TAK BERJUDUL

13 6 0
                                    

Akhir adalah awala di mana semua orang akan memulai kehidupan baru yang sebenarnya. Kebersamaan di sekolah sangatlah indah. Tak ada yang tak indah dalam catatan akhir sekolah. Sebuah pertemuan,perkenalan,dan pertemanan mengiringi kisah kita di sini , di sekolah ini.

Kelas yang setiap harinya di isi dengan suka duka bersama. Yang tak pernah sunyi dengan alunan musik disertai kotekan meja. Yang tak pernah apla akan keramaian para siswa. Dan tentunya juga kekompakan bersama.

Kini hanya meninggalkan butiran kenangan belaka. Semua rangkaian cerita telah disusun dengan rapi untuk bekal cerita masa depan. Sudah mulai dikemas dan kata penutupan masa putih abu-abu mulai melambai.

Berakhir sudah cerita ini. Tetapi bukan berarti mengakhiri hubungan pertemanan ini.

"Myesha." Teriak seseorang dari kejauhan yang sedang meuju ke arahku.

Perkenalkan namaku "Adeeva Afsheen Myesha." yang berarti "karunia kehidupan yang bersinar seperti bintang di langit yang menyenangkan." Umumnya di panggil "Myesha." terkecuali Bunda dan Abang memanggilku "Echa." di baca C bukan K. Sebenarnya aku risih akan panggilan itu. Namun mereka bilang jika panggilan itu agar terdengar "lain dari yang lain." Maksudnya agar tak sama atau lebih tepatnya juga panggilan sayang dan semacamnya.

Aku di kenal sebagai seseorang yang Hiperaktif. Karena sikapku yang banyak bicara, tak mau diam, mudah bergaul , dan selalu menjunjung tinggi solidaritas. Tak hanya itu. Orang-orang bilang, kalo aku ini cantik-memang , baik , sholehah dan lain sebagainya. Namun terkadang . orang-orang juga bilang kalau aku ini bisa tengil di saat obat warasku sudah habis.

Masalah wajah. Aku sangatlah mirip seperti mendiang Ayah. Yang memiliki alis tebal melengkung indah , mata hitam pekat , bulu mata letik bergelombang , dan hidung yang mirip seperti pinokio-mancung.

Aku berkembang biak di lingkungan yang berpayung alias bernaung Agama. Sebab Bunda dan Abang selalu mengajariku hal-hal yang berbau Agama.

"Assalamualaikum ita." Sindirku.
"Waalaikumsallam." Balasnya yang disertai cengiran tengilnya.

Ita Erlita Sari. Dialah sahabat seperjuanganku dalam berhijrah. Yang menjadi ibu kedua setelah bundaku , yang menjelma sebagai kakak perempuanku , yang siap siaga terkena semprotan maut dariku, dan yang selalu memberi motivasi dalam perjalanan hidupku. Ita tak terlalu cantik tapi sangat manis. Ketika dia menarik bibirnya membentuk huruf "U". Namapak sangat jelas sekali sumur-sumur di kedua pipinya. Mungkin memang saat bayi pipi tembemnya di bor sedalam-dalamnya oleh bundanya. Ita itu baik dan shalehah. Tetapi dia juga punya sifat Gesrek , tengil , somplak , teyeng , dan lain sebagainya. Jadi jangat kaget ketika dia bersamaku. Ku duga kalian pasti memberi kita julukan " Duo canteng." yang kepanjangannya "cantik tapi tengil."

"Kebiasaan." Ketusku.

"He...he...he... Maaf."

"MasyaAllah kamu cantik banget Mye." Ujarnya sembari menatapku tajam dari ujung kepala sampai ujung kaki layaknya di interogasi hidup-hidup olehnya.

"Makaci ita." ucapku dengan suara yang terdengar sangat alay.

"Bentar-bentar.. Sekarang kamu kok terlihat cantik ya?" lanjutku lalu mengintrerogasi seperti halnya yang ia lakukan kepadaku.

"Jadi selama delapan belas tahun ini mata kamu burem apa? Sejak lahir aku memang udah cantik kaliii. Tapi kamunya aja yang nggak mau ngakuin. Karna takut tersaingi." tuturnya beruntun layaknya ular besi yang pernah aku tumpangi dulu saat pergi ke Surabaya.

Akhir kisah di Benua EropaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang