Hujan membasahi setiap jalanan besar dan celah tersempit di kota ini. Hal ini pasti membuat sebagian orang tersenyum bahagia, karena pasalnya hari ini adalah hari Senin. Itu artinya tidak akan ada pasukan pengibar bendera di lapangan sekolah.
Namun, nyatanya hal ini tidak berlaku untuk seorang gadis remaja bernama Rein.
Jika diperhatikan, jelas sekali raut wajahnya sudah mengerut tidak beraturan saat ini.
Sudah lebih dari 30 menit, dia berteduh di kios tua tak layak huni dekat sekolah.
Ditambah lagi, hujan pagi yang membuat udara di kota Bandung menjadi semakin dingin. Gadis itu memeluk tubuhnya semakin erat. Berusaha mengatasi rasa dingin yang mengganggu kenyamanannya sedari tadi.
Dia terdiam sesaat. Otaknya mulai berkerja saat ini.
Jika langkah kakinya bisa membentuk sudut 180° , dia hanya membutuhkan 5 langkah untuk sampai di depan gerbang sekolah. Pikirnya.
Namun apa boleh buat, dengan tinggi badan yang kurang memadai.
(Meskipun sebenarnya tinggi badan tidak mempengaruhi hal itu. Karena tidak mungkin seseorang bisa berjalan dengan langkah 180°:')
Namun, tetap saja. Gadis ini harus menanggung kenyataan yang cukup pahit karena ternyata langkahnya hanya dapat membentuk sudut siku-siku.
Itu berarti butuh 10 langkah untuk berjalan di tengah hujan lebat.
Gawat!
Hujan mulai mengguyur tubuhnya. Membasahi seragamnya tanpa ampun. Dia berlari sekencang mungkin untuk sampai di depan gerbang sekolah.
"Bego! Bego!" Umpatnya pelan.
Dia terus berlari tanpa peduli bahwa sepatu kesayangannya juga ikut basah karena ulahnya.
"Bentar lagi!" Ucapnya tanpa suara.
Dia menutupi kepalanya dengan kedua telapak tangan.Dan kemudian kembali berlari.
Dia hampir sampai, indera penglihatannya mendapati seorang siswa yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
Berita baiknya, siswa itu mengenggam tangkai payung yang sedang digunakannya.
Rein berlari semakin cepat dan....
HAP
Kini hujan tidak lagi membasahinya.
Bukan sulap dan bukan sihir, Rein tiba-tiba muncul dan berdiri di samping siswa tersebut.
Rein mendongakkan sedikit kepalanya keatas, membalas tatapan tajam dari sorot mata laki-laki yang kini berada disampingnya.
Laudra.
Siswa itu bernama Laudra atau biasa dikenal dengan nama Oda. Dia salah satu teman gugus Rein ketika masa orientasi tahun lalu.
Oda merupakan makhluk paling aneh di muka bumi ini. Itulah yang Rein simpulkan selama 7 hari mengenalnya.
Ketika masa orientasi tahun lalu, Oda jarang sekali bicara namun dia sangat banyak bergerak. Dia jarang tersenyum tapi dia bisa saja tertawa dan tidak berhenti. Sangat sulit ditebak.
"Lu telat juga?" Tanya Rein enteng.
Oda memalingkan wajahnya kedepan tanpa membalas pertanyaan Rein.
"Pak Iyusss!" Teriak Rein yang tidak peduli dengan sikap Oda dan ikut memalingkan wajahnya kedepan.
Tanpa memerlukan waktu lama, seorang pria tua keluar dari pos satpam dengan tubuh yang dibaluti jas hujan. Sudah tidak diragukan pria itu pasti Pak Iyus.
"Loh, neng Rein baru dateng?" Tanya pak Iyus sembari membuka gembok pagar.
"Iya pak, tadi kejebak hujan" Jawab Rein
"Yaampun, itu seragamnya basah banget" Timpal pak Iyus yang kini mulai membuka pagar sekolah.
"Hehe..iya. Ntar Rein keringin di kelas. Makasih pak Iyus" Ucap Rein cengengesan.
"Ayo!" Ajak Rein pada Oda yang masih setia mengenggam tangkai payung untuknya. Eh_-
Oda melangkahkan kakinya diikuti oleh Rein.
Mereka berjalan bersama di bawah payung berwana kuning bergambar.....
Tunggu dulu.
"Dia salah bawa payung apa gimana" Pikir Rein ketika menyadari gambar payung yang dia lihat melalui pantulan kaca jendela.
Payung itu bergambar Minion.
Cerita baru, tokoh baru.
Please enjoy it
Ditunggu vommentnya xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
ENAMORADO
Teen FictionIni adalah sebuah cerita tentang pangeran komodo dan putri tanpa sepatu kaca