5 September 1998, Aku terbangun dari tidur yang cukup lelap, nyala matahari di luar jendela kamarku terasa seperti membangunkanku dari setiap tidurku. Aku mulai berdiri melihat jam dinding yang ada di kamarku, Menunjukkan pukul 5 pagi.
Jam bangun yang cukup pagi bagi seseorang sepertiku. Tidak ada siapa-siapa dalam rumahku, hanya aku dan suara burung burung di luar rumah. Hari ini adalah hari ke-28 setelah aku mengikuti Ujian Kelulusan di sekolah, sekolah masih mewajibkan kami untuk tetap
masuk ke sekolah.Hal ini cukup menyebalkan. Aku pun bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. 20 menit kemudian aku siap untuk berangkat sekolah.
Sambil mengunci pintu depan ,ada suara yang memanggilku.
"Varrel!!!". Teriak seseorang
Akupun menolehnya, ternyata dia adalah Rui teman dekatku dari sekolah menengah yang tinggal cukup dekat dari rumahku.
"Ayo kita berangkat". Ajak Rui.
"Baiklah". (Sambil membenarkan bajuku yang masih sedikit kurang rapi)
"Kakakmu belum balik dari luar kota yaa??".
"Iya, mungkin 3 minggu lagi baru balik".
Sambil sedikit mengobrol, kami berdua pun tiba di sekolah dan menuju masing-masing kelas.
"Sampai jumpa nanti pulang sekolah!!".
"Oke".
Kelasku berada pada tingkat kedua dari gedung sekolah. Aku menempati kelas 3-3, Setelah masuk ke dalam kelas, belum sempat untuk duduk. Seseorang menarik lengan bajuku.
"Varrel, aku dengar kemarin kamu dipukul ya?, Kasian sekali. Kenapa kamu tidak membalasnya. Pasti karena kamu lemah ya?".(Sambil sedikit tertawa) Sindir seorang teman perempuan yang selalu merendahkanku.
"iya sih aku terlalu lemah untuk membalas hal seperti itu, tidak semua orang pasti sekuat apa yang kau pikirkan. Jadi jangan berbicara seolah-olah kau tau apa yang terjadi waktu itu". Kataku pelan terhadap dia.
Dan melanjutkan untuk duduk ke tempat duduk ku. Aku duduk di bagian belakang kelas barisan tengah, disitulah tempat segala aktivitasku untuk menulis dan mendengarkan guru.
Aku membuka tas ku dan melihat secarik kertas. Perasaanku aku tidak pernah membawa secarik kertas ke sekolah, saat aku mengambil kertas tersebut disitu tertulis "Elohim Essaim...Elohim Essaim.. Aku Mulai". Terdengar seperti sebuah mantra untuk melakukan sesuatu.
Pelajaran di mulai. Kelas kami mulai dengan matematika sebagai jam pertama, tidak ada hal khusus yang nampak selain guru yang menerangkan pelajaran. Saat aku mencoba memahami pelajaran, tiba-tiba ada sebuah bunyi kecil dibelakangku. Rando temanku terlihat membawa sesuatu dan memasukkan nya kedalam kantong, namun aku mengabaikannya.
Ia terlihat duduk kembali ke tempat nya. Ia terlihat tidak sadar bahwa aku melihatnya. Itu aneh, tiba-tiba simbol segitiga ungu yang kumiliki terlihat menyala-nyala. Aku mencoba menutupinya dengan kertas tapi tetap saja tidak bisa.
"Kamu kenapa Varrel??". Tanya guruku dari arah depan.
"Tidak apa-apa pak". Jawabku sambil menutupi nyala simbol tersebut.
Kemudian Abaddon muncul tiba-tiba dan memegang pundak ku.
"Ini tugas pertama mu". Kata Abaddon.
"Apa!!!". Teriakku agak pelan.
"Tunggu sebentar lagi".
.
.
.
.
.
.
.(Seseorang berdiri) "Permisi pak guru, handphone milik Chyntia hilang pak!!".
Lapor seseorang temanku."Jangan bercanda kamu". Kata pak guru tak percaya.
Chyntia terlihat panik dan berusaha mencari di sekitar tempat duduknya. Namun hasilnya tetap nihil. Dari tempat duduk ku aku bisa melihat air matanya berjatuhan.
Dena, Febi dan Juni masih berusaha membantunya untuk mencari.
"Anak-anak apakah ada yang bisa jujur, siapakah yang mengambil handphone milik Chyntia??". Pak guru dengan sedikit tegas.
Di lain sisi aku melihat Rando memasukkan sesuatu ke dalam tasnya.tiba-tiba ia menoleh ke arahku.
"Pak guru, tadi aku melihat Varrel mengambil sesuatu dan memasukannya dalam tas". Tuduh Rando.
Teman-teman lain mulai menatapku dengan sinis. Ada apa ini, bukan aku pelakunya.
"Ayo kita periksa tasnya!!". Teriak ketua kelas Wadi.
Simbol segitiga di tangan ku masih tetap bernyala-nyala. Tiba-tiba Abaddon kembali menunjukkan wujudnya sebagai lalat. Ia terbang di sekitarku dan membisikkan sesuatu.
"Cobalah untuk berdoa, dan akhiri doa mu dengan kata-kata pada kertas yang kuberikan kepadamu". Bisiknya.
"Maksudnya??".
"Cobalah saja untuk berdoa." Kata dia sambil menghilang lagi.
"Apa dia gila??, menyuruhku untuk berdoa di depan teman-temanku, iblis sialan!!". Kataku cukup kesal.
Pak guru dan teman-temanku masih terlihat memeriksa barang-barang di dalam tasku. Aku bergeser berdiri keluar dari pandangan mereka. Akan kugunakan kesempatan untuk berdoa.
"...............................................................................................................................................................................................Elohim Essaim..Elohim Essaim..Aku Mulai..Amin".
Aku membukakan mataku dan melihat sekitarku. Simbolnya tiba-tiba berhenti bernyala.
Radon tiba-tiba berteriak."Aku minta maaf semuanya, akulah yang mencuri handphone milik Chyntia". Pengakuan Radon.
Semua arah mata dan pandangan tertuju padanya,semua seperti ingin menerkam Radon dengan keras. Chyntia tiba-tiba menangis cukup keras. Hufff.... akupun bisa sedikit santai dari ketegangan tadi.
Dasar Chyntia seperti perempuan lemah saja, ia kehilangan hape seperti terlihat kehilangan arah hidupnya. Kemudian aku tidak tau pikiran apa yang ada dalam kepala Radon, namun ia juga salah.
Sampai terlalu takut mengakui kesalahannya akhirnya ia menuduh ku sebagai tempatnya untuk melontarkan kesalahannya. Itu yang ada dalam pikiranku ketika kejadian tadi selesai.
Karena kegaduhan tadi, akhirnya aku memilih untuk keluar dari kelas dan mencari angin segar. Seperti sebuah pensil yang dihadapkan dengan kertas ,hanya pensil yang tahu tugasnya untuk menulis sementara kertas hanya siap untuk menerima tugas daripada pensil.
Hari itu adalah hari pertama aku menjalankan tugasku untuk menghakimi. Tapi aku masih tidak mengerti, aku adalah seorang manusia yang gagal dalam ujian praktek, tidak lulus tim sepakbola sekolah, kalah dalam kontes matematika dan bukan seorang dewa. Jika Tuhan sedikit lebih menjelaskannya dengan baik, pasti aku akan mengerti. Aku mengakhiri hariku di sekolah dengan doa dan tanda tanya besar.
........................
..................
..............To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and God
FantasyBertemu "Tuhan" Bukanlah mimpi, Ini kenyataan. Setelah melewati kehidupan yang melelahkan sebagai makhluk ciptaannya. Akhirnya aku bertemua Dia, ingin ku bertanya banyak tentang apa yang terjadi di masa depan. Namun ia memberikan ku sebuah tugas ane...