Prolog

146 1 0
                                    


Sarah mengarahkan pandangannya ke ufuk barat. Langit berwarna jingga kemerah-merahan, maha karya Ilahi. Ketakjubannya pada lukisan paripurna Sang Pencipta tak mampu menepis gemuruh hatinya.  Angannya suatu saat menikmati ribuan senja bersama yang terkasih,  akankah terwujud?

Baru kali ini, David, papinya Sarah, memaksakan kehendaknya. Ia terbiasa menyerah ketika netra Sarah mulai berkaca-kaca sebelum meluruh menjadi rintik. Namun,  kini David,  tidak menghiraukan air matanya yang tak lagi menganak sungai. Sarah menangis tergugu meratapi nasibnya kelak harus meniti takdir kehidupan bersama lelaki yang tidak dicintainya.

Sarah tidak tahu harus mengadu pada siapa. Ia juga tak kuasa berbagi keluh kesahnya pada Rangga, temannya sedari kecil. Pasalnya nama lelaki itu telah lama menguasai hatinya. Tetapi, Sarah tak yakin 'dirinya' pemilik hati Rangga.

Hati Sarah dipenuhi debur kekecewaan, ia salah mengira. Papinya tak selalu mengerti dirinya. Pemilik manik hazel (iris mata berwarna cokelat muda dan hijau keemasan) yang selalu sendu melihatnya sedih, kini menerbitkan pilu hatinya.


Bukan Pilihan Hati (On Going)Where stories live. Discover now