𝚜𝚊𝚝𝚞

103 4 13
                                    

Backsound: See U Later - Blackpink

31 Desember 2016,

Siang itu, untuk yang kedua kalinya, rotasi dunia gue rasanya berhenti berputar. Yang mana mengakibatkan napas gue tidak setenang tadi, ditambah detak jantung gue yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Rasanya sulit, apalagi dalam keadaan terik matahari yang sedang dalam saat terbaiknya memancarkan sinarnya, pengap dan panas.

Karena untuk yang pertama kalinya adalah saat tahu bahwa ibu, pergi untuk selamanya karena kecelakaan saat gue menginjak bangku kelas 5 sekolah dasar. Rasanya mau menghilang dari bumi saat itu juga. Dan selalu menyalahkan takdir baik yang saat itu tidak lagi berpihak pada gue mulai saat itu.

Bodoh.

Semua pandangan mata terarah menjadi satu titik. Ke arah panggung.

Adrien Rayi Bagaskoro, cowok berusia 17 tahun yang beberapa bulan ke depan akan berganti umur sedang menyatakan perasaannya untuk cewek yang berada di sampingnya yang sedang menunjukkan ekspresi bingung dan diam tak berkutik. Cewek tersebut mati-matian menahan detak jantungnya yang rasanya mau meledak saat ini juga. Berusaha untuk bisa tetap menapak pijakan dengan stabil. Dan jangan lupakan, tatapan serta bisik-bisik yang diberikan oleh banyaknya manusia di bawah sana yang mengarah tepat ke arahnya dan juga cowok disampingnya yang saat ini sedang menunjukkan cengiran lebar.

Shit, he's totally crazy.

Dan ya, cewek tersebut adalah gue.

Alena Sejia Bagaskoro.

Meskipun nama belakang kita sama, percayalah, itu hanya sebuah kebetulan.

Kebetulan yang membawa banyak cerita.

"Jangan gila, Dri." Desis gue pelan menatap tajam Adrien yang sedang tersenyum lebar menatap orang-orang di bawah sana. Gue memegang lengan Adrien dengan sedikit gemetar, mencoba untuk menyadarkannya kembali ke dunia. Siapa tahu aja kan, Adrien lagi melayang entah ke langit berapa?

"Dri, sumpah ini nggak lucu abis. Nggak usah nge-prank sampah kayak kayak gini, nggak lucu." Gue masih setia menatap Adrien yang saat ini belum mau menengok ke arah gue.

Sumpah, ini gila.

Adrien, benar-benar cari masalah.

Seharusnya gue sekarang bisa duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati es teh manis karena menunggu penampilan grup musik HIVI! dan juga Fourtwnty yang di undang di acara pensi tahunan sekolah gue. Bukannya malah berdiri di atas panggung dengan irama detak jantung yang menggila karena ulah sinting Adrien.

"Tes, tes. Siang semua, gue Adrien. Kalian pasti udah pada kenal sama gue, kan?" Gue melirik tidak antusias pada Adrien saat Aria menyikut lengan gue, memberi kode. "Itu si kunyuk mau ngapain dah?" Aria menatap gue bingung. Gue mengangkat bahu acuh,

"Paling juga mau kasih tahu jam perfom HIVI! kali, Ri. Neduh, yuk? Panas banget nih." Gue mengelap keringat yang bercucuran di kening, kenapa terik matahari hari ini silau dan panas banget ya? Huft.

"Sorry sebelumnya, gue disini sebenarnya mau omongin sesuatu. Penting banget. Mohon banget buat disimak, ya."

Gue masih biasa aja. Karena ya, Adrien itu kan panitia acara pensi sekolah, toh, wajar dong kalau dia mau memberikan informasi atau apalah itu?

"Alena.."

Saat nama gue disebut, gue berhenti berjalan. Menengok ke arah Adrien dengan pandangan lurus. Dia baru aja nyebut nama gue, kan? Aria semakin antusias, "gue yakin, Le. Dia antara mau nyatain perasaannya sama lo, atau dia mau umumin di depan anak-anak kalau lo sekarang special buat dia!"

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang