Egois

21 0 0
                                    

Suatu sore ketika kami makan bersama dan setelah ia menyelesaikan makannya, ia kembali mengutak-atik gadgetnya. Seperti sibuk sekali dengan berbagai kewajibannya. Aku yang tidak tahu harus melakukan apa, akhirnya ikut melakukan hal yang sama. Yep. Sama-sama memainkan gadget. Selang beberapa menit asyik dengan gadget masing-masing, tiba-tiba aku mendengar suara yang lirih dan samar-samar.

"Halo... halo bandung... ibu kota periangan..."

Kucoba untuk memfokuskan atensiku pada asal suara itu. Ternyata sumbernya adalah si manusia robot yang saat ini sedang duduk persis di depanku.

Belum selesai dia menyanyi, yang sejujurnya aku tahu juga kalau lagu tersebut tidak akan pernah selesai, tiba-tiba Ia mengeluarkan gelang dari saku celananya. Ia berkata, "Aku pengen banget ngasih ini ke dia, tapi selalu ketahan sama gengsiku."
"Ini beli di mana?"
"Di tempat Bung Hatta dilahirkan dan dimakamkan. Romantis kan?" Ia menjawab sambil tertawa.
"Padang?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi. Menebak.
"Bukittinggi, Dek. Padang beda kota, toh."
"Oh, maaf aku kan gak tahu," timpalku padanya, sambil tertawa pula.
"Iya, aku pengen banget ngasih ini tapi nanti dia pasti tanya 'kenapa cuma aku doang yang dikasih?'"
"Terus kamu bakal jawab apa?"
"Iya, makanya ini simulasi. Kalo dia tanya gitu, aku gak bakal jawab. Aku kayaknya cuma bakal bilang 'harus aku jawab?' udah gitu aja. Aku gak bisa romantis-romantisan. Gak mau. Aku implisit aja. Dia harusnya udah bisa paham kan, Dek?"

Iyelah serah lu aja, Bambank.
Dasar manusia robot.

Another Story Of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang