8. Play With The Past (Gláros)

495 93 13
                                    

MARK x RENJUN

Just-Tya

PARADOKS

Play With The Past (Gláros)

...

Canada, America Serikat.
September 26th, 2011.

Senin pagi yang terik di akhir musim panas, langkah terasa berat hanya sekedar untuk menyeret kakinya menuju sekolah barunya. Huang Renjun dengan segala rutinitasnya setiap tiga bulan sekali—memasuki sekolah baru dan lingkungan baru.

Ia menghela napasnya sejenak sebelum kembali mendongak dan melihat sekolah barunya yang menjulang tinggi di depannya. Kali ini Kanada adalah tempat yang harus ia singgahi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Pekerjaan sang Ayah membuatnya harus ikut terseret ketika seorang Tuan Huang berpergi karena pekerjaannya. Cukup sulit baginya ketika ia masih menginjak usia delapan tahun untuk berbaur pada lingkungan baru.

Tapi di usianya yang telah menginjak sebelas tahun ia mulai terbiasa, hanya sedikit kendala berbahasa asing dilingkungan baru, maka ia terbiasa berdiam diri atau mempersempit pergaulannya. Tidak ada yang menarik selama hidupnya, teman pun tidak ada. Ia terlalu mencolok sebagai keturunan murni China jika ia harus mendatangi negara seperti Kanada dan daratan Amerika lainnya.

Jika ia bisa memilih maka ia berkeinginan kuat tetap tinggal di tanah kelahirannya, bukan seperti seorang traveling yang mengelilingi dunia.

Ia tidak menikmatinya sama sekali, ia penghuni pojokan kelas setiap pelajaran di mulai, menutup diri rapat-rapat, tidak berkeinginan menjalin pertemanan dengan yang lain toh ia akan segera pergi, tidak perlu teman dekat jika sendiri ia bisa.

Maka saat jam istirahat seperti ini, ia akan lari ke taman atau perpustakan—dimana ia hanya menerima sedikit interaksi dari teman barunya.

Pohon oak di belakang sekolahnya mencuri perhatiannya semenjak ia mendatangi sekolah ini, berdiri tegak dengan dahan yang menjulur indah bagai memiliki tangan yang banyak. Renjun memanjat, duduk di dahan paling rendah dari tanah, kakinya menggantung, beberapa kali ia ayunkan seiring angin berhembus.

Matanya mengedar, menatap beberapa siswa yang menyebar di taman belakang sekolahnya, sudah tiga minggu ia bersekolah disini dan ia tidak mengenal siapapun, atau lebih tepatnya melupakan siapa yang telah berkenalan dengannya.

Renjun menarik ujung kurvanya membentuk smirk, ia tidak peduli dan sepertinya semua sama dengannya. Walau tidak memiliki seorang teman ia merasa lebih baik di lingkungan sekolahnya daripada harus mendekam di rumah besar milik adik sang Ayah yang tinggal di Kanada, wanita yang hampir menginjak kepala tiga itu selalu menunjukkan gelagat aneh yang membuatnya tak nyaman.

Renjun menggeleng pelan, mengenyahkan isi pikirannya tentang wanita aneh yang seatap dengannya, yang perlu ia lakukan hanya menjaga jarak sampai Ayahnya meminta ia pindah sekolah kembali, itu tidak akan lama, terhitung dua bulan lagi.

Di tengah lamunannya Renjun memekik ketika merasakan salah satu kakinya di tarik dari bawah. "Yak! Apa yang kau lakukan?!" Renjun berseru, menatap pemuda yang tersenyum lebar di bawahnya.

"Apa kau siswa dari Hellas—Uoh! Tapi kau seperti orang China?" mata itu terbeliak lebar.

Renjun memutar bola matanya malas, melihat remaja seusianya yang masih setia mengayunkan kakinya dari bawah. "Aku memang orang China, lepaskan!" Renjun menarik kakinya ke atas, menekuknya dan berjongkok di atas dahan dengan kedua kakinya.

PARADOKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang