Terdengar suara pekikkan yang membuat kericuhan di sebuah rumah yang terbilang sangat mewah. Pekikkan itu semakin menjadi-jadi ditambah suara tangisan dan teriakan seorang perempuan.
"Kamu harus ikut Mama ke psikiater, Riyu!" paksa Mamanya seraya menarik-narik tangan Riyu dengan kasar. "Mama malu punya anak yang begini, makanya kamu harus periksa!" sambungnya.
"Tapi dengan Mama bawa aku ke sana, itu malah buat orang-orang makin percaya dengan asumsi Mama. Aku gak gila, Ma." ucap Riyu yang membuat Mamanya menggeleng karena masih keukeuh dengan pendiriannya.
"Enggak, Riyu. Kamu harus periksa dan buktiin kalau kamu gak gila supaya Mama gak malu," tambah Mama Riyu memekik.
Hati Riyu sangatlah sakit, bahkan Mamanya percaya dengan apa yang dikatakan orang-orang. Bagaimana cara perempuan itu bertahan hidup di rumah mewah yang penuh dengan kesuraman ini.
Akhirnya perempuan itu terdiam dan mencoba mengikuti perintah Mamanya walau hatinya sangat kesal.
Sesampainya di rumah sakit, perasaan enggan untuk masuk ke dalam muncul lagi, dan Riyu kembali menggelengkan kepalanya saat dititahkan masuk.
Riyu gak gila, buat apa masuk?
Ditambah lagi dengan penampakkan yang sering mengagetkannya membuatnya makin enggan masuk. Memang, teman-temannya pun banyak yang memiliki wajah hancur, tapi yang di sini lebih mengerikan dan jahil. Riyu gak suka.
"Riyu!" Mamanya kembali menarik tangan Riyu dengan kasar sehingga pergelangan tangan perempuan itu semakin memerah.
Perempuan itu meringis kesakitan tapi Mamanya tidak memperdulikannya sama sekali dan tetap menarik tangan Riyu dengan kasar. Mata yang penuh airmata itu kini tergantikan dengan mata yang memiiki api yang membara Riyu gak tahan lagi dengan sikap Mamanya. Ia merasa seperti manusia yang gak diadili karena sikap Mamanya yang sama seperti Monster.
Kemudian, Riyu menghempaskan tangan Mamanya dengan sarkas lalu mendorongnya hingga Mamanya terkejut. Mamanya sangat terkejut, apalagi saat kakinya sedikit terseret dan mengeluarkan darah membuat ia takut dan perlahan mundur serta berteriak meminta bantuan.
"Lu nyakitin gua, gua juga bisa. Lu bersikap seperti monster, gua juga bisa." ucap Riyu dengan beraninya.
Riyu yang selalu menunduk ketika dimarahin menjadi monster yang memiliki dendam yang sangat besar di matanya.
"TOLONG!!!" pinta Mama Riyu sembari menatap anaknya takut. Panggilan itu sukses membuat orang-orang yang memakai baju berwarna putih berlarian ke arah mereka. "Tolong, dia gila." ucap Mamanya takut sembari menunjuk Riyu yang membuat perawat yang turun tangan untuk bertindak seketika panik dan berhati-hati.
Dia gila. Dia gila. Dia gila.
"Riyu enggak gila!" ucap Riyu seraya menutupi telinganya dengan kedua tangannya karena ia merasa sakit ketika dikatai gila. Semua orang yang mengatainya gila, gak waras atau sebagainya kembali terngiang-ngiang di telinga gadis itu.
Saat itu pula, salah satu perawat menangkapnya dari belakang dan menggendongnya untuk tidur di atas kasur yang disediakan di rumah sakit. Riyu yang tidak terima dengan perlakuan itu akhirnya berteriak dan memberontak sampai ia terbaring lemas karena diberi suntikkan penenang.
Matanya yang mulai tertutup dengan airmata yang mengalir membuatnya terlihat sangat menyedihkan.
Bagaimana bisa Riyu sanggup menjalani hari demi harinya yang kelam ini?
Ketika perempuan itu dimasukkan ke ruang instalasi gawat darurat lewat pintu umum karena pintu itu yang paling dekat dengan tempat mereka dan saat itu pula Ayesha melihat Riyu yang terbaring lemas.
Seorang perawat masuk ke ruangan tersebut. Ia terlihat berbincang-bincang dengan perawat yang sedari tadi menjaga Riyu. Tak lama mereka keluar ruangan beberapa menit kemudian. Ayesha yang masih memperhatikan Riyu dari luar kaca pintu pun merasa iba. Ia berniat menghampirinya dan menanyakan kondisinya.
Saat dirasanya tak ada seorangpun di sekitarnya, ia segera masuk dengan mengendap-endap. Lalu menutup pintu dengan pelan agar tak menimbulkan bunyi sekecil apapun. Ia terus memperhatikan Riyu yang kemudian perlahan-lahan bangkit dari tidurnya lalu duduk dengan memeluk lututnya. Terdengar suara tangisan dan rintihan dari gadis itu. Ayesha yang semakin iba melihat kondisi Riyu pun segera menghampirinya untuk menenangkannya. Tanpa rasa sungkan Ayesha segera memeluk tubuh Riyu. Tak ada respon dari Riyu, ia masih menangis.
"Hei, cukup. Berhenti nangis. Kamu kenapa?" Ayesha mengelus punggung Riyu, lalu beralih memegang pipi Riyu dan mengangkat kepalanya. Ayesha meletakkan kepala Riyu di bahunya, kemudian kembali mengelus-elus punggung Riyu. Setelah dirasanya Riyu sudah cukup tenang, Ayesha segera melepas pelukannya dan menghapus air mata Riyu.
Ayesha mengangkat tangannya dengan ringan lalu menaruhnya di hadapan Riyu seraya tersenyum manis. Kemudian, Riyu ikut tersenyum walau terpaksa dan menjabat tangan Ayesha sembari mendengarkan Ayesha memperkenalkan dirinya.
"Ayesha, panggil aja Aya? Sha? Atau terserah kamu hehe," ucap Ayesha dengan senyuman khasnya.
"Riyu," jawab Riyu singkat. Hening, tak ada pembicaraan sama sekali di antara mereka. Keduanya terlihat canggung untuk berbicara. Namun Ayesha yang tidak tahan dengan situasi segera membuka bicara.
"Emm, orang tua kamu di mana?" tanya Ayesha yang hanya dijawab gelengan oleh Riyu.
"Kamu sendirian?" tanyanya Ayesha lagi dan lagi-lagi hanya dibalas gelengan oleh Riyu. Ayesha lalu melirik jam tangannya dan menyadari bahwa ia telah meninggalkan orang tuanya agak lama.
"Riyu, aku pamit dulu ya. Semoga kita bisa ketemu lain kali." pamit Ayesha seraya melambaikan tangannya pada Riyu dan berjalan menuju pintu. Saat ia hendak meraih gagang pintu, Riyu segera berucap, "Aya, makasih."
"Kenapa?" tanya Ayesha yang tak paham dengan apa yang dimaksud Riyu dan berbalik menatap ke arah Riyu.
"Ya karena mau jadi temen Riyu." jawab Riyu
"Oh, iya sama-sama. Aya pergi dulu ya." ucap Ayesha lalu berbalik dan menghilang di balik pintu. Riyu merasa senang sekali. Setidaknya ada seseorang yang tidak menganggapnya gila kali ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
tenebris | huang renjun × lai guanlin
Fiksi Penggemar[on going] Tenebris berasal dari bahasa latin yang artinya kelam. Cerita ini mengisahkan tentang orang-orang yang memiliki masa kelam yang membawanya ke situasi sulit seperti ini. Karena masa lalunya, mereka menjadi lebih dewasa, tapi yang namanya m...