Fault.

51.9K 910 10
                                    


Aku jelas mengutuk keberadaan Geovan si pengganggu yang terus mengikuti ku kemana mana. Si sialan itu tak henti-hentinya membuat kepalaku mengepul panas dan muak.

Menghabiskan waktu semalam dengan stranger yang ternyata adalah atasanmu di kantor bukanlah hal yang baik. Sungguh. Aku sendiri yang mengalaminya.

Minggu lalu, aku dan Reah teman sedivisiku pergi ke club dengan dalih hiburan di tengah proyek kerja yang menumpuk. Dengan mini dress paling seksi dan terbuja yang aku punya aku berangkat pukul sembilan dengan audi yang Reah dapat dari pacarnya.

Lalu saat di club ternyata Reah memilih untuk bergabung bersama gerombolan pacarnya dan meninggalkanku dengan segelas besar margarita. Setelah meneguk lima gelas besar, atau mungkin lebih. Aku mabuk. Jelas mabuk karena paginya aku menemukan diriku di kamar hotel mewah dengan sesosok pria asing dalam keadaan naked. Fak.
Aku mengutuk margarita sialan itu.

Dan entah kutukan apa yang mampir ke dalam tubuh seksiku, aku mendapat bahwa stranger yang tidur bersamaku minggu lalu adalah atasanku yang baru. Hell.

Namanya Geovan. Entah Geovan siapa aku tak peduli. Aku terlambat ke meeting dua hari lalu saat pria itu datang dan mengaku sebagai pengganti boss yang lama. Dan aku tidak mungkin melupakan bau aftershave paling enak yang menguar dari tubuhnya. Atau bagaimana tubuh itu mengungkungku drngan panas dan saat dirinya mencumbu seluruh tubuhku. Stop.

"Amaraya!"

Aku mendengkus saat si Geovan brengsek itu memanggilku keras di loby. Suaranya yang seksi bahkan membuat kakiku gemetar.

"Ya Tuan." jawabku sesopan mungkin. Aku masih tahu diri bahwa dia adalah atasanku dan aku hanya kacungnya yang bisa di pecatnya kapan saja.

"Ikut denganku."

Belum menjawab, tanganku sudah di tarik keras ke arah lift khusus para petinggi yang membuatku mau tak mau menelan ludah gugup.

"Maaf Tuan tapi saya ada briefing pagi ini."

Geovan hanya mengangkat alisnya tinggi-tinggi lalu menekan tombol lift menuju lantainya. Lantai lima puluh.
Ugh. Fifty shades of Geovan. Aku bergidik. Aku bukan penganut bdsm atau aliran sub dan dom. Ewh.

"Aku sudah ijin dengan Sebastian untuk membawamu."

Suara lift yang berdenting membuyarkan lamunanku tentang Fifty shades of Geovan. Lalu aku berjalan mengintilinya masuk ke ruang direktur.

Ruangannya masih sama seperti kemarin saat aku mengantarkan laporan keungan bulanan. Masih dengan warna hitam putih dan sofa nyaman warna hitam di tengan ruangan. Meja kerja dengan nama Geovan tertera mentereng membelakangi pemandangan pagi kota Manhattan.

"Duduk Amaraya."

Dia duduk di sofa dengan keras, membuat sofanya melesak dan tubuhnya terpantul sedikit. Aku memustuskan duduk di sebrangnya. Mengantisipasi jikalau aku khilaf dan 'menyerangnya' duluan.

"Apa saya membuat kesalahan?"

Aku berinisiatif bertanya. Cepat-cepat keluar agar feromon yang menguar dari Geovan tak membuatku gila. Dan meraih bibir kissable nya itu.

"Too much, Ama."

Aku terkejut, aku punya kesalahan? Lalu kuingat kembali saat setelah dia memimpin di perusahaan ini. Aku mengerjakan laporanku tepat waktu, mengantarkannya tepat waktu dan aku merasa tak ada kesalahan sedikitpun.

"Apa salah saya?" ucapku sambil mencoba tetap bersikap formal.

"Pertama. Kesalahanmu adalah pergi setelah malam indah kita minggu lalu. Dan kedua. Kau pura-pura seolah kita tidak saling mengenal. Dan ketiga juga yang terakhir. Kau terlalu sering muncul dalam mimpiki Ama. Itu kesalahanmu."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang