03:00

1.1K 224 3
                                    


"Joy, hey. Udah lama, ya?"

Aku mengangkat wajah segera setelah mendengar suara familiar itu. Mataku beradu tepat dengan mata elangnya, membuat pulpen di tanganku hampir jatuh menggelinding ke lantai.

Diam-diam aku menghela napas, mencoba menenangkan diri.

Wonwoo duduk di hadapanku sambil menyibak rambutnya yang sedikit basah akibat gerimis di luar. Nafasnya masih agak terengah, mungkin akibat berlari.

"Sorry aku ketiduran."

Aku hanya tersenyum tipis, tak menjawab.


Aku tahu.


Cafe ini hanya berjarak 500 meter dari kosannya. Tak butuh waktu dua jam perjalanan ke sini, bahkan kalau kamu merangkak sekalipun.



Lagipula, ini bukan kali pertama Wonwoo datang terlambat pada janji-janji yang sudah kami sepakati bersama.



"Udah pesan minum?"

Pelayan baru saja mengangkat gelas caramel frappe-ku yang ketiga, tepat sebelum ia sampai.

Aku menggeleng pelan, "belum."

"Mau pesan apa?"

Aku memaksakan diri untuk menelan kekecewaanku bulat-bulat. Selama setahun, aku selalu memesan menu yang sama di cafe ini. Kami sudah sampai pada satu titik ketika semuanya terjadi secara otomatis—Wonwoo berdiri di konter menyebutkan minuman kesukaanku tanpa aku meminta, maupun sebaliknya.

Wonwoo bangkit, tapi segera kuhentikan.

"Ng... nggak usah," aku pura-pura mengecek jam di pergelangan tangan kiriku, "aku ada kelas bentar lagi."

Ia mengangkat alis, tapi kembali duduk di kursinya tanpa menanyakan lebih jauh.

Hening.

Aku diam. Wonwoo diam. Pikiranku tak cukup jernih untuk bisa mengerjakan tugas kuliahku yang menumpuk bagai dosa.

Cowok itu menyamankan posisi duduk sambil menatapku lekat dengan senyuman tipis di wajahnya. Aku mengalihkan pandang, menyibukkan diri merapikan laptopku dan tugas-tugas yang sempat tersebar di atas meja.

Rupanya aku masih lemah, bahkan untuk sekedar menatap matanya.

***

Three Minutes × Joy, WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang