Pertemuan I

36 4 0
                                    

"Kyra Natalia ...." Barangkali tak ada seorang pun yang berada di dalam kelas tersebut dapat menebak siapa si pemilik nama. Seluruh isi kelas--termasuk sang wali kelas yang memanggil--agaknya penasaran dengan wujud asli si pemilik nama.

"Kyra Natalia ...." Panggilan kedua, masih tak ada yang menggubris.

"Kyra Natalia!" Sang wali kelas agak menaikkan nada suaranya. Satu orang anak menoleh, beberapa dari isi kelas yang menyadari hal tersebut berasumsi bahwa dialah si pemilik nama. Mata si anak tak sengaja berpas-pasan dengan sang wali kelas baru. Dalam hati, kena kau, pikir si wali kelas. Rupa-rupanya anak tersebut sama sekali tidak memerhatikan sesi presensi yang sudah berlangsung sampai nama terakhir, namanya sendiri. "Mohon perkenalkan dirimu di depan kelas." Benar atau tidak si pemilik nama adalah gadis itu, sang wali kelas sudah tidak peduli dengan hasilnya. Yang jelas saat ini dia tampak sudah jengkel dengan si murid pemilik nama asing tersebut.

Dengan santai gadis tersebut maju ke depan dan memperkenalkan dirinya. "Nama saya Kyra Natalia, mohon kerja samanya."

Dia menuliskan huruf alfabet berupa namanya di papan tulis dengan huruf kapital secara horizontal seperti layaknya kalimat-kalimat latin pada umumnya. Tulisan namanya seperti mengisyaratkan bahwa, 'namaku lebih bagus ditulis dengan huruf alfabet ketimbang katakana.' Goretan yang dibuatnya seperti ancaman nyata. Lantas gadis itu membungkukkan badannya tanpa ada sedikitpun berniat untuk basa-basi.

Dia telah kembali ke tempat duduknya seolah-olah selama ini dia tidak sedang melakukan hal yang menjengkelkan sama sekali. Tidak ada yang berani bertanya. Lagi pula, perkenalan itu sepertinya lebih singkat dibandingkan satu kali bersin.

Sekarang adalah tahun pelajaran baru untuk semua penduduk institut yang dia injak sekarang. Hari pertama di tahun ajaran baru seharusnya menjadi hal yang menyenangkan bagi setiap siswa. Dengan ruang kelas yang baru, lingkungan kelas yang baru, serta yang paling menyenangkan adalah mendapatkan teman sekelas yang baru. Tapi, tidak begitu untuk gadis bernama Kyra Natalia tadi.

Ekspresi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kegembiraan sedikitpun. Baginya semuanya selalu terasa membosankan. Tak ada satupun yang dapat menaklukkan atmosfer kebosanan di sekitar dirinya. Bahkan ketika dia mengetahui bahwa kelas 2-1 akan menjadi tempat barunya dalam satu tahun belakangan ini. Kelas 2-1 di mana para genius berkumpul dalam satu tempat saling bersaing.

Kelas mana pun itu, takkan menarik sama sekali untukku, pikirnya.

Dia duduk menatap ke arah luar jendela. Lapangan olahraga yang bersampingan dengan lapangan tenis masih begitu sepi. Hari ini adalah hari pertama sekolah dimulai setelah liburan panjang semester lalu. Tentu saja belum ada kelas mana pun yang memulai hari pertama di lapangan olahraga outdoor.

Tanpa sadar dirinya bersenandung kecil.

Sepertinya memang tidak ada yang berubah. Kyra merasakan hal yang sama ketika berada di tahun pertama. Dia tetap tidak terlihat sedang menikmati masa-masa remajanya seperti anak-anak lain. Semuanya terasa begitu lambat dan sangat membosankan untuknya.

Setelah bosan memandangi lapangan olahraga yang masih sepi dan mulai membuat lehernya kram karena berlama-lama menunduk, dia mengalihkan perhatiannya ke arah kotak pensil dengan isi yang berantakan miliknya. Tetapi, tatapannya malah bertemu pandang dengan sepasang mata laki-laki yang entah dari mana asalnya, sudah memutar bangku yang ada di depan meja Key ke arah dirinya. Membuat Key sejenak tersentak dan bingung dengan tingkah laku laki-laki di depannya itu yang menurutnya tak wajar, serta ekspresi dari wajah laki-laki itu membuatnya heran. Tanpa disadari oleh dirinya, ternyata Sang Wali Kelas—omong-omong dia tidak tahu nama Wali Kelas-nya sama sekali—telah lama meninggalkan kelas. Dirinya memang begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Karena ternyata perkenalannya beberapa menit yang lalu adalah penutupan sesi perkenalan.

Mata anak itu sangat tajam sambil menatap lurus kedua mata Key dalam-dalam, membuat Key agak merinding. Rupanya anak itu sudah sedari tadi berada di sana sambil menatap Key lekat-lekat dan memperhatikan tingkah lakunya, yang menurut perhitungannya, Key hanya melakukan dua gerakan dalam lima belas menit. Anak itu sungguh penasaran terhadap tingkah Key yang tidak seperti siswi lainnya yang sedang semangat mencari teman sekelas baru yang kira-kira dapat dijadikan teman dekat, apalagi senandung yang keluar langsung dari mulut Key membuat dirinya terpesona. Sangat berkelas dan indah. Dia berpikir mungkin Key mengikuti program les privat vokal atau itu adalah bakat alaminya.

"Aku tau lagu itu, aku sangat menyukainya. Apa kau juga menyukainya?" Anak itu memegang sisi meja Key dan mencondongkan badannya, membuat wajahnya dan wajah Key hanya tinggal berjarak sepuluh senti. Key cepat-cepat memundurkan kepalanya.

Apa-apaan anak ini.

"Siapa?" Key balik bertanya dan keheranan, keningnya berkerut-kerut, sempat menatap laki-laki di depannya. Satu kata yang membuat Ren hampir-hampir berteriak, pasalnya itu kata pertama yang dia dengar dari mulut Key. Dia bahkan sempat mengira gadis misterius di depannya ini adalah penyandang tuna wicara.

"Eh? Aku kan satu kelas denganmu. Masa kau tak tahu? Kau tak pernah keluar kelas sehingga tak mengetahuiku sekaligus tak memperhatikanku saat sesi perkenalan ya?" Anak itu meraih tangan Key dan menggenggamnya. Membuat Key risih sekaligus kaget, apalagi dirinya jadi malu diperhatikan satu kelas. Bahkan, ada anak kelas lain yang melihatnya dari luar jendela yang seluruhnya adalah para gadis. Key bisa menebak jika mereka adalah para penggemar laki-laki yang ada di depannya ini. Apa sebegitu kuper kah dirinya sampai-sampai tidak mengenali anak yang kelihatannya populer ini? Tapi, baginya itu bukanlah hal yang penting, tak ada penting-pentingnya.

"Maaf, tapi sepertinya aku lebih tertarik melihat burung-burung itu daripada memperhatikan sesi perkenalan." Key menunjuk ke arah burung-burung yang bertengger di kabel-kabel listrik berbaris sangat rapi diikuti tatapan laki-laki itu yang mengikuti jari Key. Laki-laki itu sampai ikut menatap para burung yang berwarna coklat, putih, hitam, dan abu-abu itu sekilas sambil terheran-heran dan berbinar.

"Jadi, selama ini kau tak mengenalku?" Laki-laki itu merentangkan tangannya lebar-lebar seakan-akan ingin menunjukkan seisi kelas. Key menganggukkan kepalanya dengan enteng berbasa-basi sambil pandangan tetap keluar jendela. "Yeah well, aku akan kembali memperkenalkan diriku. Namaku Nakamura Ren aku mengikuti kegiatan klub menari, vokal, dan pencinta hewan. Senang berkenalan denganmu." Perkenalan sia-sia itu hanya disambut anggukan sekilas dari Key tanpa membalas jabatan tangan laki-laki bernama Ren itu. Sementara Ren dengan kecewa menarik tangannya kembali ditambah ekspresi merengut sampai-sampai mulutnya serasa akan jatuh saat itu juga. Mungkin jika laki-laki lain yang melakukan hal tersebut sungguh wajahnya akan terlihat sangat tidak bisa ditolerir namun, ketika laki-laki yang ada di depannya tersebut membuat ekspresi jelek itu malah membuatnya semakin terlihat imut. Sampai-sampai terdengar pekikan centil para fans.

Metamorfosa Sang Bidadari [Taeyong's Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang