Siapa Dia?

854 18 0
                                    


Cinta Lelaki Dewasa (Part1)

Aku berjalan tertunduk di area perumahan. Beberapa menit lalu, sebelum kakiku melangkah dari pintu, ibu memakiku di depan semua keluarga. Ayah dan Abang pun tak mencoba membelaku, seakan-akan aku yang salah di Sini. Padahal, dengan jelas mereka melihat jika Bang Radin--Abang tiriku yang mencoba menggodaku, melecehkanku, tapi apa daya aku di sini benar-benar jadi terdakwa.

Mereka menyalahkanku sebagai anak pembawa petaka. Lagi dan lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa, seandainya aku mati saja mereka pasti bahagia. Sayangnya, aku tidak begitu saja mati saat adikku yang bungsu mereka pasung di kamar, sebagai senjata ancaman agar aku selalu menuruti apa mau mereka.

Ibu? Mengapa kau lebih memilih keluarga barumu dibanding aku dan Chaca.

Jalan tak kuhiraukan sampai kepalaku menubruk tubuh seseorang yang kini berdiri di depan. Lekas kuangkat wajah, menatap siapa yang berdiri tanpa kata di depanku. Wajahnya tak mampu kulihat dengan jelas karena sinar matahari menyilaukan penglihatanku.

Tiba-tiba tangan kokohnya menepuk-nepuk pundak, lalu berkata, "Jika kau merasa ingin mati. Maka datanglah padaku, katakan kau membutuhkanku, dan rela melakukan apa mauku jika aku membalaskan kesakit hatian kau pada keluargamu," katanya. Namun aku belum siap menjawab sosok yang tiba-tiba itu menghilang bagai embusan angin.

Kepalaku celingukan mencarinya. Nihil, tak ada seorangpun di sekitarku. Lalu, sosok yang tadi itu apa? Atau hanya ilusiku karena terlalu sakit memendam luka di dada.

Sampai tiba-tiba aku terjatuh dan tak ingat apa-apa.

****

Aku terperanjat saat tumpahan air bagaikan banjir menerpa wajahku yang sedari tadi terpejam. Tubuhku menegak, menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu akhirnya menatap dua orang yang tengah berkacak pinggang memandang dengan sinis.

Dia ibu dan Abang tiriku. Entah bagaimana bisa Ibu bisa seakur itu dengan Abang tiriku yang jelas-jelas jahat. Tubuhku basah di atas kursi tamu. Suasana rumah tampak sepi, Ayah dan Abang Reno ke mana? 'Oh ya, kenapa aku berada di sini, bukannya tadi aku tengah berada di ...'

Aku berhenti berpikir saat mengingat kejadian sebelumnya. Di mana aku tidak ingat apa-apa dan bangun di sini. Padahal, tadi ada seorang pria dewasa menghampiriku dan menawarkan sesuatu yang aneh, setelah kucari tidak ada siapa-siapa. Lalu, ini bagaimana bisa terjadi. Siapa yang membuatku tak sadarkan diri dan membawaku ke sini?

Kutatap mereka lagi, bermaksud ingin bertanya. Namun, mereka lebih dulu menyanggah.

"Dasar jalang! Awalnya godain Abangmu ini, sekarang pulang-pulang pingsan sambil digendong lelaki asing."

Ibu terus berbicara tanpa menghiraukan ekpresiku yang tak tahu apa-apa. Sedangkan, Bang Radin melengos pergi membawa gayung yang barusan menjadi senjata mereka untuk menyiksaku.

"Memangnya apa yang sudah aku perbuat Bu? Kenapa saya bisa pingsan?" tanyaku keheranan dan ibu hanya mendengus.

"Sok pura-pura tidak tahu. Jelas-jelas pria itu mengaku pacaramu selama ini. Pantas saja setiap malam kamu sering pulang telat, rupanya kamu malah kelayapan dengan pria asing itu."

Telunjuk ibu terus mengarah ke wajahku. Sorot matanya menandakan ketidaksukaan yang teramat dalam. Mengapa ibu kandungku sendiri sangat membenciku hingga ia lebih percaya pada anak tirinya.

"Sumpah, Bu. Aku tidak kenal laki-laki itu. Bahkan, tahu wajahnya pun belum. Bagaimana bisa dia mengaku-ngaku kekasihku." Tanpa henti aku mengelak. Bagaimana mau mengakui hal yang tak pernah kulakukan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi.

Ibu masih enggan pergi membiarkan aku di sini merenungi yang sudah terjadi. Mulutnya terus saja berbicara tentang apa yang tidak ia sukai dariku. Lagipula apa yang terjadi di sini, siapa laki-laki yang mengaku sebagai kekasihku, terus bagaimana aku pingsan dan di bawa olehnya. Apakah pria itu sama dengan sosok yang tiba-tiba berdiri padaku dan menawarkan sesuatu yang aneh? Jika iya, maka maunya apa hingga tega berbuat seperti ini padaku, jelas-jelas perbuatannya justru membuat diriku semakin tertekan di sini.

"Heh, anak sialan! Kamu tidak dengar ucapan Ibu, heh?!"

Aw, aku meringis saat tangan Ibu menjambak rambutku. Sungguh tak teganya Ibu terhadapku.

Lalu, tiba-tiba Bang Radin berlari panik ke arah kami, ia menarik paksa tangan Ibu yang sedari tadi mencengkram rambutku ini.

"Bu, sudah. Ayah dan Reno pulang. Kalau mereka tahu kita menyiksa dia lagi, bisa-bisa kita yang dimarahi," putusnya. Aku menghela napas sejenak. akhirnya ada kelegaan sendiri. Kemudian, mata Ibu mendelik tajam padaku sebelum melepaskan cengkeramannya.

"Denger ya! Ibu akan awasin kamu kalau lagi-lagi kamu berbuat ulah. Lihat saja nanti apa yang akan Ibu adukan pada Ayah kalau kamu diantar laki-laki asing dalam keadaan pingsan." Ibu mengancam. Aku tercengang. Mengapa itu Setega itu sih, padaku.

Kemudian, suara bel rumah berbunyi. Ayah benar-benar pulang. Maka, cepat-cepat kedua orang yang dari tadi ada di dekatku berlari ke arah pintu, terutama Ibu. Bang Reno cekatan membereskan barang-barang yang berserakan olehnya ketika hanya berleha-leha saja. Ibu merapikan penampilannya, lalu pintu pun dibuka.

"Ay--" tiba-tiba ucapan Ibu tergantung saat sosok Ayah berubah menjadi sosok tak kukenal. Lebih tinggi, berkarisma, rapi, tampan, dan berjas mahal. Barulah, dari arah belakang Ayah bersama Reno muncul menyapa Ibu yang masih kaget.

"Ibu, kenapa?"

"A--ayah, dia siapa?"

"Oh, iya, kenalkan nama pria ini Taufan Wira Cakra. Anak dari teman SMA Ayah dulu,"

bersambung 😂

Cinta Lelaki DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang