Opening

224 29 0
                                    


“Jaga diri baik-baik, Sayang. Aku akan kembali sesegera mungkin.”

“Yah, satu bulan itu waktu yang cepat, bukan?”

“Oh, my wife starts loving sarcasm, doesn’t she?”

Jung Haerin hanya bisa tertawa ketika mendengar ucapan itu, sebelum tubuhnya akhirnya direngkuh. Pelukan perpisahan lainnya, dan sebenarnya Haerin benci ini. Dia ingin suaminya terus ada bersamanya.

Dia butuh suaminya untuk tetap waras.

Tapi nampaknya, itu tidak bisa.

“Jangan marah kalau dia menelponmu karena listrik di rumah mati ya, Taehyung.”

Kali ini laki-laki dengan mantel hitam di samping Haerin yang tertawa. Kedua laki-laki itu saling berpelukan. “Istrimu bahkan mungkin menelponku untuk mengusir kecoa di bawah sofa, Hyung. Untungnya kita sudah terbiasa dengan Ibu.”

Ketiganya kini sama-sama tertawa.

Sebelum benar-benar pergi, pria dengan setelan jas dan koper yang diseret di tangan kanannya itu mendekat, sebelum membiarkan bibirnya mengecup bibir Haerin. Tidak salah kan mencium istri sendiri?

“Akan kutelpon jika sudah mendarat di New York.”

“Aku akan menunggu, Namjoon.”

“I’m gonna miss you a lot, Kim Haerin. Really.”

Dengan kekehan Haerin memukul Namjoon dan tertawa. “Kau akan terlambat naik pesawat jika terus bilang kau merindukanku padahal aku masih di depanmu, tahu!”

“Atau aku tidak perlu pergi?”

“Namjoon, yang benar saja!”

Kali ini giliran Kim Namjoon yang tertawa. Dengan segala rasa rindu yang belum sempat dicurahkan sepenuhnya, pria itu menyeret kopernya dan melangkah pergi, tangan melambai pelan hingga sosoknya hilang di telan antrian dan kerumunan penumpang pesawat.

Satu helaan napas terselip dari bibir sementara garis itu melengkung, tersenyum pasrah. Dan di saat dia merasakan tangannya digenggam, rasa bersalah itu menggerogoti. Namun nyatanya tangan itu justru semakin dia genggam erat.

“Kita jahat ya, Tae?” gumam Haerin.

“Sangat.” Satu rengkuhan hangat kembali Haerin rasakan, hanya saja kali ini dia mendapatnya dari orang yang berbeda.

“Aku benar-benar istri paling jahat di dunia,” tuturnya pelan. Tubuhnya berbalik, menatap manik cokelat pria itu sebelum akhirnya keduanya saling berpelukan. “Aku istri yang jahat.”

Pria itu mengangguk, merapatkan pelukan seakan ini satu-satunya pelukan terakhir yang bisa mereka dapatkan.

“Dan aku adik yang jahat karena mencintai istri kakakku sendiri. Menurutmu siapa yang lebih jahat dari antara kita, Kim Haerin?” []

TIME ON OUR SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang