Bukan orang lain atau diri sendiri yang menentukan kapan perasaan manusiawi bertemakan Cinta itu datang.
Tapi waktu yang menentukan kapan seseorang siap diberi tugas mengemban beratnya sebuah rasa suci dari bapak dan ibu kami, Adam dan Hawa.
Yang dipisahkan, karena sebuah hal kecil pembuktian atas nama Cinta.
Hari senin pagi, mungkin akan menjengkelkan bagi sebagian besar orang. Bagaimana tidak? Kemarin kau baru saja bersantai ria tanpa perlu memikirkan tugas-tugas. Tidur seharian, bertamasya bersama keluarga, pergi bersama teman, atau berkencan bersama kekasih mungkin terdengar lebih mengasyikkan dari pada harus bangun pagi -pagi demi agar tidak terlambat masuk kerja atau sekolah. Upacara pagi yang membosankan, guru atau bos yang menjengkelkan, dan tugas yang melelahkan. Hah.
Bisakah hapus hari senin untuk sekali saja?
Baiklah, mari kita pergi melihat lihat. Seoul di senin pagi memang sangat macet , jadi kita pergi kepinggiran kota saja. Tepatnya di sebuah rumah sederhana bercat warna dominan putih ini. Sederhana dan minimalis, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah seseorang yang tidak neko-neko dan tidak banyak keinginan.
Suasana rumah tampak sepi, mungkin semua penghuni rumah sudah berangkat bekerja atau berangkat kesekolah. Jadi kita lewati.... Tunggu sebentar! Sepertinya ada orang didalam rumah. Seorang laki-laki, berposisi tengkurap diatas kasur queen size didalam sebuah kamar yang tidak terlalu besar. Dia tidak sekolah? Atau tidak bekerja? Atau jangan-jangan pengangguran? Tidak tidak, pemerintah Seoul sudah mengeluarkan aturan bahwa kaum laki-laki tidak seharusnya berada di rumah dan berdiam diri kecuali pada hari libur. Mungkin dia pengecualian.Kring... Kring... Kring.... Tap!
"Ck, berisik sekali. Masih mengantuk tau dasar alarm bodoh. "
Umm... Apa kita bisa menegurnya bahwa alarm adalah benda mati?
Kring... Kring... Kring..... Tap. Brak!
"Ya ampun, bisakah kau di-APA? SUDAH JAM SETENGAH TUJUH?? DEMI NEPTUNUS AKU TERLAMBAT!!!
.....well, bisakah kita memukulnya sekarang? Dia yang mematikan alarmnya sendiri kenapa dia yang marah? Dasar aneh.
"Tidak tidak tidak aku sudah terlambat, bagaimana bisa aku bangun kesiangan? Padahal tadi malam aku hanya tidur jam 10 malam."
Seorang anak laki-laki yang diduga pemilik kamar bernuansa biru ini. Baru saja bangun, mandi, dan berpakaian dalam waktu super duper mega ultra cepat, sedang berada di depan cermin kamarnya memakai dasi sambil terus bergumam menyalahkan. Hei, siapa yang perlu disalahkan? Dia sendiri yang bangun terlambat, memangnya guling punya nyawa untuk tetap menahannya tidur begitu? Ya tuhan!
"Aishh.. Mengapa Appa juga tidak membangunkanku. Eh, Appa kan pergi ketoko jam 6 pagi... Tapi sama saja, setidaknya seharusnya Appa menelfonku. "
.....baiklah, anak selalu benar dan orang tua selalu salah.
Setelah siap dengan segala tetek bengek sekolahnya, dia mengambil tas miliknya sambil berlari. Lalu berhenti didepan cermin sebentar...
"Wow, kau memang sangat tampan Lee Jisung. Orang orang pasti iri pada ketampanan yang kau miliki. "
...dan mengagumi diri nya sendiri.
Kapan kau berangkat bocah?"Baiklah, aku berangkat kesekolah dulu. Dadah cerminku sayang. Mwuahh"
Ewhh..
Anak tadi yang menyebut dirinya sebagai Lee Jisung atau kau bisa memanggilnya Jisung kalau perlu, keluar kamar dan berlari menuju ruang makan. Diatas meja makan terdapat sandwich dan segelas susu beserta note.
Habiskan sarapanmu sayang, jangan terburu-buru... Yah walaupun Appa tahu kau telat bangun. Hati-hati dijalan dan pulang tepat waktu. Semangat Lee Jisung ^^
Ayahmu yang tampan, Lee Jeno"Kkkk... Ya tuhan, aku punya Appa yang manis sekali "
Setelah siap dengan acara sarapan, dan cuci piring tidak lupa, Jisung keluar rumah dan mengunci pintu rumah.
Berjalan sambil bersiul-siul santai dan menyapa beberapa orang yang dilaluinya."EH AKU KAN SUDAH TERLAMBAT, MENGAPA MALAH JALAN SESANTAI INI "
Dan dengan penuh kekuatan, dia berlari menuju kesekolah.
Jangan ulangi lagi Lee Jisung bodoh.Halow halow, aku up
Hihihi jangan lupa voment ya yeorobun. Maaciw :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Will Speak? -SungLe-
FanfictionIni tentang Park Jisung, tarian di malam minggu, ciuman pertama, dan cinta pertama untuk yang terakhir kalinya.