Sepoi-sepoi udara berhembus kencang seperti alunan musik yang menentramkan. Membawa dedaunan kesana kemari seraya menari-nari. Hingga pepohonan hijau hanya menyisahkan rantingnya saja. Sungai Seine yang kaya akan pelabuhan cintanya pun nampak jelas di depan sana. Gembok ikrar cinta sepasang kekasih menggelayuti sepanjang pagar jembatan Sungai Seine. Tower pencakar langit sebagai ikon utama wisata Kota Paris menjulang tinggi dengan kaki kokoh. Yang di kelilingi berbagai keindahan panorama taman di setiap pusaran menara.
Pagi ini. Aku, Maysilla, Deiryn, Jaky, Gibran, dan Lucas akan peegi menelusuri kota paris. Karena kebetulan hari ini mereka sedang libur kerja. Kami menggunakan sepeda pancal masing-masing.
Kaki ini terus mengayuh dengan penuh semangat. Macam semangat buat bikin mantan nyesel!
Jurus seribu kaki telah aku keluarkan dari batinku. Sampai kini kami terhenti di sebuah taman yang di penuhi berbagai macam bunga bermekaran. Aroma harum menyusuk ke dalam saluran pernafasan. Rasanya ingin sekali bersin se keras-kerasnya. Tapi apa daya, aku hanyalah seorang hamba sahaya. Ga nyambung.
Kelapa putik alias kepala putik, benang sari, dan mahkota menambah keindahan sang bungah. Rumput-rumput hijau yang menjalar menampakkan panorama alami ditaman Champ de Mars ini.
Nampak di seberang sana, Deiryn dan Maysilla sedang berpose mengangkat jari tengah dan manis membentuk huruf V. Tak lupa juga senyum merekah di wajah mereka. Huh memang tu dua bocah sok kecakepan.
Lucas dan Jaky malah sibuk memotret keindahan bungah.
Gibran, entah aku tak tahu dia kemana.
Sedangkan diriku sendiri duduk di kursi taman menikmati udara Paris yang sejuk. Nasib jomblo. Selalu duduk sendiri nungguin sang pujaan hati."Mye. Kamu mau ice cream?" Aku terperanjat kaget. Tiba-tiba saja Gibran berdiri di sampingku sekitar dua koma lima cm di sampingku. Ya dia tahu, karna sejak awal aku kenal Gibran, Jaky, dan Lucas. Aku langsung terang-terangan kalo di agamaku gak boleh berdekatan sesama lawan jenis yang bukan mahram.
"Boleh. Mintak dua ya! Gapapa kan?" Ah aku memang tak tahu malu. Tapi biarkan saja, ku ambil kesempatan dalam kesempitan. Lumayan kan!dompetku gak menipis.
"Iya, Mau yang rasa apa?"
"Coklat."
"Tunggu sebentar. Tak butuh waktu lama." Katanya lalu beranjak pergi membeli ice crema. Dasar Gibran ini. Seperti jalangku versi tunggal. Datang tak di undang tapi pulang masih pamitan.
Ice crema! Cokelat! Aku sangat suka itu. Meskipun umurku sudah delapan belas tahun. Tapi, tak masalah bagiku. Toh itu hak asasiku sebagai manusia. Menurutku ice cream dan coklat dapat membuat hatiku bahagia. Apalagi jika di padukan antar keduanya. Bisa ngalahin kebahagiaan waktu sama pacar.
"Ini." Kata Gibran sambil menyodorkan dua batang ice cream rasa cokelat ke arahku. Aku mengambilnya dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepadanya. Terimakasih karna sudah menyelamatkan isi dompetku.
"Mye, Gibran. Ayo kita foto bersama." Ucap Maysilla menghampiri kami."Ayo." Seruku dan Gibran bersamaan.
Lima jebretan mengambil pose kami ber-enam. Jangan tanya siapa yang foto? Karna kalian pasti menertawai kami. Sebab camera milik Lucas di gantung ke ranting pohon lalu di beri waktu untuk mengambil foto.
Dan jangan tanya keberadaan ice cream ku. Aku sangat kesal saat kami hendak mengambil jebretan yang kedua. Karena ice cream ku di ambil paksa begitu saja oleh Deiryn. Untung dia temanku. Kalau tidak, sudah ku sobek-sobek perutnya.
Mata air terus mengalir seperti kehidupan. Kapal layar menghiasi setiap gelombang sungai. Beribu-ribu Wisatawan menelusuri Sungai Seine Cruise. Bukan hanya menelusuri saja, tapi Wisatawan juga dapat menikmati makan siang romantis di atas sang tubuh ikan besi-perahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir kisah di Benua Eropa
Novela JuvenilDulu aku pernah membenci senja. Karena setelahnya hanya akan ada kegelapan dimana-mana . Tapi semenjak mengenalmu , dan kau memberitahuku tentang pengorbanan sang senja. aku mulai menyukainya. Karena senja rela tenggelam demi kegelapan yang di isi...