Keesokannya, Riyu kembali melangkahkan kakinya dengan berat ke pekarangan sekolahnya yang luas itu dengan kepala yang terus merunduk. perempuan itu ingin sekali melupakan hal yang terjadi kemarin dan kemarinnya lagi, tapi omongan-omongan yang terus mengejek dan mengatainya terus terngiang-ngiang di telinganya.
Riyu gak suka, Riyu tersiksa.
Omongan mereka begitu menyakiti indera pendengaran, otak dan hatinya.
Apa karena ia memiliki suatu yang ia gak tau kekurangan atau kelebihan, ia jadi dijauhi dengan semuanya. Apa Riyu keluar aja dari sekolah dan melanjutkannya di rumah. Lagian di rumah dia mempunyai banyak teman yang tidak bisa dilihat semua orang, orang tuanya juga kaya.
Sepertinya ini ide yang bagus daripada harus tersiksa, sudahnya omongan mereka yang sangat menyakitkan ditambah lagi dengan mereka yang terkadang bermain fisik. Ini sangat menyakitkan, Riyu gak tahan. Riyu capek. Riyu mau istirahat sebentar.
Di tempat lain, ada Ayesha yang tengah memasang senyum yang sangat lebar dan menghangatkan walau itu palsu. Yang penting Ayesha harus tersenyum.
Karena, ada yang pernah memberitahunya bahwa tersenyum itu ibadah, selain dapat menyenangkan orang, kita bisa ikut bahagia.
"Oh ini yang namanya Ayesha, siswi paling menjijikan di sekolah?" ketus siswa yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah ini seraya memasang wajah jijik.
Mendengar namanya disebut, perempuan itu mengalihkan pandangan kepada orang yang baru saja mengatainya dengan sangat ketusnya.
Mata Ayesha seketika mengeluarkan airmata yang untung saja masih belum menetes. Jika biasanya Ayesha mencoba melupakan semua perkataan orang lain, sekarang perempuan itu malah ingin menangis sejadi-jadinya.
Guanlin, lelaki yang sangat dikagumi Ayesha dari pertama masuk sekolah malah ikut mengatainya. Ayesha pikir, lelaki ramah yang disenangi dengan semua orang berbeda dari yang lain.
Semangat perempuan itu yang sering membawanya ke sekolah dengan kaki yang ringan sekarang telah patah. Semangatnya telah dipatahkan dengan penyemangatnya.
Agar tak terlalu nampak airmata perempuan itu sedang menetes, Ayesha mengabaikan Guanlin yang masih memasang wajah jijiknya kepadanya dan berjalan cepat ke toilet.
Banyak orang yang menatapnya dengan sangat tak suka di sepanjang koridor. Sebegitu menjijikannya kah dirinya sampai-sampai semua orang memperlakukannya seperti itu?
Niatnya pergi bersekolah untuk mencari banyak teman dan bersenang-senang, tapi kenapa ia malah mendapatkan kebalikkan dari keinginannya?
Tetes demi tetes terus keluar membuat kakinya semakin cepat melangkah untuk menuju toilet. Tapi kenapa rasanya toilet begitu jauh, apa toilet juga membencinya?
Padahal toilet juga tempat menjijikan.
Terlambat sudah, Ayesha menjadi tak sadarkan diri. Bukan, Ayesha gak pingsan, tapi dia berubah orang. Inangnya telah dikendalikan dengan alter egonya. Ayesha telah digantikan dengan kepribadian lainnya yang mempunyai sifat bertolak belakang dengan sifatnya sendiri.
Ayesha lalu berjalan ke kelasnya dengan tatapan datar. Ia tak memedulikan sejumlah murid yang terus menatapnya sambil berbisik-bisik. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan tatapan dan perkataan mengejek yang ditujukan padanya. Menurut dirinya yang sekarang, itu bukan ditujukan untuknya, tapi untuk orang lain.
Saat sampai di depan kelas ia langsung masuk mendudukkan dirinya di tempat duduknya. Ia memasang headset di telinganya dan membaca buku pelajaran yang ia ambil dari tasnya. Namun tiba-tiba beberapa orang dari siswi yang ada di sana--kelas--menghampirinya dengan tatapan mengejek.
"Heh, Tolol. Ngapain lu? Sosoan baca buku lagi. Tolol mah tolol aja ga usah sosoan mau jadi pinter," ketus Dea sembari menarik buku yang sedang dibaca Ayesha dari tangan sang pemilik.
"Tau nih si Tolol. Udah sok rajin, pake mau jadi pinter segala," sahut Eca menambahi perkataan Dea.
"Balikin buku gua," ucap Ayesha --lebih tepatnya kepribadian lain Ayesha yang saat ini menguasai tubuh Ayesha-- dengan nada datar dan tatapan lurus ke depan.
"Apa? Balikin? Ogah. Mending gua buang ke tempat sampah. Lagian tuh lo gak butuh ini buku. Tolol mah tolol aja, ya gak, guys?" ucap Ana yang membuat teman-temannya mengiyakan perkataannya.
"Yoi Na, hahaha." jawab Liya sembari tertawa mengejek.
Alter ego yang sedang menguasai tubuh Ayesha tiba-tiba berdiri dan menatap tajam Dea, Eca, Ana, dan Liya secara bergantian. Tangannya maju untuk mengambil buku miliknya yang dipegang Ana. Namun dengan cepat Ana melemparkannya pada Liya. Liya kembali melemparkannya pada Eca, dan Eca melemparkannya pada Dea. Ayesha pun berusaha meraih buku miliknya, namun tak kunjung dapat.
"Cepet balikin buku gua!" titah Ayesha pada Dea yang sekarang memegang bukunya.
"Kalo ga mau gimana dong?" tanya Dea dengan muka yang dibuat seolah-olah sedih.
"Cepet balikin atau-"
"Atau apa?! Lo mau cekek gua iya?! Nih cekek nih. Tapi kalo berani, hahaha." ujar Dea seraya memajukan lehernya seolah meminta untuk dicekik. Teman-temannya pun tertawa atas tingkat Dea barusan. Ayesha maju ke arah Dea.
"Nah berani juga ya lo AyeAye hit you with that du ddu du ddu du," ucap Dea yang diakhiri gelak tawa. Ayesha memajukan tangannya ke atas seolah ingin mengambil bukunya yang diangkat ke atas oleh Dea. Namun bukan itu niatnya, ia justru mencekik leher Dea dengan agak kencang. Dea menjatuhkan buku Ayesha dan beralih memegangi tangan Ayesha yang sedang berada di lehernya itu.
"Gua bukan AyeAye. Gua Raffa. Gua gak tolol, ataupun bodoh. Gua pintar, bahkan lebih pintar dari lo!" Ayesha, atau lebih tepatnya Raffa, menekankan perkataannya di depan wajah Dea.
"Heh AyeAye lepasin temen gua!" titah Eca sambil berusaha melepaskan kaitan tangan Ayesha dari leher Dea.
"Gua tekankan lagi, gua bukan AyeAye atau siapapun yang lo maksud itu. Gua ga kenal siapa dia. Gua Raffa, bukan AyeAye!"
"Heh, Tolol! Lepasin tangan menjijikkan lo dari temen gua!" titah Liya sambil menarik tangan Ayesha dibantu oleh Ana. Setelah berhasil melepaskan tangan Ayesha dari leher Dea, mereka segera memegangi Ayesha yang terlihat marah. Sedangkan Dea langsung terjatuh setelahnya dan berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"GUA GAK TOLOL! GUA GAK BODOH! SEKALI LAGI GUA TEKANKAN, GUA RAFFA BUKAN AYEAYE!" teriak Ayesha dengan wajah yang memerah. Ayesha terus saja mengamuk dengan dipegangi oleh Ana, Eca, dan Liya. Tak sedikit murid-murid yang menyaksikannya dari luar kelas.
"Ayesha Putri Decilia, lo dipanggil kepala sekolah sekarang." ucap seorang laki-laki yang merupakan sang ketua OSIS yang ditemuinya tadi pagi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
tenebris | huang renjun × lai guanlin
Fanfiction[on going] Tenebris berasal dari bahasa latin yang artinya kelam. Cerita ini mengisahkan tentang orang-orang yang memiliki masa kelam yang membawanya ke situasi sulit seperti ini. Karena masa lalunya, mereka menjadi lebih dewasa, tapi yang namanya m...