“Ini aku ngomong serius. Tadi malam aku memang sengaja ketemu papamu. Sungguh-sungguh aku bilang padanya bahwa aku berniat menikahimu. Kalau bisa, secepatnya. Aku nggak pengin kamu diganggu-ganggu lagi kayak tempo hari. Tentu saja Papa nggak langsung mengiakan. Katanya, keputusan akhir ada di tanganmu, beliau nggak mau menentukan secara sepihak kehidupan pribadimu,” papar Jodik lugas.
Tita bengong. Memandang Jodik, heran campur aneh.
“Tapi kamu bisa, ya?” tanya Tita.
“Bisa apa?”
“Bisa secara sepihak ngomongin soal lamaran ke Papa, tanpa perlu nanya-nanya aku dulu. Padahal itu kan urusan hidupku.”
Jodik nyengir.
“Yang namanya melamar itu kan artinya meminta, bukannya bikin kesepakatan. Jadi nggak perlua nanya kamu dulu. Papa dan kamu kan bebas kasih jawaban. Bisa menerima, bisa menolak.”
Tita garuk-garuk kepala. “Aku masih nggak ngerti. Bisa-bisanya kamu ngelamar cewek yang bukan pacarmu.”
“Aku nggak pengin pacaran. Aku pengin menikah, ... .”―My Partner, Retni SB.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Story Of Friendship
RandomHanya sekumpulan cerita dari beberapa curahan hati teman-teman. Selamat membaca.