Awal Pertemuan

48 9 12
                                    

Palembang, 26 Februari 2017

Malam itu di bulan Februari, suara rintik hujan terdengar jelas di telinga Kara.
Suasana sore ini seburuk suasana hatinya.

Ditatapnya langit-langit kamarnya, gelap batinnya. Di suasana sunyi senyap seperti ini hanya terdengar suara tangisan seorang gadis yang putus asa diiringi suara hujan yang semakin deras.

Sebuah foto berukuran kecil digenggam tangannya. Foto itu berisi keluarga kecil yang terlihat bahagia dengan latar sebuah kebun bunga yang terlihat indah dan berwarna.

Kara memandangi foto itu dengan tangisan yang semakin menjadi. Tangannya merobek foto itu dengan perlahan. Namun, yang dirobek hanya bagian kanan dimana terdapat ayahnya yang sedang tersenyum lebar.

"Aku benci ayah!"

Terdengar suara pintu terbuka diiringi suara langkah kaki yang semakin jelas.
"Sudahlah nak, tak usah dipikirkan. Mama tidak apa-apa"

Kara memandangi sosok yang paling ia sayangi, yaitu ibunya sendiri.

"Apanya yang tidak apa-apa? Lihat sekeliling mata mama. Banyak sekali luka yang terlihat ma"

***

Bandung, 22 Juli 2017
07.00

Kara berjalan menyusuri lorong sekolah barunya. Hari ini adalah hari pertama Kara menjadi murid kelas 10. Tidak seperti murid lain yang terlihat senang dan bersemangat, Kara justru terlihat murung dan tidak bersemangat.

Sudah dua bulan Kara dan ibunya pindah ke Kota Kembang atau yang kita kenal Bandung. Tak usah dijelaskan lagi mengapa Kara dan ibunya pindah dari Palembang ke Bandung. Menurutnya, Bandung adalah kota yang cukup aman dari gangguan ayahnya.

Kara bersekolah di SMA swasta di Bandung. Walaupun nilai akhir Kara cukup untuk masuk ke SMA negeri, tapi ibunya menolak untuk memasukkan Kara ke sekolah negeri.
Menurutnya, sekolah swasta jauh lebih baik dibanding dengan sekolah negeri. Fasilitas yang diberikan pun sangat berbeda.

Pembagian kelas sudah diumumkan. Kara memasuki kelasnya, yaitu X IPA 3. Kara memilih mengikuti club bulutangkis karena Kara sangat menyukai olahraga itu.

***

3 bulan berlalu semuanya berjalan lancar. "Tidak ada yang perlu dicemaskan lagi" ucap Kara sambil memperbaiki kuciran rambutnya di depan kaca toilet sekolah.

"Kara ayo cepat! Sebentar lagi ekskul mulai nih" terdengar teriakan Zura, sahabat Kara sejak awal SMA.

Kara dan Zura berlari menuju lapangan indoor yang letaknya tidak jauh dari lapangan outdoor yang biasa dipakai untuk ekskul olahraga lainnya.

Brug

"Aduh" teriak Kara sambil memegang pipinya yang memerah.
Bukan memerah karna malu, tetapi baru saja sekitar 3 detik yang lalu bola datang dari arah kirinya dan mengenai pipinya.

"Ehh, ma ma maaf. Kamu gapapa kan? Maaf ya aku ga sengaja" terdengar suara murid laki-laki dari kejauhan sambil berlari ke arah Kara.
Nata namanya, murid kelas IPS yang cukup popular dikalangan murid perempuan.

Tapi, semuanya tidak berlaku bagi Kara. Bahkan, Kara tidak mengetahui nama orang tadi.
"Nata gimana sih, makanya hati-hati dong" ucap Zura dengan nada tinggi.

Kara menarik tangan Zura dan meninggalkan Nata yang hanya bisa memandang punggung Kara yang perlahan menjauh.

"Zur, kamu kenal sama orang tadi?"
Celetuk Kara.
"Lah, kamu gatau dia siapa? Dia Nata murid kelas IPS. Kata orang-orang si ganteng. Dia temen SMP ku." Zura menjelaskan.

NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang