Penasaran

23 0 0
                                    

"Kar...."

"Apa?"

"Maaf"

"Untuk?"

Aneh. Satu kata yang bisa menggambarkan si "Coco" ini. Ia meminta maaf, sedangkan Kara tidak tahu dia siapa. Kara semakin dibuat penasaran. Pesan yang dikirimkan Kara belum dibaca.

"Untuk apa aku memikirkan orang aneh ini" batin Kara.

Kara bangun dari sofa. Ia mengambil segelas susu dingin dari kulkasnya. Berharap pesannya dibalas lagi, tapi nyatanya masih belum ada tanda read.

Kara meletakkan handphone-nya di meja belajarnya. Merebahkan tubuhnya. Lagi-lagi, ia tertidur tanpa sadar. Di luar jendela, rintik hujan perlahan turun dan semakin deras.

***

Bel pulang berbunyi

"Kara! Ayo cepat ganti baju, jangan sampai telat lagi kaya minggu kemaren" ucap Zura sambil membawa tasnya.

"Iya Zur" jawab Kara.

Kara dan Zura berjalan menuju lapangan indoor. Mereka berjalan sambil memainkan raket bulutangkis yang mereka bawa.

"Hay Zur, Kar" terdengar suara itu lagi. Nata.

"Eh Nat" balas Zura.

Kali ini Kara membalas sapaan Nata. Ia melakukannya bukan karna keinginannya sendiri, melainkan beberapa detik yang lalu Zura menyikut Kara. Terpaksa Kara mengeluarkan suara untuk membalas sapaan Nata.

"Oh, hay"

Nata tersenyum lalu pergi dengan bola ditangannya. Kali ini Zura yang menarik lengan Kara.

"Zur, kamu tahu coco?" tanya Kara.

"Coco? Siapa? Aku tidak punya teman bernama Coco" jawab Zura.

"Hmm, oke"

"Memangnya kenapa?" tanya Zura.

"Lupakan"

Mereka berlatih bulutangkis dengan sangat bersemangat. Kalian tahu? Ibu Kara dulu adalah atlit bulutangkis. Kemampuannya menurun kepada Kara.

***

"Sebenarnya Coco itu siapa si? Darimana dia mendapatkan kontak Line ku?"

Pertanyaan itu sering kali terlintas di pikiran Kara. Setiap waktu Kara memikirkan hal itu, entah sedang sadar ataupun tidak. Kara semakin dibuat penasaran ketika "Coco" meminta maaf.

"Maaf saja"

"Aku ga ngerti dan aku ga tau kamu siapa"

"Nanti juga kau akan tau"

Lagi-lagi percakapan singkat terulang.
Kara hanya bisa menunggu hingga tiba waktunya untuk mengetahui siapa orang misterius ini.

Kara mengambil gitar yang ada di sebelah tempat tidurnya. Ia duduk diatas tempat tidurnya dan memainkan gitar kesayangannya tersebut.

Handphone Kara berbunyi tanda adanya notif. Lagi-lagi si orang misterius ini. Sudah pukul berapa sekarang. Apakah ia nocturnal yang muncul saat malam hari?

Ternyata "Coco" hanya mengirim sebuah stiker yang sedikit konyol. Entah apa yang membuatnya mengirim hal itu.

"Eh maaf, salkir"

"Lah?"

"Tidak, aku hanya bercanda"

"Hahaha"

Tanpa sadar Kara tertawa. Konyol. Satu kata yang menggambarkan "Coco" saat ini. Hari itu adalah hari pertama Kara tersenyum setelah kejadian yang menimpa keluarganya.

***

2 bulan berlalu. Hampir setiap malam Kara dan orang misterius itu bercakap-cakap lewat handphone-nya. Tak jarang juga tingkah konyol "Coco" membuat Kara tertawa.

Hingga saat ini, Kara masih belum tau siapa orang ini. Tapi ia merasa nyaman saat mengobrol dengannya.

Zura terkejut saat mengetahui semua prilaku dingin dan aneh Kara berubah. Kini Kara menjadi orang yang lebih ceria dan mudah bergaul. Zura penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kar, aku senang kamu berubah. Sekarang kamu jadi lebih ceria, aku bangga" ucap Zura sambil memeluk Kara.

"Sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan padamu, Zur"

"Hmmm, baiklah" balas Zura.

"Kau ingat yang pernah aku tanyakan padamu? Ini mengenai "Coco". Entah siapa dia. Tapi, aku merasa nyaman"

"Jangan-jangan kau mulai jatuh cinta" celetuk Zura.

"Hey, ga mungkin lah. Aku ga tertarik sama cowo manapun"

"Jangan bohongi diri sendiri deh, Kar. Kalau bukan karna jatuh cinta, kamu gaakan berubah kaya gini" ucap Zura.

Kara terdiam. Semua yang dikatakan Zura cukup masuk akal baginya.
Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Baru kali ini Kara merasakannya.

"Tapi, bagaimana bisa aku jatuh cinta sedangkan aku tidak tau dia siapa" batin Kara.

Kara melamun sambil berjalan melewati lapangan. Disana, terdapat anak-anak club futsal yang sedang berlatih. Tanpa sadar, Kara berpapasan dengan Nata dan mata mereka saling memandang.

Kara belum sepenuhnya tersadar hingga akhirnya ia melihat Nata tersenyum. Pipinya mulai memerah. Kali ini, pipinya memerah bukan karna terkena tendangan bola dari Nata, melainkan ia merasa malu dan salah tingkah.

Entah kenapa saat melihat Nata, Kara merasa aura yang dikeluarkan Nata sama seperti orang misterius yang ada di handphone-nya.

Waktu terus berjalan. Kara merasa ini semakin aneh. Setiap kali ia berpapasan dengan Nata, jantungnya mulai berdegup kencang. Aneh, namun inilah yang sebenarnya terjadi.

NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang