegang  kedua tangan itu sehingga mengunci pergerakan tanganya.Tanpa mereka sadari mereka menjadi tontonan gratis bagi para siswa yang sedang lewat disana.

"Cuma segini doang tenaga lo,cih gayanya aja sok brani,nyatanya..." vano terkekeh pelan.

"Lepasin tangan gue bangsat."Bukannya melepaskan tangan fannya vano malah semakin erat memegangnya lalu tangan vano yang satunya melingkar ditubuh fannya,yah dari kejauhan memang mereka seperti sedang berpelukan sekarang mereka menjadi pusat perhatian para siswa yang sudah mulai beristirahat.

" lo ngerti bahasa manusia nggk sih." fannya menginjak kaki vano ,vano pun reflek melepaskan kedua tangan fannya,satu tinjuan ia arahkan keperut vano itu.

Vano meringis kesakitan,fannya pun buru buru mengambil tasnya dan pergi dari sana. Ia tidak sadar kalo yang ia bawa sekarang adalah tas vano.

Vano terkekeh"tuh cewek kuat juga,makin tertarik gue." karna sudah memasuki waktu istirahat ,ia pun berjalan ke arah tempat ia menaruh tasnya tadi. Yang ia temukan malah tas berwarna merah,ia bisa menebak siapa orang pemilik tas ini.

Ia pun mengambil tas itu,dan membawa nya dengan hanya menaruh satu tali dipunggungnya." tuh kan jodoh,belum belum aja udah ketuker." sekali lagi ia terkekeh.

Kini hanya satu tempat yang ingin ia tuju,yah kantin sedari tadi perutnya sudah keroncongan . diperjalanan menuju kantin banyak sekali cewek yang kagum ketika vano lewat didepan mereka,bahkan banyak yang dengan terang terangan menyatakan kekagumannya. Ada juga yang hanya berani bisik bisik dengan temannya.

Bukan vano namanya kalo nggk bisa buat cewek histeris ngeliatnya, dengan gaya sok coolnya ia mengarahkan rambut atau jambul atau apalah itu you know lah ke belakang.cewek cewek semakin histeris dibuatnya.

Kini ia sudah sampai dikantin,ia mengedarkan pandangannya,dan ia menemukan segerombolan temannya yang tengah duduk di bangku kantin pojok kanan.ia pun menghampiri mereka."Hai broo." ia dengan keempat temannya itu bersalaman khas ala lelaki.

"Tas lo cucok broo,warna merah." geva terkekeh diikuti tawa teman temannya yang pecah.

"Tas gue ketuker sama tas yayang gue." vano sambil menyeruput jus milik Fathan. Vano dihadiai pelototan oleh sih pemilik.

"Target lo selanjutnya? Siapa?" tanya mereka serempak.

"Gue emang belum tau namanya,tapi yang jelas ,untuk yang ini siapapun yang berani deketin dia,berurusan sama gue,sekalipun itu kalian, karna gue paling nggk suka berbagi.."

***
Dikelas fannya

Di dalam kelas fannya terus terusan mondar mandir,ia kembali mengingat ngingat kejadian tadi. Kalo tidak salah dia sempat melihat sekilas bet nama cowok itu."Em mm yah Dev... Devano yah namanya devano." ia langsung menghampiri cindy.

"Kalo nggk salah namanya devano, lo kenal nggk?"

"yang namanya devano nggk cuma ada satu fan banyak,lo nggk tau kepanjangannya apa  gitu?

Fannya terdiam,berpikir sejenak." gue nggk inget betul nama kepanjangan nya siapa ,kalo nggk salah sih al ala tau ah yang jelas huruf depannya a."

"Yang gue tau cuma ada satu nama devano yang huruf awal kepanjangan nya A.  Yah Devano alanta."

"Devano alanta....."

"Iya,lo nggk kenal siapa dia?"cindy menaikkan satu alisnya.

Fannya menyilangkan kedua tangannya didepan dada,sambil bersandar pada sebuah meja" nggk,yang gue tau dia itu cowok brengsek yang pernah gue temuin. Masak baru ketemu,udah berani meluk gue, bangsat banget kan."

Mata cindy melotot tak percaya "Sumpah demi apa lo dipeluk sama dia? OMG lo beruntung banget tau nggk bisa dipeluk sama cowok paling ganteng seantero sekolah, ah gue jadi iri deh."

Fannya mendengarnya malas, ia mengambil tas vano dan membawanya,ia berjalan hendak keluar kelas.tapi ditahan oleh cindy"mau kemana lo?"

Fannya pun menoleh"mau ngambil tas gue lah."

"Emang lo mau ngambil kemana?"

"Entahlah."

Cindy pun menghampiri fannya."Gue tau kelasnya..." ia tersenyum miris.

***

ZefannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang