Terima Kasih

17 0 0
                                    

Sudah satu minggu lebih Kara dan "Coco" tidak mengobrol seperti biasanya. Hampa. Itu yang dirasakan Kara saat ini. Kara tidak tau mengapa "Coco" tidak menghubunginya lagi.

Akhirnya, Kara memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Hey"

Tak ada jawaban. Setiap jam, Kara selalu memeriksa handphone-nya. Kosong. Tidak ada notif apapun.

***

Satu minggu berlalu. Tetap tak ada jawaban apapun. Bahkan, tanda read pun tidak ada.

Di sekolah, Kara kembali menjadi murid yang pendiam. Semua teman-temannya merasa aneh.

Nata berjalan melewati kelas Kara. Tak sengaja, ia melihat Kara sedang terdiam. Wajahnya tidak ceria seperti biasanya.

Nata menarik lengan Kara. Membawanya ke taman belakang dan Nata mengeluarkan handphone-nya yang layarnya sudah retak dan tidak bisa dinyalakan.

Kara bingung apa yang terjadi. Ia tak tau mengapa Nata mengajaknya kesini dan tiba-tiba mengeluarkan barang rusak.

"Maaf" satu kata yang keluar dari mulut Nata.

"Untuk apa kau meminta maaf?" tanya Kara.

"Ini" jawab Nata sambil memperlihatkan handphone-nya yang sudah rusak.

"Maksudmu?" tanya Kara.

"Kau tau, aku sangat suka dengan benda kecil berbentuk kubus dan kenyal. Rasanya manis, terbuat dari kelapa"

"Maksudmu, nata de coco?" tanya Kara.

"Ya, aku suka itu. Apa kau juga menyukainya?"

"Hmm, sedikit? Memangnya kenapa?" Kara semakin bingung.

"Tidak, kalau begitu aku kembali ke kelas ya"

"Hmm, ya"

Kara dan Nata kembali ke kelas masing-masing. Disana Zura bertanya apa yang dilakukan Nata dan Kara.
Kara menjelaskan semuanya.

"Zur, aku ga ngerti apa yang dia katakan"

"Maksudmu?" tanya Zura dengan wajah bingung.

"Dia hanya berkata dia sangat suka dengan benda kecil berbentuk kubus dan kenyal. Rasanya manis, terbuat dari kelapa" jawab Kara.

"Maksudmu, nata de coco?" Zura semakin bingung.

"Mungkin?"

Zura tersadar sesuatu. Ia teringat akan pertanyaan Kara mengenai "Coco".

"Tunggu, apa kau ingat Coco?" tanya Zura.

"Tentu. Tapi apa hubungannya?"

"Apakah mungkin Coco adalah Nata?" Ucap Zura dengan ekspresi yang terlihat kebingungan.

Kara terkejut. Ia tidak menyadarinya. Nata de coco. Kara segera berlari menuju kelas Nata. Sesampainya di depan kelas Nata, Nata terbelalak kaget melihat Kara berlari ke arahnya.

"Kau sudah mengerti?" Tanya Nata.

Kara mengangguk. "Tapi, kenapa harus Coco?"

"Aku takut, takut sekali kau tidak menerimaku" jawab Nata.

"Kenapa pikiranmu begitu?"

"Karna, aku takut kau tidak memaafkan ku ketika bolaku mengenai pipimu"

Kara tersenyum.
"Terima kasih Nat"

"Untuk?"

"Semuanya"

"Maksudmu?"

"Terima kasih telah membuatku tertawa, menghiburku dengan tingkah konyolmu, kalau aku ga kenal kamu mungkin aku akan terus menjadi murid yang membosankan dan tidak menikmati hidup. Semua ini berkat "Coco" yang selalu menemaniku"

Nata tersenyum.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang