Biar kuberitahu sesuatu.
Aku sempat takut pada Wonwoo.
Dengan rahang yang tajam dan tatapan dingin, Wonwoo tidak pernah memberi kesan ramah. Ditambah lagi, waktu aku mengulurkan tanganku setelah kami mengenalkan diri masing-masing, Wonwoo hanya menatapku seolah aku baru saja melakukan hal paling biadab.
Saat itu juga, aku menyimpulkan bahwa seorang Jeon Wonwoo itu menakutkan, dan aku memutuskan aku tidak ingin berinteraksi dengannya lagi.
Dua malam setelah itu, aku tanpa sengaja memergokinya memberi makan kucing liar di dekat rumah kosku. Tatapannya lembut dan senyumnya bersahabat. Aku merasa dibodohi. Apa-apaan, cowok itu bisa lembut dan ramah pada kucing betina tapi tidak padaku, seorang perempuan?
Mungkin Wonwoo merasa sedang diperhatikan, makanya ia mengangkat wajah, dan pandangan kami bertemu.
Aku gelagapan.
Dengan canggung aku berdehem, lalu menyapanya seolah tidak terjadi apa-apa.
Tahu-tahu kami selalu bertemu di tempat yang sama pada waktu yang sama tanpa membuat janji sebelumnya, dengan susu pisang ekstra di tangan Wonwoo dan sekantong keripik kentang ekstra di tanganku.
Tahu-tahu mata milik Wonwoo sudah menjadi mata yang paling kusukai di dunia.
Tahu-tahu kami duduk di sini, berhadapan satu sama lain, tanpa mengatakan apapun seolah kami tak punya perbendaharaan kata di otak.
"Joy."
Aku balas menatapnya, tapi tak menjawab.
"Sooyoung."
Wonwoo meraih tanganku yang berada di atas meja. Refleks, aku menarik tanganku.
Cowok itu menghela napas, lalu mencondongkan tubuhnya ke arahku, sambil sedikit memiringkan kepala, seolah ia bisa membaca ekspresi dari semua sudut wajahku.
"Marah ya?" tanya Wonwoo dengan suara lembut.
Aku membuang muka.
Aku memang marah. Aku marah pada Wonwoo. Aku marah pada diriku. Aku membenci keadaan yang mengantarkan kami ke posisi seperti ini.
"Park Sooyoung."
Demi apapun, aku akan merasa sangat bersyukur kalau Wonwoo menerapkan ilmu beraktingnya di tempat lain. Di manapun, asal bukan di hadapanku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Minutes × Joy, Wonwoo
Fanfiction3 menit lagi semuanya akan berakhir. Mau hitung mundur bersamaku?