Tiga

24 6 2
                                    

RAKHA sudah hampir sepenuhnya bangkit dari keterpurukan. Tentang kecintaannya pada futsal yang tiga tahun lebih ia kubur, kini kembali tumbuh, bahkan mulai bermekaran. Rakha memang berbakat di bidang olahraga itu. Sudah terbukti saat pertandingan sore tadi melawan SMA Bina Mulia, Rakha berhasil menembus gawang lawan sebanyak tiga kali. SMA Airlangga pun berhasil memenangkannya.

Jam menunjukkan pukul 20.35 malam saat perut Rakha berbunyi menandakan bahwa dirinya lapar. Ia berjalan menuju dapur dan tidak menemukan lauk sedikitpun. Akhirnya Rakha memutuskan untuk membeli nasi goreng langganan atas saran dari Papa Arkan.

Rakha mengambil kunci motor dan bergegas mencari makan. Sesampainya di sana, Rakha langsung memesan dua bungkus nasi goreng untuk dirinya dan Papa Arkan.

“Den Rakha keliatannya capek banget, abis ngapain?” tanya Mang Didin, penjual nasi goreng langganan Rakha, sembari menuangkan kecap ke atas nasi.

“Abis futsal, Mang. Tadi baru istirahat sebentar terus langsung ke sini.” kata Rakha sambil melihat gerakan lihai Mang Didin saat memasak nasi goreng.

“Laper banget kayaknya ya, Den?” Rakha mengiyakan pertanyaan Mang Didin. “Makan di sini aja atuh, biar gampang juga kalau mau nambah. Kalau makan di rumah kan keburu makin laper, Den.” saran Mang Didin.

“Maunya gitu sih, Mang. Tapi kasihan nanti Papa makannya sendiri.”

Mang Didin mengangguk-angguk paham.

Sementara Mang Didin sibuk membuatkan pesanan, Rakha melihat sekeliling. Melihat motor dan mobil yang saling bersahutan di jalan raya. Melihat orang-orang hilir mudik beberapa meter di depannya. Dan melihat,

Sera.

Rakha mengucek matanya, berusaha meyakinkan diri bahwa yang ia lihat benarlah Sera.

Bener.

Gadis itu baru saja keluar dari pintu minimarket dengan kantong kresek besar berisi belanjaan dalam genggamannya. Tanpa pikir panjang Rakha langsung berlari, menyebrangi jalan raya, dan berhenti tepat di hadapan Sera.

“Elo?!”

Sera kaget bukan kepalang.

Rakha menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tersenyum kikuk. “Sori gue udah bikin lo kaget. Tadi gue ngeliat lo keluar dari pintu minimarket dan langsung aja gue samperin.”

“Mau lo apa sih?” Sera tidak memedulikan ucapan laki-laki di hadapannya. Raut wajah gadis itu sangat kentara bahwa ia sedang kesal. Lebih tepatnya selalu kesal bila ada Rakha di dekatnya.

Rakha terdiam sejenak, bergelut dengan pikirannya. Mau apa dia ya? Semua ini terjadi tanpa direncanakan. Ah, yang jelas Rakha selalu ingin Sera ada di dekatnya.

“Jangan ganggu gue lagi.” pinta Sera dan segera berbalik. Namun, bukan Rakha namanya jika ia hanya diam melihat gadis pujaannya meninggalkannya.

Rakha menahan lengan Sera dengan sigap. Matanya menatap Sera lembut kala bola mata keduanya bertemu. Meski hari sudah gelap, Rakha masih bisa melihat dengan jelas keindahan bola mata milik gadis bernama lengkap Seraisha Almeera itu.

“Makan bareng, yuk.”

Alis Sera tertaut. Laki-laki ini selalu saja membawa kejutan. Kejutan yang selalu membuat Sera merasa risih.

“Nggak, gue mau pulang.” tolaknya penuh ketegasan.

“Lo harus nyobain nasi gorengnya Mang Didin, enak banget Ser. Lo pasti ketagihan.” Masih dengan tekad kuatnya, Rakha terus mengajak Sera makan malam bersama.

Nasi goreng Mang Didin? Sepertinya Sera pernah mendengar itu disebut-sebut oleh Naomi dan memang benar enak katanya. Sera jadi penasaran. Ah, tapi ia tidak perlu kan harus menerima ajakan laki-laki super menyebalkan ini?

Being YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang