3

1.1K 168 25
                                        

Bel pintu berbunyi.

Pemuda dalam balutan piyama dengan malas menyeret sepasang tungkainya menuju pintu. Sudah sangat larut namun cacing di perutnya justru berteriak meminta jatah, jadilah ia memesan ayam goreng untuk diantarkan ke apartemennya karena memang isi kulkasnya hanya tersisa air mineral.

Hidup jauh dari orang tua memang sedikit menyusahkan.

Huh?

Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka pintu membuat Seongwu sedikit terkejut, begitu pula dengan sosok didepannya. Nampak dari mimik wajahnya dan pupilnya yang membulat, meski dalam hitungan detik Daniel kembali memasang wajah datarnya.

"Semuanya jadi tiga belas ribu won." Katanya cepat sambil menyerahkan bungkusan ditangannya. Seongwu mengambil bungkusan itu, matanya masih memperhatikan wajah pemuda yang masih mengenakan helm kerjanya yang menyerupai kepala ayam.

"Tiga belas ribu won." Kali ini Daniel  berdecak kesal sambil mengulurkan tangannya, membuat gerakan pada jemarinya seolah membuat gestur agar Seongwu segera membayar.

"Oh?"

Shit!
Seongwu mengutuk kebodohannya sendiri dalam hati.

Ia segera meraih dua lembar uang disaku celananya yang ia yang yakini berjumlah dua puluh ribu won, "Ambil saja kembaliannya."

Daniel mengambil uang ditangan Seongwu lantas bergegas pergi setelah melirik Seongwu tajam, tanpa mengatakan sepatah katapun.

Menutup pintu, Seongwu menatap jam di dinding ruang tengah.

23.52

Dan dia masih bekerja?



****


Seongwu tidak suka naik kendaraan umum, terlebih bis. Ia lebih memilih mengendarai mobil pribadinya, tapi sudah empat hari mobilnya itu menginap di bengkel karena ada kerusakan mesin. Jadi dengan terpaksa ia harus rela berdesak-desakan didalam bis selama beberapa hari ke depan juga.

Eh? Daniel?
Matanya menyipit. Entah apa yang merasukinya namun ia bergegas mengambil tempat disamping Daniel.

Pemuda Kang itu malah menatapnya sengit, dahinya berkerut tidak suka, "Pindah!"

"Tidak mau."

"Pindah kataku!" Daniel menekankan setiap suku katanya.

"Ini bis umum. Aku bebas duduk dimana saja." Seongwu bersikeras, ia mengeluarkan buku dari dalam tasnya kemudian menyibukkan diri dengan berpura-pura membaca. Mengabaikan helaan napas kasar disampingnya.

"Hey ketua!" Beberapa menit setelah bis melaju Daniel memanggil Seongwu diselingi dengan menguap lebar, "Bangunkan aku saat bis tiba di sekolah." Lanjutnya seraya memejamkan matanya yang terasa berat.

"Enak saja. Bangun saja sendiri." Seongwu menyahut tak terima, tetapi ketika tak kunjung mendapatkan balasan ia melirik Daniel yang sudah terlelap. Wajah itu menyiratkan rasa lelah, kantung matanya nampak menghitam.

"Sampai jam berapa dia bekerja?" Gumam Seongwu pelan.


****


"Ini salahmu!" Daniel berteriak kesal, ia berlari kencang bak di kejar setan, begitupun Seongwu yang berusaha menyamakan langkah sebelahnya.

Seongwu ternyata juga tidak bisa menahan kantuknya ketika di bis tadi. Begitu keduanya terbangun bis yang di tumpangi itu ternyata sudah melewati halte depan sekolah. Akhirnya dengan kalang kabut mereka berlari memutar arah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Judge || OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang