k e e m p a t

195 15 2
                                    

Jalanan terasa sangat kusam, angin pun tak menepi di tubuhku, kusadari aku telah dirumah!! tetapi..
Opa Margo dimana?? aku sendirian yang telah sampai dirumah, aku melihat secarik surat yang setengah terbuka diatas meja makan, disana tertulis:
London, 23 oktober

Teruntuk Margo Mevellous, sang kakek dari Avila Kayonna Shora, peringatan perjanjian, code: 4th Street Of Bourne.

Zeth & Anne.

Apa mungkin? itulah tempat orang tuaku? tapi siapakah sebenarnya Zeth dan Anne?
Akupun segera berlari menuju 4th Street Of Bourne, tak ada tujuan apapun di diriku selain tempat itu, aku mulai ketakutan, sendirian, menyepi, suara-suara bergema bersahutan seiring suara sang malam.

Terpajanglah setelah sekian lama aku berlari, menangis, tulisan "3rd Street Of Bourne" terpampang di suatu petunjuk jalan, akupun menyadari, sebentar lagi aku sampai di tempat itu.

Tanganku bergetar seperti menerima radar dari dalam suatu rumah, itukah tempat tujuanku? Terlihatlah sebuah rumah berwarna hitam, semuanya hitam, tak ada warna lain selain warna itu, tepat disebelahnya terdapat tulisan "4th Street Of Bourne" , dan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku bergetar seperti menerima radar dari dalam suatu rumah, itukah tempat tujuanku?
Terlihatlah sebuah rumah berwarna hitam, semuanya hitam, tak ada warna lain selain warna itu, tepat disebelahnya terdapat tulisan "4th Street Of Bourne" , dan tepatnya lagi pada saat aku bertujuan masuk atau mungkin bisa dibilang "menembus" rumah itu, terlihat seorang Kakek, mimik wajahnya semu, menunduk kecewa, membuka topi bundarnya dan menggenggamnya, Opa Margo terlihat membuka gerbang hitam rumah itu menuju luar, tetapi ia terdiam, langkahnya terhenti, matanya heran dan kaget, ia melihat kearahku,

apakah Opa Margo melihatku? tidak, tidak mungkin seperti itu, tetapi ia semakin mendekat melihatku yang sedang menangis ketakutan, ia menepiskan tongkatnya, tetapi tidak mengenaiku, matanya seperti berlari-lari kebingungan,

setelah ku teliti, ia ternyata menepiskan tongkatnya untuk mengenai kupu-kupu berwarna hitam yang berada tepat padaku, apakah ia melihatku sebagai wujud kupu-kupu hitam? apakah itu berarti tadi saat aku dirumah "Arkandra" ia pun melihat kupu-kupu hitam itu? akan kutanyakan itu pada Joe nanti.

Aku sudah memasuki rumah hitam tempat tujuanku itu, tanganku bergetar semakin kuat, sampai ia dapat menarik tubuhku ke dalam suatu ruangan, gelap, dingin, akupun semakin merasakan tubuhku terseret masuk semakin kuat dan semakin kuat.

Akhirnya setelah persatuanku dan jiwaku, aku berhasil masuk kedalam raga diriku yang sedang berada di suatu kamar, Joe! aku sungguh berterimakasih padamu!

Mataku terbuka pelan-pelan, kusentuh tanganku, semua alat yang ada di ruangan itu dapat kusentuh dengan nyata, aku sudah kembali.

Aku memakai baju panjang putih, seperti baju tidur bentuknya, rambutku terurai rapi, seperti bukan diriku.

Ruangan hitam itu sepertinya adalah kamar baruku, meskipun agak kikuk, kasurnya berbentuk bulat, dengan nuansa hitam, dindingnya dari kayu, peneranganku hanya satu lampu diatas yang berwarna kuning menyala, sudah tertata rapi baju-bajuku didalam lemari hitam besar itu, tas sekolahku, buku-buku, sepatu, bahkan diari saat aku berumur 6 tahun pun tertata rapi disini.

Aku mendapatkan memori baru, saat setengah jiwaku mencari jiwaku yang lain, ternyata jiwa yang ada di ragaku bertemu dengan kedua orang tua yang Opa Margo katakan, tatapannya penuh kasih sayang, kedua orang tua itu selalu tersenyum, tetapi Opa Margo terlihat khawatir padaku, alisnya berkerut sesekali, tangannya gemetaran seiring dengan tongkatnya, akupun memeluk Opa Margo, aku ingat ia membisikkan sesuatu seperti,

"Itah aud agaj irumdi abik kiba, aijk susetua jditera pdamau, uak uta kua husra gabimana"

Aku cukup mempunyai daya ingat yang tinggi, dan termasuk yang baik disekolah, tidak heran aku bisa menghafal 15 kata yang akupun belum pernah dengar yang Opa Margo katakan.

"Cklek.."
Suara pintu kamarku?

"Hai Avila, ayo kita makan malam.."

Itu Annemarieth, senyumnya terlihat sangat tulus dengan menyipitkan matanya, mengenakan baju panjang putih lengan panjang, rambutnya hitam pekat sepertiku.

"Baik, Tante.."

"Sudah kubilang, aku ini orang tuamu, panggil Anne saja jika kau belum siap memanggilku Ibu"

"Baik.. Anne"

Ntah kenapa, sulit dan berat bagiku untuk memanggilnya dengan panggilan "ibu" seperti kata itu sudah kusimpan dengan lama dilubuk hati dan that word meant for someone, not for her.
Meskipun begitu pemikiranku, ia sepertinya benar-benar ibuku, ia seperti diriku yang sudah dewasa, sangat mirip denganku.

Akupun keluar kamar, dan menuruni tangga, aku melihat pemandangan meja makan, dengan sangat lengkap, makanannya sangat menggiurkan, warna-warna makanan yang sangat pekat membuat air liurku sesekali kutelan lagi, mejanya sangat panjang berbentuk persegi panjang, dengan 3 kursi besar, satu dibagian ujung kiri, satu di ujung kanan, satu ditengah, jarak yang sangat berjauhan tetapi dimeja itu semuanya makanan.

Sepertinya itu Zethuno, yang duduk di kursi kanan mengenakan jas putih dengan rapi, menyapaku dengan senyuman hangat, duduknya tegap.

"Selamat datang di meja makan, anakku" Zeth tersenyum padaku.

"Terimakasih" kubalas, ia tidak berhenti tersenyum, bahkan saat kita semua makan, Zeth dan Anne tetap tersenyum padahal, dalam keadaan makan.
.
.
.
Kuharap Opa Margo ada disini..

to be continued..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A V I L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang