"Devia, kamu udah ditunggu tuh sama Guanlin." ucap mama didepan pintu kamar gue. Gue berdecak sebal, kenapa harus Guanlin. Padahal gue bisa berangkat sendiri.
Ini masih jam 5.45 dan dia udah jemput gue? Gila! Mau ngapain coba pagi-pagi dia dateng. Iya sih semalem emang Guanlin maksa mau jemput, tapi gak sepagi ini juga.
Gue langsung buru-buru keluar kamar dan mau sarapan. Tapi gue lihat Guanlin duduk disofa, gue samperin dia. Niat awal gue mau ngomelin dia jadi ilang karena gue lihat dia tidur.
Gue menghela napas pelan, "Guan." panggil gue. Tapi Guanlin gak buka matanya. Gue menggoyangkan pundak Guanlin pelan, "Guanlin." panggil gue lagi.
Guanlin terbangun, "Eh, Dev. Jam berapa?" tanya Guanlin, padahal dia sendiri pakai jam tangan.
"Masih pagi banget Guan, kamu ngapain jemput pagi-pagi gini. Masih ngantuk kan jadinya." ucap gue ke dia.
"Aku gak mau bikin kamu telat ke sekolah, Dev." jawab Guanlin.
"Udah sarapan?" tanya gue ke Guanlin yang dijawab dengan gelengan. Lalu gue mau gak mau ngajak Guanlin buat sarapan bareng.
"Pa, ini Guanlin. Temen Devia." ucap gue memperkenalkan Guanlin duluan, sebelum Papa yang nanya.
"Oh. Kamu rajin ya, pagi-pagi udah jemput Devia." ucap Papa memuji, sedangkan Guanlin malah senyum-senyum.
"Saya gak mau Devia telat om, apalagi kan berangkat sama saya. Jadi saya tanggung jawab atas Devia." jawab Guanlin ke Papa.
"Bagus. Saya suka cowok yang bisa bertanggung jawab." kata Papa yang membuat Guanlin otomatis melirik ke gue dengan seringainya. Sial! Makin besar kepala dia.
-BAD | Lai Guanlin-
Gue berjalan beriringan sama Guanlin. Dia memaksa buat nganter gue sampai kelas.
"Aku bisa ambil hati orang tua kamu. Artinya aku juga bisa ambil hati kamu, Dev." ucap Guanlin, tapi matanya menatap lurus ke depan.
"Lain kali kalau jemput jangan kepagian kaya tadi, Guan. Kamu sendiri yang ngantuk. Nanti akhirnya bolos, tidur di uks. Ngaku sakit, padahal enggak. Emang mau sakit beneran?" ucap gue mengalihkan topik. Tapi kenapa gue terkesan bawel dan perhatian?
"Iya babe, kamu sekarang perhatian ya." tanya dia yang lebih mengarah ke sebuah pernyataan.
"Gak padahal. Pede banget sih?" ucap gue dan langsung meninggalkan Guanlin. Tapi baru beberapa langkah, gue merasakan sebuah tangan melingkar dipundak gue, mengapit leher gue. Tapi gak membuat gue tercekik.
"Salah tingkah, hm?" bisik Guanlin tepat ditelinga gue yang membuat gue otomatis melempar tatapan tajam.
"Aku nanti pulang sendiri, kamu kalau mau main sama temen-temen kamu ya gak apa-apa." pamit gue ke Guanlin, daripada dia ngamuk-ngamuk gak jelas ke gue. Mending gue kasih tau dari sekarang.
"Kenapa sendiri? Kan ada aku babe. Aku gak masalah nganter kamu kok, kenapa? Ada urusan?" tanya dia beruntun.
"Aku mau jalan sama Daniel." ucap gue ke Guanlin. Mimik wajah Guanlin yang tadi terlihat seneng sekarang berubah. Matanya menatap gue tajam dan rahangnya mengeras.
"Babe, come on! Kamu gak bisa putusin dia? Kamu pikir aku gak sakit hati, hm?" ucap dia berusaha sabar dan gak kasar sama gue.
"Aku dari dulu pacar Daniel, Guan. Kamu gak bisa main minta aku putusin dia. Kamu juga gak bisa main bilang kalau aku pacar kamu." ucap gue yang menahan kesal, sebisa mungkin gue gak membentak atau berkata ketus ke Guanlin.
![](https://img.wattpad.com/cover/164893872-288-k349247.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD | Lai Guanlin
Fanfiction"Gue gak nerima penolakan babe, mulai sekarang lo jadi milik gue."