Fault (2).

28.4K 917 29
                                    


Lembur lagi. Lembur kali ini sangat membosankan karena Reah tidak ada. Dan satu tim divisiku hanya aku yang lembur. Artinya hanya aku dalam ruangan divisi keuangan ini. Sorry to say tapi aku tidak takut hantu. Tidak terlalu percaya dengan makhluk gaib dan hal-hal macam itu.

Kulirik Daniel Wellington yang bertengger apik di pergelangan tangan kiriku. Sudah jam sepuluh lebih dua puluh lima dan artinya lima menit lgi aku pulang. Segera kubereskan kubikelku dan mengecek notif dalam ponselku. Kosong. Nasib jadi single.

Dan selanjutnya adalah mengejar bus terakhir agar bisa pulang. Dengan tergesa aku turun menggunakan lift lalu berjalan cepat menuju halte bis di depan kantor.

Sepi. Harusnya bisnyabmasih sepuluh menit lagi.

"Bus nya sudah lewat setengah jam lalu."

Aku menengok ke arah sumber suara. Menemukan Direktur sengak yang tampak seksi dengan kemeja slimfit nya. Ugh lihat ototnya. Seksi sekali. Aku mengerjap, kembali sadar dari khayalanku.

"Busnya masih sepuluh menit lagi Tuan."

"Sudah lewat Ama. Aku melihatnya tadi."

Benarkah? Aku berdecak lalu meraih ponselku yang nyatanya mati kehabisan baterai. Niatnya mau menelfon Reah untuk menjemput tapi sungguh sial.

"Pulang denganku Ama?"

"Tidak Tuan. Terima kasih." Dengan cepat aku menjawab lalu berlalu meninggalkan nya. Berjalan kaki bukan hal buruk. Lagipula ini Manhattan. Kota yang ramai di malam hari, jadi tak perlu risau dengan kejahatan. Ada banyak polisi berkeliaran. Benar bukan?

Suara klakson di kananku membuat kupingku berdengung. Lalu dengan kesal menoleh ke arah pajero hitam yabg mentereng di malam hari. Berkilau menyilaukan mataku.

"Masuk Ama."

Dengan keras kepala. Aku masih berjalan pelan sambil mengerang saat betisku rasanya mau copot.

"Masuk Ama."

Aku melirik pajeronya yang mengkilap, lalu melirik si sopir. Geovan nampak makin seksi dengan kacamata hitam rayban yang dia pakai.

Dan dengan berat hati aku berputar masuk dalam mobilnya, mengabaikan kekehannya yang menyebalkan bagiku.

"Antarkan aku." ucapku dengan nada memerintah.

"Siap nyonya."

Aku mendelik ke arahnya lalu bersedekap. Mengamati keseluruhan isi mobil pajeronya yang terlihat mahal.

∆∆∆

Ini adalah tidur paling berkualitas sepanjang hidupku. Aku bermimpi berjemur di Maldives sambil menikmati massage di bibir pantai.

Lalu sesuatu yang kenyal melumat bibirku pelan. Dan aku terbuai, dengan lihai sesuatu itu menguak bibirku agar terbuka. Lalu sesuatu masuk dalam mulutku menyedot lidahku keras hingga aku mengerang.

Dan dengan kesadaran yang minim aku membuka mata. Lalu terbelalak saat menemukan Geovan yang tengah menindihku dan menyedot-nyedot lidahku kasar.

"Mmmmmpphhh..."

Aku mencoba melepas ciuman mautnya, tapi gagal. Lalu sebuah ide mampir di otakku. Dengan kekuatan penuh aku menendang selangkangannya dengan lutut. Membuat dia mengaduh keras sambil memegangi asetnya. Rasakan itu brengsek.

"Apa yang kau lakukan."

"Harusnya saya yang menanyakan itu. Apa yang Tuan lakukan!"

Aku memekik sambil beringsut menjauh darinya yang saat in tengah kesakitan memegangi asetnya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang