Malam Kelahiran

36 7 0
                                    

Seorang wanita paruh baya terbaring lemas di ranjang, dengan keringat yang membanjiri tubuhnya sehingga tampak kontras dengan rasa sakit yang tengah ia tahan. Sejenak, diambilnya napas dengan kuat, kemudian ia hembuskan dengan perlahan. Nenek tua yang biasa dipanggil dengan sebutan Ma Beurang (orang yang membantu melahirkan) itu terus memberi intruksi.

Sampai pada akhirnya, ketika bayi kecil yang sudah dinanti-nanti itu datang ke alam dunia, rasa syukur mengambil alih segalanya. Sang ibu bernapas lega, namun sayang tak berselang lama, karena bayinya tak kunjung mengeluarkan suara.

Ada apa?

Kemarin kedua putrinya baru saja dipanggil oleh yang maha kuasa. Jika hari ini terjadi lagi, sungguh ia belum siap. Tentu saja, tak ada seorang ibu yang menginginkan hal seperti itu.

"Ada apa?" tanya sang ibu yang tak bisa melihat anaknya karena masih lemas untuk sekedar duduk.

Ma beurang yang tidak mendengar pertanyaan itu tengah berusaha untuk membenarkan tali ari-ari yang melilit tubuh sang bayi. Butuh waktu beberapa menit sampai pada akhirnya, terdengar suara tangisan yang cukup lantang, membuat para keluarga yang menunggu di luar serentak mengucap syukur.

Sang ibu tersenyum tipis sembari mengeluarkan air mata. Tak berselang lama, satu persatu keluarga pun muncul untuk menyambut kehadiran anggota baru.

Untuk saat ini, masih kebahagiaan yang terasa. Akhirnya mimpi mereka terkabul, mempunyai seorang putra.

Putra yang keesokan harinya mereka beri nama Kusnandar. Nama yang cukup cocok untuk seorang bayi yang lahir di kampung. Namun bagai orang dewasa yang bisa memilih, bayi itu menolak. Kusnandar tidak mau menyusu kepada ibunya dan terus menangis.

Tentu saja ibunya bingung, dan berpikir apakah ada salah yang salah dengan caranya mengasuh? Tapi sepertinya tidak, ini bukan pertama kali dirinya mengasuh seorang anak.

Tiga bulan berlalu, tapi tak ada yang berubah dari diri Kusnandar, bayi itu masih terus menangis apalagi jika malam sudah tiba.

Sang ibu mencoba mencari jawaban. Kemudian, ada seorang anggota keluarga yang memberitahu jika sang bayi tidak cocok dengan nama itu, dan mengusulkan sebuah nama yang langsung ditolak oleh sang ayah.

Namun sang ibu terus membujuk ayahnya, menceritakan bagaimana keluh kesah seorang istri yang tidak bisa memberikan air asi kepada anaknya, menahan sakitnya payudara yang bengkak karena sang bayi tidak mau meminum air asinya, menahan kantuk jika malam tiba karena sang bayi terus menangis.

Hingga setelah beberapa jam kemudian sang ayah berpikir dan mengikhlaskan mengganti nama yang sudah ia impikan untuk putranya. Dengan ritual dan adat daerah setempat, penggantian nama selesai dan putra mereka mau meminum air asi ibu nya. Dari sinilah, nama panggilan Memed terlahir

Catatan:
Jika kalian suka sama cerita LIKE ,COMENT AND SHARE.Thanks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang