Prologue

600 90 19
                                    


Jihoon mengedipkan matanya beberapa kali. Oh dimana ini? Jihoon mengamati sekelilingnya dan menyadari dia terduduk di ayunan sebuah taman. Jam 11 malam, bagus sekali.

Jihoon merogoh semua kantong di mantelnya, berharap kali ini membawa uang atau setidaknya handphone.

Tampak benda persegi seperti kartu pass, bertuliskan Pledis Hotel and Resort. Ah jihoon ingat dia sedang berada di Busan. Jihoon lahir dan dibesarkan di kota tepi laut ini. Menghabiskan masa kecilnya disana. Setidaknya ia tahu jalannya pulang. Ia bisa kembali ke hotel. Jihoon lega.

.
.


Jihoon menemukan handphone nya ada di tengah kasur kamar hotel dan segera menggerakkan jemarinya untuk mencari nama kontak seseorang..

"Maafkan aku dr. Soonyoung, ini tengah malam dan.."

"Tidak masalah Jihoon, lanjutkan."

Walau mereka tidak saling bertatap sekarang, tapi Jihoon merasa Soonyoung tersenyum di akhir kalimatnya. Jangan tanya mengapa. Jihoon hanya.. tahu. Dan biarkan Jihoon mempercayai pemikiran sesaatnya tersebut.

"Aku mengalaminya lagi.."

Kau tahu, saat kau bicara dan ada jeda beberapa detik yg membuat kepalamu sibuk berspekulasi? Jihoon benci saat-saat seperti itu.

"Terakhir kali kau mengalaminya sebulan lalu, benar? Apa ada yg memicunya.."

"Sebenarnya dokter.. aku berada di Busan saat ini.."

Kemudian kembali hening. Baik Jihoon maupun lelaki yg sedang berada di seberang saluran telepon itupun tahu betapa Busan dan segala isinya bukanlah hal yg baik untuk Jihoon.

"Kau sendirian?" Setelah kebisuan panjang yang hampir membuat Jihoon ingin menyerah dan mematikan sambungan itu Soonyoung kembali meyakinkan gadis itu bahwa dia masih di sana.

"Kecuali aku dan mereka? Ya, aku sendirian."

.
.

tbc
.
.

Cloudynotes, 2018.

The light behind your eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang