Devil

20.6K 441 18
                                    


ELEANOR

Aku memutar bola mataku malas dan duduk dengan menyandarkan punggungku ke kursi kayu megah yang kududuki, sudut mataku melirik ke arah dua saudara kembarku Uriel dan Uliel yang tampak tenang duduk di kursi mereka masing-masing. Aura di sekitarku membuat aku mengerang pelan lalu aku melirik ke sisi kananku dimana tujuh kursi kosong berderet yang mana membuatku makin muak. Ini hari persidangan, sidang berarti hukuman dan aku nampak sudah bosan. Aku, Uliel dan Uriel duduk di kursi berjejer dengan aku di pojok kanan diikuti Uriel di tengah dan Uliel di pinggir kiri sementara beberapa pasang mata memelototi kami dengan mata mereka dan itu menjengkelkan.

"Katakan apa yang terjadi?" si hakim yang kali ini adalah Donovan bertanya dengan nada tegas menggema di seluruh ruang penghakiman ini.

"Sudah kukatakan sejujurnya." Kata Uriel dengan nada malas kentara sementara aku dan Uliel memilih bungkan, merasa bahwa berbicara lebih banyak pun tidak ada gunanya.

"Lalu kalian bertengkar hingga menghancurkan hampir separuh hutan?" Donovan menatap tajam kea rah kami bertiga lalu melirik pada tersangka yang lain di sebelah kiri.

Mulutku gatal ingin mengatakan semua yang Gabriel lakukan pada kami, tapi aku yakin Uriel tak akan suka itu. Dan dibanding kami bertiga Uriel lah yang memiliki cara bicara yang tenang dan cukup bisa membawa emosi dengan baik ketimbang aku dan Uliel.

Ini bermula beberapa hari lalu ketika aku dan dua kembaranku itu tengah berada di hutan kabut sembari bersantai. Niat kami sebenarnya ingin mencari jiwa yang cukup enak untuk dimakan, tapi di tengah perjalanan kami bertemu dengan Gab, malaikat kurang ajar yang sudah jadi musuh bebuyutanku sejak lebih dari dua ratus tahun lamanya. Kami sebenarnya malas meladeni tukang pamer itu dan memilih menyingkir sebelum kami tersandung masalah, tapi memang pada dasarnya Gabriel adalah malaikat berengsek jadi dia berusaha memancing emosi kami dengan mengatai bahwa kami lahir dari rahim iblis, dan ayolah kami memang iblis. Selanjutnya adalah karena emosi kami yang cukup buruk, kami menghancurkan setengah hutan kabut dan merobohkan tempat suci dimana sebuah jiwa suci berada di sana. Alhasil disinilah kami, persidangan dunia atas dengan tuduhan menghancurkan setengah hutan kabut. Tapi yang pada dasarnya, iblis adalah makhluk yang diyakini selalu negative, membawa pengaruh buruk dan selalu disalahkan atas semua keburukan maka kami mendapat cemoohan paling banyak.

Gabriel sendiri duduk di kursi deretan malaikat dengan tenang, tapi binar matanya senang dengan apa yang dia lihat sekarang. Kucolok juga matanya.

"Apa kalian tahu bahwa tindakan kalian membuat sebuah jiwa suci kabur dari hutan kabut dan hutan kabut tak bisa pulih seperti sebelumnya?" pertanyaan Donovan bagai sedang mendikte anak dua hari.

Kami bertiga hanya diam, aku berusaha keras membungkam mulutku rapat-rapat atau aku akan mencekik leher semua orang karena kesal.

"Hukuman sudah ditentukan. Untuk kalian bertiga karena mungkin ini bukan kali pertama kalian masuk ke sidang dunia atas, dan mungkin hukuman mengikat kalian dengan mate akan membuat kalian jera." Perkataan Donovan membuat aku sontak mendongak dan menatap tajam tua bangka yang menjadi hakim lebih dari seribu tahun itu.

"Kau tak bisa melakukannya!" seruku tak terima, bagaimana bisa kami memiliki mate sementara kami adalah iblis. Mate adalah pasangan jiwa para makhluk immortal, dan aku memang makhluk immortal tapi iblis tak pernah memiliki mate karena pada dasarnya iblis memiliki sifat serakah dan enggan terikat.

"Aku sudah meminta persetujuan Lucifer dan dia setuju dengan itu, dia mengatakan bahwa selamat bersenang-senang."

Jauh dalam lubuk hati, ya walaupun iblis tak memiliki hati tapi aku enggan mengakui bahwa Lucifer adalah ayah kami bertiga. Dan jika aku bisa memilih, maka aku akan lebih memilih jadi anak Mammon ketimbang Lucifer.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang