It's Gotta Be You

9.1K 983 39
                                    


"Terima kasih, Ahjussi. Semoga harimu menyenangkan."

Jennie memberikan salam hormat kepada dua orang laki-laki yang baru saja membayar pesanan mereka dan pergi. Jennie bernapa lega. Jam kerjanya hampir usai, hanya tersisa 10 menit lagi. Tubuhnya yang belum sepenuhnya fit terpaksa harus menunda waktu istirahatnya.

Karena sudah beberapa hari ini ia tinggal bersama Yoona dan Donghae, Jennie tidak merasakan lagi was-wasnya jika kembali ke rumah. Yoona pun tidak mengatakan pada ibunya kalau Jennie tinggal bersamanya. Yoona yakin ibunya tidak peduli.

Jennie juga belum mendengar kabar dari Sung Won. Ia berharap lelaki itu pergi sejauh mungkin darinya. Masih ada rasa takut di hatinya seandainya nanti Sung Won tiba-tiba muncul. Ia telah menceritakan segalanya kepada Yoona dan Donghae, namun ia tidak mungkin mengharapkan perlindungan mereka selama 24 jam.

Jadi pilihan Jennie hanyalah mendorong dirinya sendiri untuk terus maju. Jika sewaktu-waktu Sung Won muncul lagi di hadapannya, ia sudah mempersiapkan semprotan merica di dalam ranselnya. Itu adalah ide Yoona. Cerdas sekali.

Namun dari semua masalah yang bernaung di kepalanya, Lalisa Manoban-lah yang menjadi hal utama. Jennie masih tidak habis pikir kenapa Lisa menciumnya. Bukannya ia tidak menyukai ciuman Lisa, ia hanya bingung pada dirinya sendiri kenapa jantungnya berdebar sangat kencang kala itu.

Ia tidak pernah tahu kalau ia bereaksi berlebihan kepada seorang wanita.

Jennie tidak tahu kapan akan bertemu lagi dengan Lisa. Sampai saat ini sudah lebih dari empat hari ia tidak melihat Lisa datang ke kedai kopi. Apa Lisa menjauhinya? Setelah ciuman itu Jennie memang bersikap dingin pada Lisa saat keluar dari apartemen gadis itu. Dan Jennie baru menyadari kalau hal tersebut sangat tidak sopan. Ia bahkan lupa mengucapkan terima kasih! Jennie benar-benar linglung setelah ciuman tak terduga itu.

Jadi wajar saja jika Lisa menjauhinya.

"Eoh, Eonnie. Lihat siapa yang datang," desis Chaeyoung di telinga Jennie.

Jennie tersadar dari lamunannya. Ia dengan refleks menoleh ke arah pintu dan matanya melebar seketika.

Lisa.

Jennie mematung sementara debar jantungnya mulai menggila. Ia sendiri tidak mengerti dengan reaksi jantungnya ketika melihat Lisa berjalan mendekati meja kasir, mejanya. Lisa tampak sangat elegan dengan skinny jeans, boots, serta blus berenda di bagian depan. Rambut pirang panjangnya terurai indah di punggungnya. Tidak seperti biasanya, kali ini Lisa menarik sebuah koper pakaian ukuran sedang.

Lisa bersikap sangat santai saat tiba di hadapan Jennie, seolah-olah kejadian di apartemennya tidak pernah terjadi. Jennie menelan ludahnya.

"S-selamat datang," sambut Jennie gugup. Chaeyoung menahan tawa di sampingnya. "Silahkan pesanan Anda?"

"Ice Americano. Jangan terlalu banyak es."

Jennie mengangguk. "Baiklah." Lalu ia mulai membuat pesanan Lisa. Jennie menghindari tatapan Lisa selagi bekerja di mesin pembuat kopinya. Ia tidak bisa melihat Lisa, namun bisa merasakan tatapannya. Chaeyoung melayani pembeli lain jadi tidak bisa membantu Jennie.

Akhirnya Jennie berhasil membuat minuman yang diinginkan Lisa meskipun tangannya sedikit gemetar. Lisa tidak tersenyum sedikitpun, berbeda dengan Lisa yang telah merawatnya beberapa hari lalu. Sepertinya Lisa memang kesal padanya.

"Ada lagi?" tanya Jennie sesantai mungkin. Ia meletakkan Ice Americano di hadapan Lisa.

Lalu Lisa mengeluarkan ponselnya, menyentuh layarnya hingga Jennie bisa melihat fotonya—yang diambil secara diam-diam—sebagai wallpaper. Jennie mendongak menatap Lisa.

As You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang