The Piano Teacher - 2

65.4K 3.3K 111
                                    

Valerie terkesima melihat rumah yang indah di depannya itu. Rumah itu terlihat indah dengan bunga-bunga yang menghiasi halamannya, bahkan beberapa bunga ada yang digantung menggunakan pot kecil.

Rumah itu tidak terlalu megah ataupun mewah, hanya saja rumah itu nampak sangat luas dan asri. Benar-benar rumah idaman Valerie. Membayangkan anak-anak kecil berlarian di taman pasti menyenangkan. Astaga, bahkan ada rumah pohon yang berukuran lumayan besar di salah satu pohon rumah itu.

Bagaimana seseorang bisa seberuntung Willy dan Chelsea namun ada juga yang kurang beruntung di luar sana? Dunia benar-benar tidak adil.

Valerie baru saja akan memencet bel ketika pintu dibuka dan menampilkan wajah tampan yang sayangnya juga meninggalkan kesan menyebalkan di ingatannya. Pria itu nampak segar dengan kaos polo dan celana tiga perempat berwarna cokelat tua. Rambutnya yang sebelumnya disisir ke belakang nampak rapi, saat ini dibiarkan turun menutupi dahinya. Membuat wajah pria itu nampak lebih muda beberapa tahun walau sebenarnya Valerie sendiri tidak mengetahui berapa umur pria tersebut.

Pria itu memang benar-benar menghubungi Valerie sebelumnya, memintanya untuk datang dan mulai mengajari anaknya bermain piano karena gadis kecilnya itu terus merengek. Bahkan ia sampai mengirimkan mobil beserta supirnya agar gadis cantik itu tidak perlu repot-repot mencari transportasi lain.

Gadis itu sudah berusaha menolak tapi ketika salah satu murid menggemaskannya yang mulai bicara di telepon, pertahanan gadis itu langsung hancur. Ia tidak bisa melihat anak kecil menangis atau bersedih, apalagi gadis semanis Chelsea. Dan di sinilah ia, di rumah milik seorang miliarder menyebalkan yang sedang tersenyum lebar di hadapannya.

"Selamat datang, Valerie. Silahkan masuk." Gadis itu mengerutkan keningnya saat mendengar panggilan langsung dari Willy tanpa embel-embel 'Ibu' seperti sebelumnya. Mengapa tiba-tiba pria itu menjadi sok akrab dengannya?

Masih dengan kebingungan dan rasa kesal, Valerie akhirnya masuk ke dalam rumah yang terasa sejuk sekali, berbeda dengan cuaca panas di luar.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba saja sesuatu menabrak tubuhnya hingga dirinya oleng. Untung saja Willy menahan tubuhnya, pria itu melingkarkan tangannya di pinggang ramping Valerie hingga tubuh gadis itu kembali seimbang. "Bu Vale! Aku kita mulai! Chelsea gak sabar main piano baru."

"Chelsea, pelan-pelan, Bu Valerie-nya hampir jatuh," tegur sang kepala keluarga.

Gadis kecil itu merengut namun tetap menyetujui perkataan Papanya. "Maaf ya, Bu Vale." Sontak saja permintaan maaf gadis kecil itu membuatnya hanya bisa tersenyum maklum sekaligus gemas dengan tingkah Chelsea. "Tidak apa-apa, sayang."

"Chelsea, Papa ingin bicara dengan Bu Valerie sebentar. Kamu ke kamar dulu ya, nanti biar Papa panggil." Suara bariton penuh wibawa itu mengalun dan Valerie bahkan baru sadar jika tangan miliarder tampan itu masih berada di pinggangnya.

Chelsea sendiri hanya memajukan bibirnya kemudian pergi begitu saja meninggalkannya berdua dengan Willy. Gadis itu nampak kesal tapi juga tidak ingin membantah Papanya.

"Kamu tidak apa-apa?"

Bulu kuduknya berdiri saat merasakan deru napas hangat pria itu di tengkuknya, salahnya sendiri karena mengikat rambutnya menjadi ekor kuda.

"Bapak ma-mau apa?" Gadis itu tergagap, tangannya terasa dingin sekaligus berkeringat. Ia sangat gugup karena merasakan Willy terlalu dekat dengannya.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu sekaligus ingin meminta maaf soal kemarin. Seharusnya aku tidak berkata seperti itu."

Valerie hanya menganggukan kepalanya untuk merespon pria itu. Ia ingin cepat terlepas dari situasi aneh ini dengan segera.

Gadis itu memejamkan mata saat merasa napas Willy semakin dekat dengan tengkuknya, hampir saja jantungnya copot namun untungnya ia merasakan tubuh Willy yang menjauh. Tangan besar pria itu juga terlepas dari pinggang rampingnya.

The Piano Teacher ✔️(SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang