02

80 5 0
                                    

Siapa sih yang gak tau Lai Guanlin? Cowok ganteng dengan tubuh tinggi tegap, yang pasti membuat banyak cewek mau merasakan dipeluknya. Cowok dengan beribu-ribu sikap seenaknya yang membuat gue semakin kesal ada didekatnya.

Namun, harus gue akui. Selama gue ada di sisi Guanlin, gue merasa aman. Gak ada cowok yang bisa nyentuh gue seenaknya. Kecuali Daniel. Hubungan percintaan gue sama Daniel itu udah hampir satu tahun, tapi kita beda sekolah. Dia anak SMA Bintang.

"Mikir apa babe?" tanya Guanlin yang entah sejak kapan udah duduk dibangku Mesty.

"Sejak kapan lo disini?" tanya gue yang gak sadar sama kedatangan Guanlin.

"Babe." ucap Guanlin memperingati, gak lupa dengan seringaian di bibirnya.

"Sorry." ucap gue, sedikit kesal. "Sejak kapan kamu disini?"

Guanlin memasang ekspresi berpikir, "Sejak kamu mikirin aku kayanya."

Jawaban macam apa? Gue berdecak sebal karena jawaban Guanlin.

"Belum putus dari Daniel?" tanya Guanlin yang otomatis membuat gue melotot.

"Belum." bukan gue yang jawab itu, tapi Guanlin sendiri. "Yaudah, kalau kamu belum putus. Status aku sekarang selingkuhan kamu." kata Guanlin yang membuat gue benar-benar kesal.

"Gue gak bisa selingkuh." jawab gue tanpa menatap Guanlin.

Guanlin menjawab dengan enteng, "Bisain aja." 

"Lo udah gila? Gue udah punya Daniel. Lo gak bisa main ambil keputusan." ucap gue dengan sedikit membentak.

Rahang Guanlin mengeras, "Aku udah bilang kalau kamu punya aku, jadi aku minta kamu putusin Daniel." jawab Guanlin dengan keras, beberapa teman kelas gue melihat kejadian ini pun pura-pura tidak tau.

"Gue bukan mainan lo!" gue menunjuk wajah Guanlin saat mengucapkan itu. Lalu dengan segera gue meninggalkan dia.

Guanlin menarik tangan gue kasar sampai menabrak dada bidangnya. Dia mencengkeram lengan gue keras, membuat gue meringis kesakitan.

Gue dibawa Guanlin ke kelasnya. Hanya ada gue dan Guanlin karena dia meminta semua yang ada didalam kelas untuk keluar.

Guanlin mendudukkan gue di meja guru dan dia berdiri dihadapan gue, dengan jarak yang sangat dekat.

Gue memandang lantai, enggan bertatap muka dengan cowok dihadapan gue. Namun yang dilakukan Guanlin, memegang dagu gue dan membuat kepala gue berhadapan dengannya.

"Aku gak suka kamu bilang kaya tadi." ucap Guanlin dengan suara rendah.

"Aku gak suka kalau kamu bilang, kamu cuma mainan aku babe. Come on! Aku pacar kamu."

Aku pacar kamu.

Dan lo pikir gue mau, wahai Lai Guanlin? Gumam gue dalam hati.

"Kenapa harus gu—" lagi-lagi kalimat gue terpotong karena Guanlin memperingati.

"Kenapa harus aku, Guan?" gue mengulang kalimat tadi.

"Karena cuma kamu yang aku kejar tapi malah lari." jawab Guanlin dengan menatap mata gue.

Gue ragu sama kalimat Guanlin barusan, tapi gak ada kebohongan dan keraguan di mata dia. Dia jujur.

"Lo gak sayang sama gue beneran, Guan. Lo cuma penasaran." jawab gue lirih. Tapi kenapa gue merasa sedih?

"Aku sayang sama kamu babe, percaya. Aku lakuin apapun buat kamu." ucap Guanlin meyakinkan.

Kedua tangannya yang tadi memegang pundak gue, beralih menangkup pipi gue. "Kamu terlalu baik buat cowok kaya Daniel." ucap Guanlin. Ada sesuatu yang tersirat didalamnya, tapi gue gak tau apa.

BAD | Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang