PROLOG

339K 7.1K 246
                                    

Cerita ini telah tersedia di Shopee Ulfashopbooks

Kringg! Kringg!

Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Seluruh siswa-siswi SMA Taruna langsung berjalan ke arah kelas mereka masing-masing. Namun, tidak bagi Jevan cs. Empat orang laki-laki yang berteman mulai dari awal mereka menginjakkan kaki di SMA Taruna itu masih setia menyantap makanan yang tersedia di WABIMAH alias Warung Bi Imah.

Wabimah adalah warung langganan mereka yang terdapat di sebelah kantin sekolah. Warung tersebut mereka kunjungi bukan hanya saat istirahat saja, tetapi juga dikala mereka bosan saat jam pelajaran atau free class. Jadi, Bi Imah selaku si empunya warung sudah hafal betul dengan mereka.

"Van, lo gak makan? Mumpung si Yadi ringan hati tuh buat neraktir kita." Bimo Evan Prasetyo atau sering dipanggil Evan itu melirik ke arah Jevan yang tengah asyik memainkan ponselnya dan menghiraukan mereka yang kini sedang duduk di hadapannya. Jevan-sang manusia dingin tersebut mengalihkan pandangannya sebentar ke arah Evan-salah satu teman gesrek yang ia miliki dari ketiga sahabatnya.

"Gak," jawab cowok itu singkat. Bukan Jevan Alvaro namanya kalau setiap berbicara atau menjawab pertanyaan orang lain selalu singkat. Itulah yang menyebabkan dirinya dijuluki sebagai cool boy di SMA Taruna. Selain sifat dingin yang ia miliki, ketampanannya pun sering mendapat perhatian dari para siswi SMA Taruna yang haus akan cogan.

Mendengar jawaban singkat dari  Jevan, Tama-yang bernama panjangkan Putra Mahatama itu menyahut jawaban Jevan dengan asal. Maklum, karena dia adalah teman Jevan yang memiliki kegesrekan yang sama dengan Evan. "Tumben, biasanya paling cepet aja lo kalo ditraktir."

Evan yang menguping pembicaraan kedua temannya itu langsung menoyor kepala Tama dengan keras karena menurutnya sahutan yang diberikannya itu tak cocok dengan kebiasaan Jevan. "Yee Jevan kagak kaya elu tong, yang gak bisa denger kalimat 'gue traktir' langsung tereak-tereak kagak jelas."

"Sembarangan lu pret! Itu elo kali!" elak Tama sambil menoyor balik kepala Evan, sampai-sampai keduanya beradu mulut hanya gara-gara hal yang sangat sepele tersebut. Itulah kebiasaan Tamvan, Tama Evan.

Jevan yang mulai merasa jengah mendengar ocehan tak penting dari teman-teman gesreknya itu langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan bangkit dari tempat duduknya.

Yadi Adipta Pratama atau biasa dikenal dengan Yadi sekaligus sahabat Jevan mulai SMP itu mengernyitkan dahinya saat melihat Jevan sudah angkat bokong dari kursinya. "Eh, lo mau ke mana, Van?" tanya Yadi sambil menaruh bakso pesanan milik kedua sahabat sedeng-nya yang tengah kelaparan itu.

"Kelas," jawab Jevan singkat, lagi. Kemudian meninggalkan ketiga laki-laki yang masih sibuk dengan makanan yang ada di hadapan mereka.

Jevan melewati koridor yang mulai sepi karena jam pelajaran dimulai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya dengan tas berwarna merah maroon yang bertengger di bahu kanannya membuat dirinya semakin tampan jika dilihat dengan teliti.

Karena terlalu fokus melihat ke depan, sampai-sampai dia tidak melihat orang yang berselisih dengannya. Dan alhasil ia menubruk bahu orang tersebut sampai dia tersungkur ke lantai yang dingin.

"Ashh," ringis orang yang berjenis kelamin perempuan itu sambil memegang sikunya yang sedikit terluka gara-gara tersungkur tadi. Atas nama emosi yang sudah menguasai, orang itu mendongakkan kepalanya agar lebih leluasa melihat wajah Jevan dan melempar tatapan tajam.

Jevan yang melihat itu hanya memberikan respon alis terangkat sebelah dan endikkan kedua bahunya. "Sorry," ucapnya dingin dengan nada sedikit acuh tak acuh. Setelah itu, laki-laki tersebut berlalu meninggalkan perempuan yang masih terduduk sambil meringis kesakitan karena luka yang ada di sikunya. Kini emosinya semakin meluap karena melihat respon dari cowok yang menurutnya tak bertanggung jawab itu. Beruntungnya perempuan itu dengan tanpa sengaja sempat melihat badge nama yang berada di baju Jevan.

Cool Boy VS Ratu Judes [Telah Terbit dan Tersedia di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang