04

76 7 0
                                    

Gue menaruh segelas coklat panas dimeja, untuk Guanlin. "Masih panas, ditiup dulu." ucap gue.

Guanlin tersenyum menatap gue. Kebetulan Mama dan Papa lagi gak ada dirumah. Jadilah gue berdua sama Guanlin.

"Lain kali kalau gak ada yang jemput kamu, bilang sama aku Dev. Aku mau jemput kamu. Jangan kaya tadi. Kalau tadi yang dateng bukan aku, tapi penculik. Atau orang jahat gitu—yang rugi, yang celaka juga kamu sendiri Dev." Guanlin mengomeli gue sekarang. Ini juga pertama kalinya gue mendengar Guanlin berbicara panjang.

"Iya, maaf." ucap gue.

Guanlin menggeleng, "Kamu gak salah, gak perlu minta maaf." ucapnya.

"Kenapa tadi gak jadi jalan sama Daniel?" tanya Guanlin.

Gue menghela napas pelan, sedikit kesal jika mengingat bagaimana Daniel yang tiba-tiba membatalkan janji. "Tadi Daniel mau nganter Papa nya ke bandara." jawab gue.

Gue liat Guanlin hanya mengangguk, namun raut wajahnya seperti memikirkan sesuatu. Gue gak mau tau lebih, gak penting juga buat gue.

"Kamu gak pulang?" tanya gue ke Guanlin.

Dia menggeleng, "Minumnya belum abis, lagipula orangtua kamu belum pulang. Jadi aku disini aja nemenin kamu."

-BAD | Lai Guanlin-

Hari udah sore, tapi Mama Papa belum juga pulang. Guanlin sibuk nonton TV, gue memilih buat duduk disamping dia, diem aja.

"Babe, kayanya ada tamu." ucap Guanlin menyadarkan lamunan gue. Gue beranjak membukakan pintu, tapi yang membuat gue terkejut adalah kedatangan Daniel tiba-tiba.

"Devia, sorry." ucap Daniel seperti merasa sangat bersalah, lalu memeluk gue.

Gue mengelus punggung lebar Daniel, "Gak apa-apa, Niel." ucap gue lalu membawa Daniel masuk mau gak mau.

Gue bisa lihat mata Daniel dan Guanlin bertemu. Tatapan mereka berubah tajam menatap satu sama lain.

"Ngapain dia disini?" tanya Daniel dengan nada ketus. Guanlin menyeringai, berdiri mendekat ke gue dan Daniel.

Guanlin menatap Daniel remeh, "Harusnya gue yang tanya, lo ngapain disini? Masih inget kalau punya Devia?" ucap Guanlin sinis, "Mending lo pulang. Gak perlu mikirin Devia, itu ganggu pikiran lo kan? Dia udah ada yang jaga. Gue."

Gue sama sekali gak ngerti apa Guanlin maksud. Gue gak ngerti kenapa jadi ribet kaya gini.

"Dev, kamu pilih aku yang pulang—atau dia?" tanya Daniel sambil menatap Guanlin tajam.

Gue bener-bener gak tau harus gimana, kalau gue minta Daniel pulang. Masak iya gue ngusir pacar gue sendiri? Tapi kalau gue minta Guanlin yang pulang, tanpa dia juga belum tentu sekarang gue ada dirumah.

"Gue mau kalian berdua pulang." ucap gue final. Mereka membantah, tapi gue tuan rumah disini, jadi mau gak mau mereka pasti menuruti gue.

-BAD | Lai Guanlin-

"Dev—Devia, bangun nak." samar-samar gue mendengar suara Mama, gue membuka mata perlahan dan melihat Mama duduk disebelah gue. Gue ketiduran di sofa. Gue lihat jam dinding, udah jam setengah duabelas malam.

"Mama darimana?" tanya gue dengan suara serak.

"Tadi Mama kerumah Tante kamu soalnya dia sakit, si Om lagi ke luar kota." jawab Mama, "Itu tadi Mama pulang lihat Guanlin didepan rumah?" tanya Mama yang membuat gue terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD | Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang